“Hei kenapa kalian diam saja?“ Ucap Mama Sachiko sembari berjalan dari ruang makan menuju ke ruang tamu dan melihat dua sejoli itu hanya duduk sambil menatap ke arah pintu depan yang di pisahkan oleh sekat dinding ruangan tersebut.
Diam....
Diam....
Diam....
“Mina.... Jeongyeon.... Sadarlah anak-anak.” Papa Akira juga ikut berucap dan membuyarkan lamunan JeongMi sambil berjalan pelan menyusul Mama Sachiko.
Seketika itu juga JeongMi tersadar dan secara serentak berdiri dari sofa yang mereka duduki dengan wajah tegang sambil berpegangan tangan.
Deg...
Deg...
Deg...
Detak jantung keduanya berdetak begitu kencang secara bersamaan, hingga bisa terdengar dengan telinga telanjang tanpa menggunakan stetoskop.
Denyut nadi pun sudah tidak beraturan di setiap titik lokasi di dalam tubuh dua gadis itu. Se akan-akan hasrat yang dulu pernah mereka rasakan telah muncul kembali, ini seperti menunggu hadiah besar ataukah hal lainnya.
Mereka seperti menunggu layaknya seorang tersangka kejahatan yang akan di eksekusi mati, padahal para gadis belum tau siapakah yang membunyikan bel pintu rumah keluarga Myoui.
“Unnie apakah itu Mommy?” Tanya Mina pelan dan masih setia memegang jari jemari Jeongi dengan gelisahnya.
Diam....
Diam....
Diam....
“Kalau itu Mommy apa yang akan dia lakukan.” Ucap Mina lagi yang masih di diamkan oleh Jeongi.
“Minari, Unnie tidak tau apa yang akan Mommy lakukan terhadap kita, yang jelas bersiaplah segala kemungkinan bisa terjadi nanti.” Ucap Jeongi yang akhirnya menjawab pertanyaan kekasih jepangnya tanpa menoleh ke Mina dan hanya fokus ke arah sekat dinding yang menghubungkan ruang tengah dan ruang tamu rumah itu.
Memang terdengar percakapan dari ruangan itu tapi tidak terlalu jelas apa yang mereka perbincangkan. Rasa penasaran dua gadis membuat mereka sangat gelisah siapakah orang yang telah datang ke rumah keluarga Myoui pada malam hari ini.
“Unnie tanganmu dingin sekali sedingin es batu.” Bisik Mina sembari meniup-niup jemari Jeongi agar tetap hangat. Namun Jeongi masih saja memposisikan tatapannya ke arah sekat dinding itu dan tidak menghiraukan apa yang Mina lakukan sekarang.
“Apa Unnie cemas siapa yang telah datang ke rumahku sekarang?” Tanya Mina lagi, namun Jeongi masih dengan posisinya dan tidak menjawabnya.
“Apakah Unnie begitu gugupnya dan tegang sehingga tidak menghiraukan ucapan bayi kecil dari tadi.” Ucap Mina lagi dengan mode manjanya namun masih setia menghangatkan jemari Jeongi.
“Ahh maaf sayang, maafkan aku.” Jawab Jeongi yang pada akhirnya tersadar dari lamunannya dan merubah posisinya sekarang menghadap Mina.
“Apa Unnie tidak sabar ingin ketemu Mommy hmm?” Goda Mina.
“Unnie tidak tau apakah Unnie siap menemui Mommy atau tidak sayang.” Jawab Jeongi sembari mencium mesra jemari Mina.
“Aku tau Unnie sangat ingin menemuinya hingga suhu tubuh Unnie sekarang sangatlah dingin hihi...” Goda Mina lagi dan lagi, langsung saja Jeongi memeluk kekasihnya tersebut.
“Iya kamu benar sayang, aku sangat ingin menemuinya sekarang juga seperti kamu menemui Mommy tadi siang saat di Rumah Sakit Papa mu dan melakukan hal yang....yang...” Ucapannya berhenti di ujung kalimat sembari mengencangkan pelukannya dan membaringkan kepalanya di bahu mina.
“Unnie maafkan aku atas apa yang telah aku lakukan, aku tau itu juga menyakitimu.” Ucap Mina yang masih merasa bersalah sembari membelai kepala Jeongi.
“Hei lupakan itu sayang, Unnie tidak marah Unnie cuma iri saja dengan apa yang kalian lakukan karena Unnie ingin merasakannya juga.” Jeongi berucap sambil meregangkan pelukannya dengan memegang kedua bahu Mina lalu menatapnya dengan intens.
“Unnie juga ingin membelainya, menyentuhnya, menghirup wanginya, bahkan ingin sekali mencumbunya.” Lanjut Jeongi sembari menyentuh bibir dan mendekatkan wajahnya ke arah Mina.
“Kamu tau Unnie, Mommy masih sama seperti dulu, tatapannya yang sangat sendu, wanginya yang begitu manis, sentuhannya yang lembut.” Ucap Mina yang juga mendekatkan wajahnya.
“Dan juga....” Ucap Mina lagi.
“Dan juga apa hmmm....” Jeongi berucap sembari semakin mendekatkan bibirnya.
“Ini......” Mina langsung membenturkan bibirnya secara tiba-tiba karena Jeongi membuatnya sedikit menaikkan hormon seksualitasnya sekarang, tentu saja Jeongi menerima cumbuan itu sembari memeluk erat pinggang kekasihnya tersebut dengan menariknya lebih menempel lagi, kedua kepala mereka bergerak secara sinkronisasi ke kanan dan ke kiri yang ingin sekali mendominasi dalam pertarungan lidah itu.
Decakan becek dari bibir mereka berdua mengisi kekosongan ruang tengah itu, rasa rindu keduanya terhadap Sugar Mommy selama ini mereka tuangkan malam ini juga, rasa rindu yang ter amat sangat meskipun hanya salah satu dari mereka sudah mencicipinya.
Jeongi sangat merindukan mantan kekasihnya itu dan dia ingin sekali merasakan cumbuan yang di lakukan Mina dan Ji Eun tadi siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Never Ending ( Season 2 ) 💞🌹
FanfictionWARNING CONTENT !!! 🔞 THIS IS POLYAMORY RELATIONSHIP !!!👰👰👰 "Dia semakin cantik dengan rambut panjangnya." "Bukankah itu Joo Young Unnie, untuk apa dia berada di sini?" "Mommy...aku sangat merindukanmu."