Chapter 8

504 63 37
                                    

Akhirnya pengacara tersebut menemukannya setelah beberapa lama mencari lokasi toilet lantai paling atas itu, dia cukup heran karena letaknya cukup jauh dari ruangan Dr. Akira. Lantai paling atas memang terkesan sangat luas dan sepi karena hanya mempunyai satu ruangan utama Dr. Akira. Menurut dia ini adalah gedung yang sangat unik.

Rasa gundah menyelimutinya saat dia berjalan ke arah toilet itu, tempat tujuan di mana gadis jepangnya pergi tadi dengan penuh emosi meskipun dia tidak melihat langsung wajah bayi kecilnya itu, tapi dia bisa merasakan dari sikapnya saat menutup pintu utama ruangan Dr. Akira dengan sangat kerasnya.

Perlahan Ji Eun mendekati toilet tersebut, dia hanya sekedar menebak bahwa gadis jepangnya itu berada di dalamnya. Walaupun nantinya Mina tidak ada dia akan mencari ke tempat lainnya, entah itu di lantai paling atas atau paling dasar sekalipun, dia akan mencari di setiap lantai jika dia bisa akan dia lakukan.

Lalu beberapa saat kemudian dengan jelasnya dia mendengar seseorang berbicara, saat itu juga dia pun berhenti di depan pintu dan mendengarkan dengan cermat apa yang sedang mereka bicarakan.

“Mina-Chan apa yang terjadi, kenapa kamu bersikap seperti itu, apa sopan santunmu telah hilang selama tinggal di Korea?”

Diam...
Diam...
Diam...

“Maaf Mama aku hanya sakit perut dan buru-buru untuk pergi ke sini.”

“Tapi setidaknya kamu jangan menutup pintu ruangan Papa seperti itu, dari kecil kamu tidak pernah bersikap kasar sayang, mana Mina-Chan yang Mama kenal dengan lemah lembut selama ini.”

“Sekali lagi aku minta maaf Ma, aku tidak bermaksud melakukannya, aku janji tidak akan mengulangi hal itu lagi dan aku akan minta maaf kepada Papa dan orang-orang yang berada di ruangan Papa.”

“Ya sudah kalau begitu Mama keluar dulu, jika sudah selesai segera ke ruangan Papa ya sayang.”

“Ya Ma.”

Beberapa saat kemudian....

Ceklek....

“Oh Nona Ji Eun, apa anda ingin ke toilet.” Ucap Mama Sachiko yang tampak terkejut saat melihat Ji Eun mematung di depan pintu.

“Iya benar saya ingin ke sini, dari tadi saya keliling untuk mencari tempat ini.” Ucap Ji Eun dengan canggung nya di hadapan Mama Sachiko.

“Hmm... Kalau begitu silakan Nona untuk masuk.” Ucapnya. Dan Ji Eun pun sedikit tersenyum ke arah Mama Sachiko, namun saat Ji Eun melangkahkan kakinya ke dalam.....

“Maaf apakah Nona mendengar pembicaraan kami tadi?” Tanya Mama Sachiko, dan Ji Eun pun langsung menghentikan langkahnya.

“Maaf saya tidak mendengarnya karena saya baru saja tiba.” Ucap Ji Eun dengan wajah datarnya.

“Hmmm...Nona Ji Eun saya ingin minta maaf karena Mina bersikap seperti itu, tidak biasanya dia bersikap kasar seperti tadi.” Ucap Mama Sachiko.

“Iya aku tau Ma, dari dulu bayi kecil tidak pernah bersikap kasar seperti tadi.” Batin Ji Eun yang tiba-tiba saja menyebut Mama Sachiko dengan kata Ma, dan dia pun tampak tertegun sejenak.

“Tidak apa-apa namanya juga anak muda, mungkin dia lelah karena perjalanan.” Ucap Ji Eun sembari tersenyum.

“Iya Nona benar hehe...kalau begitu silakan Nona untuk masuk, saya jadi menghambat.” Ucapnya, dan setelah itu Ji Eun pun masuk dan langsung menuju ke bilik toilet yang hanya satu pintu yang tertutup, sebelumnya dia sudah mengunci pintu utama toilet saat Mama Sachiko sudah cukup jauh untuk pergi.

Perlahan Ji Eun mendekati pintu itu dan mendengarkan lirihan dari gadis jepangnya....

“Apa Mommy sudah menikah dengannya hiks..? Kenapa Mommy tidak menungguku dan Jeongyeoni, apa aku sudah terlambat hiks...hiks..”

Beberapa saat kemudian setelah mendengar itu semua, Ji Eun memberanikan diri untuk mengetuk pintu itu, dengan tangannya yang mulai bergetar dia pun mengetuknya perlahan.

Knock....
Knock....
Knock....

“Apa lagi Ma, perutku masih sakit, bisakah aku di beri privasi Ma?” Ucap Mina dari dalam sembari menahan tangisnya.

Diam...
Diam...
Diam...
Diam...

“Minari....keluarlah.” Ji Eun berucap sedikit bergetar dari kata-kata nya.

Tanpa pikir panjang Mina pun langsung membuka pintu itu karena suara yang sangat dia kenal dan....

“Mommy...hiks...hiks...Mommy hiks...hiks.....” Tangis Mina pun pecah saat dia menerjang dan mulai memeluk Sugar Mommy nya itu yang telah lama tidak dia jumpai.

Ji Eun hanya diam terpaku menerima pelukan dari bayi kecilnya, dan tubuhnya sedikit mundur karena sentakan kuat dari pelukan Minari, dia masih memindai apakah ini nyata bahwa gadis yang sedang memeluknya ini adalah Minari yang sangat dia cintai dua tahun silam dan sampai sekarang pun cinta itu masih belum juga pudar.

“Mommy hiks...hiks...Mommy...hiks...hiks....” Sembari menangis tersedu-sedu, hanya kata-kata itu saja yang keluar dari bibir gadis jepangnya, Mina masih susah untuk memulai pembicaraan karena dia begitu shock atas pertemuan yang tidak dia duga ini. Dan untuk Ji Eun jangan di tanya, dia pun sama sekali tidak memprediksi bahwa Dokter Akira adalah Papa dari gadis jepangnya. Ji Eun tidak merespon maupun membalas pelukan dari yang termuda. Dia masih tetap dengan pendiriannya untuk tidak terbuai dengan perilaku Minari.

“Hiks...hiks....kenapa Mommy diam saja hiks...hiks....” Ucap Mina sembari meregangkan pelukannya dan melihat wajah Mommy nya dengan saksama.

Diam...
Diam...
Diam...
Diam...

Kedua mata saling memandang dengan lekatnya, lalu Ji Eun memulainya dengan menghapus air mata gadis jepangnya sembari membelai salah satu pipinya, Mina pun menikmati belaian itu dan menutup kedua matanya. Sudah lama sekali dia merindukan momen itu bersama orang yang sangat dia cintai setelah Jeongyeon. Dua orang yang sudah merubah seluruh dunianya dalam beberapa saat.

“Mommy aku sangat merindukanmu, apa Mommy tidak merindukanku dan terutama dengan Jeongyeoni?” Mina berucap sembari membuka matanya. Dia melihat tampak ada raut wajah yang tidak berubah sama sekali dari dulu hingga sekarang. Namun ada kesan kesedihan yang dalam di matanya saat ini.

Diam...
Diam...
Diam...
Diam...

“Mommy bicaralah aku ingin sekali mendengar suaramu lagi.” Mina memohon sembari memegang kedua bahu pengacara itu dengan wajah memelas nya.

Diam...
Diam...
Diam...
Diam...

“Mom...Mommy....bicaralah hiks...hiks...kenapa susah sekali untuk hhhmmpft.....

Siapa sangka apa yang terjadi selanjutnya, dengan cepat Ji Eun menabrakkan bibirnya langsung ke bibir gadis jepangnya dengan keras dan kasar, itu membuat Mina terperanjat dan langsung menghentikan tangisannya. Mina pun tidak tinggal diam, tentu saja dia merespon cumbuan itu dan membalasnya dengan senang hati, cumbuan yang sudah lama dia nanti-nantikan selama ini. Kedua tangan mereka pun otomatis saling memeluk tubuh lawan masing-masing.

Langkah Mina pun memundur hingga punggungnya menyentuh batas pintu bilik toiletnya tadi karena cumbuan yang begitu kerasnya dia dapatkan, cumbuan ini adalah ciuman rasa rindu yang selama ini mereka pendam dan ciuman putus asa yang mungkin terakhir mereka lakukan, gerakan kepala mereka berayun ke kanan dan ke kiri dengan sinkronisasi, decakan becek karena air liur dari mulut mereka pun menghiasi lengangnya suasana toilet itu yang memang dalam keadaan sepi tidak ada siapa pun di lantai tersebut kecuali di ruangan Dr. Akira.

Beberapa saat kemudian....

“Ahh....aahh...hhh...hhh.... Minari...bayi kecil Mommy...gadis Jepang ku yang sangat Mommy rindukan.” Ji Eun berucap sembari ter engah-engah melepas cumbuan yang begitu lamanya, karena pasokan udara yang semakin tipis membuat mereka terpaksa melepas cumbuan itu.

“Mom...hhh...hhh...” Mina pun juga ter engah-engah di buatnya dan kepalanya dia sandarkan ke belakang.

“Mom cumbuanmu sama sekali tidak berubah, tetap sama seperti dulu, dan itu membuatku tergila-gila.” Ucap Mina lagi sembari merangkul kan kedua tangannya ke leher pengacara itu. Ji Eun pun merangkul kan kedua tangannya juga di pinggang ramping gadis jepangnya itu.

Diam...
Diam...
Diam...
Diam...

“Bayi kecil...kamu semakin cantik.” Ji Eun berucap sembari mengelus wajah gadis itu dan menyentuh mole indah yang bertebaran di wajahnya. Mina pun menikmati itu sembari tersenyum dan menutup matanya.

“Mom...aku sangat merindukanmu, Mommy tau, aku dan Jeongyeoni berencana mencarimu setelah rangkaian konser berakhir.” Ucap Mina sembari membuka matanya.

“Untuk apa mencariku?” Tanya Ji Eun.

“Tentu saja agar kita bersama lagi seperti dulu.” Jawab Mina dengan polosnya.

Diam...
Diam...
Diam...
Diam...

“Itu tidak mungkin Minari.” Ucap Ji Eun sembari melepas rangkulannya dan dia juga melepas kedua tangan Mina yang berada di lehernya dan berjalan ke arah kaca besar toilet tersebut. Di awal dia terbuai dengan pesona seorang Minari, namun dia sadar bahwa itu semua hanyalah sementara.

“Kenapa tidak mungkin, dengan mudahnya aku akan ke ruangan Papa untuk memberitahukan kepada kekasih baru Mommy itu bahwa kita punya hubungan dua tahun lalu.” Ucap Mina dengan sangat lantang yang membuat langkah Ji Eun terhenti.

“Apa!!” Bentak Ji Eun sembari membalik tubuhnya menghadap bayi kecil itu yang cukup berani berkata seperti itu. Mina langsung tertegun melihatnya.

Diam...
Diam...
Diam...

“Kenapa Mommy membentakku, apa aku salah?” Tanya Mina sembari menatap tajam ke arah pengacara itu.

“Iya kamu salah Mina, Mommy minta maaf karena dengan berani membentakmu dan mencumbumu.” Ucap Ji Eun mengalihkan pandangannya ke arah lain, dan tidak mau melihat mata indah gadis Jepang itu, takut pendiriannya akan berubah dalam sekejap, dia harus menahan itu semua.

“Mommy dengarkan aku, aku ingin kita bersama lagi sekarang juga, aku akan ke ruangan Papa dan menjelaskan kepada mereka semua bahwa kita masih saling mencintai satu sama lain.” Ucap Mina sembari berjalan ke arah pintu utama toilet.

“Berhenti Myoui Mina!!” Teriak Ji Eun lagi sembari menarik lengan gadis Jepang itu dengan kuat sehingga tubuhnya menempel ke tubuh pengacara itu.

Diam...
Diam...
Diam...

“Kenapa Mommy sekarang mudah sekali berteriak seperti ini, apa Mommy sudah berubah?” Ucap Mina heran, dan tiba-tiba suasana menjadi sangat hening.

Diam...
Diam...
Diam...

“Lepaskan aku Mom, aku mau ke ruangan Papa.” Ucap Mina lagi karena tidak ada jawaban dari pengacara itu sembari berusaha melepas pelukan dari Ji Eun di sekitar tubuhnya.

“Kamu tidak bisa melakukannya Minari dan jangan bersikap seperti anak kecil.” Ucap Ji Eun yang masih memeluk Mina dengan sangat erat, karena Mina mencoba memberontak.

“Iya aku memang masih anak kecil, aku adalah bayi kecilnya Mom, lepaskan aku Mom, pelukanmu membuat tubuhku sakit.” Ucap Mina sembari memberontak, namun Ji Eun masih saja tidak mau melepaskannya, dia masih saja memeluknya dengan sangat erat agar Mina tidak berbuat nekat.

“Minari dengarkan Mommy, kita tidak akan bisa bersama lagi, Mommy sudah mempunyai hubungan baru dengannya dan saat ini Mom ingin mempunyai seorang anak bersamanya, itu sudah bisa di liat seberapa seriusnya hubungan kami saat ini.” Jelas Ji Eun, dan membuat Mina menghentikan gerakannya.

Diam...
Diam...
Diam...
Diam...

Seketika suasana menjadi hening saat Ji Eun menjelaskan hal itu, pengacara itu pun langsung melepaskan pelukannya yang mengekang tubuh Mina. Dia tampak kasihan melihat sikap Mina yang sudah berubah menjadi egois seperti ini, ada rasa kerinduan yang sangat mendalam dari gadis Jepang itu, dan tidak bisa dia pungkiri akan hal tersebut, salahkan keadaan yang membuat semuanya menjadi berantakan.

“Hiks...hiks...hiks...apa di dalam sini akan ada Ji Eun kecil...hiks...” Tangisan Mina mulai terdengar lagi di ruangan itu sembari memegang perut rata Sugar Mommy nya.

“Iya...di dalam sini akan ada buah hati Mom bersamanya.” Balas Ji Eun sembari memegang tangan Mina yang menempel di perutnya.

Diam...
Diam...
Diam...

“Hiks...hiks...seharusnya di dalam sini adalah buah hati kita bertiga bersama Jeongyeoni Mom...hiks...hiks...” Dengan spontan Mina berlutut di hadapan pengacara itu sembari memeluk perut Ji Eun dan menangis tersedu-sedu.

Ji Eun hanya tertegun melihatnya sembari memegang kepala gadis Jepang itu dan mengusapnya dengan perlahan-lahan, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini, takdir yang begitu kejam sudah menuntunnya hingga di batas ini. Air matanya pun ikut turun juga namun tanpa isakan tangis menyertainya.

“Minari bangunlah jangan seperti ini, kamu harus bisa menerima nasib kita yang memang tidak di takdirkan untuk bersama.” Ucap Ji Eun, namun Mina masih saja memeluk erat pengacara itu dan masih menangis.

Hiks...
Hiks...
Hiks...

“Mina berdirilah, lututmu akan sakit jika berlama-lama seperti ini.” Ucap Ji Eun sembari memegang bahu mantan kekasihnya itu, namun lagi-lagi Mina tidak bergeming sama sekali.

Hiks...
Hiks...
Hiks...

“Mina kita sudah terlalu lama meninggalkan ruangan Papa kamu, tidak enak jika kita berlama-lama di sini.” Ucap Ji Eun lagi, lagi dan lagi Mina tidak menghiraukan nya, dia semakin mengeratkan pelukannya.

“Kenapa penguin ini sangat keras kepala, dia tidak berubah sedikit pun, di bujuk rayu pun dia tidak bergeming sama sekali.” Batin Ji Eun.

The Love Never Ending ( Season 2 ) 💞🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang