8. PILU

10 10 0
                                    

"Menangis? Tentu saja."
(Kania A. F.)
.
.
.

Happy Reading💛
.
.
.
______________________________________

"KANIAAA." Secepatnya, Varo berteriak berlari kencang ke arah Kania. Kania yang tengah duduk di koridor kelas, langsung pergi berlalu dari hadapan Varo.

Varo tak berhenti, ia terus berusaha mengejar Kania. Sampai, ia tiba di kelas Kania, Kania malah mengabaikan Varo. Dan sama sekali tidak memperdulikan nya.

"Bodoh banget sih, cewek kek begitu aja di kejar-kejar. Apa bagus nya coba?." Ketus Alin, merendahkan Kania.

"Ini urusan gw ya lin. Lu gak ada hak buat ngatur-ngatur hidup gw. Lu ngapain disini?." Tanya Varo, yang penasaran ketika Alin tengah berdiri di depan pintu kelas Kania.

"Ya.. mantau Evan lah terus ngapain lagi coba." Jelas Alin tak peduli.

Varo tak menghiraukan Alin. Langsung saja Varo menghampiri Kania di kelasnya.

"Kan, aku mau minta maaf." Jelas Varo.

"Varo gak usah minta maaf. Varo gak salah. Yang salah itu Kania." Ucapan Kania itu membuat seisi kelas terhening.

"Yang salah Kania. Salah Kania, pernah sayang sama Varo berlebihan. Sampe, Kania bersikap bodoh kayak sekarang." Jelas Kania meneteskan air mata nya.

"Varo mikir nggak sih? YANG VARO LAKUIN di depan Kania itu apa?. Hah? Apa?. Mau nyalahin Rena? Nggaak. Kalian sama aja." Lanjut Kania. Desak tangisan Kania, mulai terlihat jelas. Kania sudah tidak bisa lagi menahan air matanya.

"Kan,, iya tau, Varo yang salah. Varo gak tau, kalau Rena bakalan lakuin hal itu. Aku emang jahat kan. Aku lelaki brengsek. Jujur aku nyesel banget sama diri aku sendiri." Jelas Varo, Varo meneteskan air mata nya. Jujur, Sebelumnya, Varo tidak pernah menangis sepilu ini.

Tiba-tiba saja, Rena dan Alin datang di hadapan mereka berdua. Tentu saja, akan ada drama baru diantara mereka.

"Var, daripada nangisin cewek gak jelas. Mending ikut aku nyelesain makalah." Ucap Rena berusaha merayu Varo. Namun, kali ini lelaki itu hanya diam. Sama sekali, ia tidak terbujuk oleh ucapan manis wanita itu.

"Emang yah. Dasar brengsek lu." Ketus Kania kepada Rena. Baru kali ini, Kania berkata kasar seperti itu.

"Yang brengsek itu siapa? Dia atau elu?." Alin menghalangi tubuh Rena dari hadapan Kania.

"Udah jelas kok. Rena yang murahan kan." Balas Kania tak terima.

Plakkk!!!

Rena menampar keras pipi Kania. "Euhhhh.. jaga ya omongan lu." Ucap Rena.

Kania tak tinggal diam. Langsung saja, Kania mendorong Rena ke lantai. Sampai Rena tak sadarkan diri. Sontak, Varo langsung terkejut. Andai saja, Hari ini ada Widya, tentunya Widya pasti akan membantu Kania. Namun, Widya tak masuk sekolah hari ini. Sebab, penyakit lambung yang di deritanya kambuh.

"Kania apa-apaan sih?." Ketus Varo terkejut ketika Kania berhasil mendorong Rena.

"Tolol lu Kan." Celetuk Alin. Langsung saja, Alin dan Varo mengangkat tubuh Rena yang terbaring pingsan.

Begitupun, dengan Evan yang baru saja datang langsung membantu Varo mengangkat Rena. Dan membawa nya ke ruangan UKS.

"Omongan lu gak masuk akal Kan. Kalo lu nggak ngomong kayak gitu mungkin Rena gak bakalan nampar lu." Mungkin, omongan Alin ada benarnya. Coba saja Kania tidak berbicara demikian terhadap Rena. Hal ini mungkin tidak akan pernah terjadi.

|| KANIA LOVE STORY ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang