“Sepertinya kita harus berpisah, aku....aku.... Tidak tega melihatnya menangis seperti itu, memendam rasa yang sangat dalam terhadap seseorang itu sangat sakit, lupakan rencana kita, aku akan pergi menjauh dari pandangan kalian.”
“Kita sudah sejauh ini, kenapa kamu mengambil keputusan secara sepihak, kenapa kamu tidak bertanya dulu kepadaku, kita bisa mencari solusi bersama.”
“Hahaha.... Kamu seperti ini lagi, kamu terlalu pintar berkata-kata, sudah sejak awal aku katakan kepadamu setiap keputusan memang selalu sepihak, semua keputusan selalu kamu yang menang, aku seperti melihat kamu sedang melihat orang lain, tatapan mata kamu se akan-akan kosong saat bersamaku, dan tatapan itu sama dengan tatapanmu saat ini, saat aku menatapnya tadi pun, aku tau ada yang salah dengannya, dia menahan semua sakit, menahan semua rasa yang dulu pernah ada, menjatuhkan harga dirinya, menelan rasa egoisme kekasihnya, merasa bersalah hingga dia mulai menjadi orang yang pintar berbohong di depanku!!”
.
.
.
.
FLASHBACK ON
Setelah Joo Young keluar dari kamar tersebut, dia merasa sepertinya ada yang salah dengan adik sepupunya, dia merasa Jeongyeon sedang berbohong kepadanya, seperti ada yang dia tahan tapi tidak bisa dia ungkapkan.
Sepanjang lorong rumah sakit yang dia telusuri, Joo Young berpikir sangat keras hingga akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar itu.
“Aku harus bertanya langsung kepadanya.” Gumamnya sembari tergesa-gesa dalam langkahnya.
.
.
.
.
Sesampainya di depan pintu kamar itu dengan gestur tangannya yang ingin mulai mengetuk....
“Tapi... Tapi... Bagaimana aku bisa melupakan Mommy... Hiks..hiks..hiks.... Ini tidak adil Unnie hiks...hiks...”
Seketika itu juga Joo Young langsung menempelkan daun telinganya ke papan pintu tersebut agar bisa lebih menyimak pembicaraan di dalam kamar itu, rasa penasarannya sangat besar saat ini.
“Minari, terkadang takdir memang sedikit kejam terhadap kita berdua, tapi secara bersamaan takdir juga sedang berbaik hati terhadap hubungan kita, tidak cukupkah hanya kita berdua saja sayang.”
“Tapi kenapa Unnie bisa menahan itu semua, menahan kecemburuan, menahan setiap ucapan Unnie terhadap Mommy tadi, apa Unnie tidak ingin memeluknya atau mencumbunya seperti dulu hmm."
“Ahh aa-aapa.... Jeong.” Lirih Joo Young sembari membekap mulutnya sendiri dengan salah satu tangannya.Dia begitu syok saat mendengar semua itu, Perlahan dia langkahkan kakinya ke belakang dan pergi dari situ, namun dia urungkan niat tersebut. Dari dalam lubuk hatinya, ingin sekali dia membuka pintu dan menanyakan langsung kepada dua gadis tersebut.
“Unnie.... Unnie... Unnie.... Sangat.... Sangat menginginkannya, nyatanya rasa cinta dan sayang Unnie sangat besar terhadap Mommy di banding kamu Mina... Hiks... Hiks... Hiks... Tapi takdir berkata lain sayang, sudah tidak ada harapan lagi untuk kita bersama Mommy... Hiks... Hiks... “
Setelah mendengar itu semua, Joo Young mengurungkan niatnya untuk menyerbu masuk ke kamar itu dengan tujuan mengonfrontasi hubungan masa lalu adik sepupunya tersebut dengan kekasihnya sekarang.
Sembari meremas ponsel yang dia pegang, Secara perlahan dia meninggalkan tempat itu dengan hati yang tidak karuan, apakah dia harus marah ataukah sedih.
.
.
.
.
Sambil berjalan dengan langkah yang terhuyung-huyung dan hati yang bergejolak, dia begitu terpukul setelah apa yang dia dengar tadi, tiba-tiba dia tidak bisa bernafas dengan stabil, lehernya seperti tercekik oleh tangan raksasa, apalah daya Joo Young juga tidak bisa berkata-kata lagi, mulutnya seolah-olah tertutup rapat.
“Hubungan itu adalah hubungan.... “ Sembari memejamkan matanya, hatinya sedikit membatin akan hubungan masa lalu kekasihnya yang tidak biasa.
Tidak lama kemudian Joo Young meninggalkan Rumah Sakit tersebut mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan ingin secepatnya menemui kekasihnya.
FLASHBACK OFF
“Sekarang sudah jelas apa yang aku sangka selama ini adalah benar, kamu tidak bisa mengelak lagi Ji Eun-aah.” Ucap Joo Young saat mereka duduk di sofa ruang tengah.
“Apakah kamu pernah menanyakan hubungan masa lalu ku?” Balas Ji Eun sembari mengelus mesra pipi kekasihnya dengan tenang.
Diam...
Diam...
Diam...
Joo Young menepis pelan tangan Ji Eun sembari membuang tatapannya ke arah lain. Dia tidak mau terbuai dengan tatapan kekasihnya itu, sudah berkali-kali mereka berselisih pendapat tapi Joo Young selalu luluh akan tatapan kekasihnya, untuk kali ini dia tidak akan terpancing ataupun kalah lagi.
“Joo Young-aah, aku bertanya kepadamu sayang.” Ucap Ji Eun lagi sambil berusaha meraih pipi kekasihnya itu.
“Stop, tolong hentikan tindakanmu sekarang, aku tidak akan terpancing dengan semua bujuk rayumu lagi Ji Eun-ssi.” Ucap Joo Young tegas dengan penuh amarah dan menyebut nama kekasihnya saja.
Ji Eun menaikkan kedua alisnya secara bersamaan setelah mendengar ucapan Joo Young terhadapnya.
“Sekali lagi seperti yang sudah aku bilang di awal tadi, kita harus berpisah, lupakan semuanya, lupakan rencana-rencana kita.” Ucap Joo Young sembari berdiri dari sofa saat mereka duduk bersama.
Diam...
Diam...
Diam...
“Ji Eun-ssi, aku tidak mau tau hubungan kalian bertiga di masa lalu itu seperti apa, aku tidak menyangka orang masa lalu mu adalah adik sepupuku sendiri di tambah dengan Mina juga, aa-aku aa-aku tidak bisa percaya dengan hal ini.” Ucap Joo Young sambil memegang kepalanya dengan rasa frustrasi dan sedikit tergagap.
“Aa-apa yang akan di ucapkan oleh orang tua Jeongyeon hah!! Kalau... Kalau mereka tau bahwa kekasih anaknya dulu adalah kamu Ji Eun dan jenis hubungan kalian Polyamory bersama Mina rekan kerja anaknya sendiri, apa mereka akan paham dengan hubungan seperti itu hah!!!” Ucap Joo Young lagi dan lagi.
Ji Eun hanya bisa tertunduk saat Joo Young mengucapkan kenyataan-kenyataan yang selama ini dia tutupi. Ji Eun terpaku di tempat dia duduk sekarang, dia tidak bisa mengelak ataupun punya ide untuk menyangkal semua kenyataan yang di ucapkan oleh Joo Young.
Entah dia menangis atau tidak, Joo Young tidak ingin melihatnya lagi. Dia tidak ingin merubah pendiriannya dalam sekejap setelah melihat wajah sendu kekasih hatinya itu nanti.
Diam...
Diam...
Diam...
Sesaat semuanya hening, tidak ada yang berbicara apa lagi mengelak semua yang di ucapkan oleh CEO muda itu. Hanya derap langkah Joo Young ke arah kamarnya, mengambil koper dan merapikan semua pakaiannya.
“Apa yang kamu lakukan sayang?” Ucap Ji Eun seketika saat dia melihat ke arah kamarnya sembari berdiri pelan dan melangkah.
“Apa lagi hmm... Semua sudah berakhir, apa kurang jelas yang aku sampaikan kepadamu dari tadi?” Ucap Joo Young sembari berkemas tanpa melihat lawan bicaranya yang sudah ada di tengah pintu kamar mereka.
“Tapi... Tapi tidak begini caranya sayang.” Ucap Ji Eun berusaha mencegah Joo Young berkemas.
“Hentikan Ji Eun-ssi hentikan!!!” Teriak Joo Young dengan spontan saat Ji Eun berusaha meraih tangannya yang sedang sibuk berkemas.
Ji Eun langsung tersentak saat Joo Young melakukan hal itu dan melepas pegangan tangannya. Ji Eun menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dia seperti flashback ke masa lalu saat Jeongyeon berbuat kasar terhadapnya.
“Dengar Ji Eun-ssi, ini demi kebaikan kita bersama, kebaikan Jeongyeon, kebaikan Mina dan kebaikan semua orang. Aku tidak mau mencegah kebahagiaan adik sepupuku sendiri.” Joo Young berucap sembari memegang kedua bahu lawan bicaranya tersebut.
“Hiks... Hiks... Tapi kamu bagaimana?” Tanya Ji Eun sambil terisak tangis.
“Biarlah aku mengalah untuk kali ini saja, aku mengerti dengan hubungan kalian bertiga, kasihan Mina dan Jeongyeon mereka berdua sangat kehilanganmu, aku akan pergi dan menghilang dari kalian.” Ucap Joo Young tegar sembari memeluk Ji Eun yang sudah menjadi mantan kekasihnya tersebut dengan eratnya.
“Bagaimana dengan calon bayi kita Joo Young-aah?” Tanya Ji Eun di dalam pelukan Joo Young.
“Aku akan menghubungi Dr. Akira secepatnya dan menjelaskan semuanya, kamu jangan khawatir.” Ucap Joo Young sembari mengusap naik turun punggung mantan kekasihnya untuk yang terakhir kali.
Tidak bisa di pungkiri, Joo Young harus bersikap dewasa dalam hal ini, meskipun sangatlah sakit namun dia dengan ikhlas melepas kekasih hatinya tersebut.
Karena sudah tidak ada cinta dan sayang lagi di mata Ji Eun terhadapnya, tatapannya hampir sama persis dengan adik sepupunya, perasaan tidak bisa di paksakan untuk seseorang, yang ada hanya kepedihan yang mendalam.SEMUA SUDAH BERAKHIR. 🐼💔🦁
.
.
.
.
.
Di tempat lain....
“Apa kamu sudah merasa sehat Jeong?” Ucap Papa Akira.
“Iya aku sudah merasa sehat Paman.” Jawab Jeongi sembari tersenyum manis.
“Kekasihku ini sangatlah sehat Papa, dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya di jepang dengan berada di ruangan Rumah Sakit Papa.” Ucap Mina bercanda.
Saat ini mereka sedang makan malam bersama Papa Akira dan Mama Sachiko. Setelah kejadian tadi di Rumah Sakit, Mina membawa Jeongyeon ke rumahnya untuk makan malam karena Jeongyeon sudah merasa baikkan dan ijin dokter untuk pulang. Tentunya sudah dapat ijin juga dari Manajer mereka.
“Syukurlah kalau begitu, Papa tidak ingin sesuatu hal terjadi kepada calon istri kamu ini Mina.” Ucap Papa Akira secara blak-blakan.
“Uhuukk.... uhuukk... Apaa!!” Ucap Mina sembari tersedak makanannya sendiri, Jeongi langsung mengambilkan air yang ada di meja makan.
“Kenapa kamu terkejut Mina, bukannya kalian saling mencintai, bukan begitu, ‘kan Jeongyeon?” Ucap Papa Akira sambil melihat ke arah Jeongi yang berusaha membantu Mina. Jeongyeon sedikit menganggukkan kepalanya antara setuju atau sedikit bingung kenapa Papa Akira langsung menanyakan hal itu.
“Sudahlah sayang jangan menggoda mereka berdua, kita lagi makan malam, biarkan anak-anak selesaikan makan malam mereka dulu.” Ucap Mama Sachiko.
“Bukan begitu sayang, Papa cuma ingin hubungan mereka secepatnya di resmikan seperti pasien Papa kemarin yang jauh-jauh dari Korea hanya ingin mempunyai anak lewat proses rekayasa DNA.” Ucap Papa Akira santai sembari melahap makanannya.
Kedua gadis yang berada di hadapan orang tua Mina ini langsung terdiam dan menghentikan gerakan makan mereka secara bersamaan, ucapan Papa Akira membuat kedua gadis ini tau siapa yang Papa Akira maksud.
Keduanya langsung berpegangan tangan di bawah meja dan saling menguatkan satu sama lain, jangan sampai luapan emosi keduanya tertuang di saat mereka sedang makan malam.
Kring....
Kring....
Kring....
“Halo, Dr. Akira di sini.” Ucap Papa Akira saat ada yang menghubunginya.
“Baiklah saya paham, bagaimana besok kita ketemu di Rumah Sakit saja agar tidak terjadi salah paham.” Ucap Papa Akira lagi sembari sambungan telpon tersebut usai.
“Aahhh.... Ada-ada saja, baru juga Papa bicarakan dengan kalian pasien yang dari Korea tadi, ternyata mereka membatalkan proses rekayasa DNA karena masalah pribadi.” Ucap Papa Akira dengan santainya.
APA!!!!!TBC.
Terima kasih banyak untuk kamu jeongie0 udah nemenin mommy selama dua hari ini dari masa inkubasi parah 🤭
Jangan kapok y hadapin mommy hehe 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Never Ending ( Season 2 ) 💞🌹
FanfictionWARNING CONTENT !!! 🔞 THIS IS POLYAMORY RELATIONSHIP !!!👰👰👰 "Dia semakin cantik dengan rambut panjangnya." "Bukankah itu Joo Young Unnie, untuk apa dia berada di sini?" "Mommy...aku sangat merindukanmu."