35 (Devil named Ayas)

76 14 1
                                    

Siswa dan siswi berseragam putih abu-abu itu tampak ramai mengantri di depan kasir kantin. Bel tanda istirahat baru saja berbunyi tapi kantin yang lebarnya hampir seluas garasi mobil Istana Brunei itu sudah dipenuhi oleh para remaja tanggung lapar yang energinya harus segera diisi setelah sebelumnya terforsir untuk belajar dari pagi hingga siang.

Begitupun halnya dengan Brandon. Laki-laki yang kini sedang berjalan mencari meja kosong sambil membawa sepiring somay dan segelas es teh itu kini tampak melemparkan pandangannya untuk menyapu seluruh isi kantin dan menemukan bangku kosong yang dapat ia tempati.

Yes, di pojok samping pilar sana ternyata terdapat satu meja kosong yang sepertinya dapat ia gunakan untuk makan siang dengan nyaman. Namun sialnya sebelum bocah itu berhasil berjalan menuju meja tersebut, langkahnya sudah terlebih dahulu dicegat oleh Ayas yang tiba-tiba datang menghampiri Brandon bersama dua antek setianya.

"Broo.. mau kemana?". Tanya bocah berandalan sekolah yang kini sudah berhenti tepat di hadapan Brandon tersebut. 

Brandon hanya menatap mantan sahabatnya tersebut dengan malas. Rasanya ia sudah tidak ingin berurusan lagi dengan Ayas. Tetapi sepertinya semua keinginannya itu terpaksa harus sirna karena perjanjian diantara mereka belum terselesaikan.. yang artinya Brandon masih harus terus berurusan dengan laki-laki yang kini tengah berdiri dengan angkuh di hadapannya diapit oleh dua antek setia yang selalu ikut kemanapun Ayas pergi.

Brandon mencoba mengabaikan keberadaan Ayas yang menghalangi jalannya dengan berjalan ke arah lain tetapi langkahnya kembali dapat ditahan oleh Ayas.

"Mau kemana sih? Buru-buru banget. Kita ngobrol dulu dong bentar.."

Merasa sedang tidak ingin mencari gara-gara, akhirnya Brandon memilih untuk menghentikan kakinya dari kegiatannya mencari meja kosong. Laki-laki itu lalu menghembuskan nafasnya lelah. Ia mencoba menenangkan dirinya agar tidak terpancing emosi. Apalagi kini beberapa pandangan siswa lain mulai tertuju ke arah mereka berempat.

"Ada apa?". Tanya Brandon dingin.

"Gimana omongan lo yang waktu itu? Soal kesepakan kita?"

Mendengar kesepakan mereka tempo hari kembali dibahas, kontan Brandon kembali menghela nafasnya. Kali ini helaan nafas yang mengartikan bahwa ia bingung. Sejujurnya dalam diri laki-laki itu kini tengah terjadi perang batin karena kesepakatan aneh tersebut. Bagaimana tidak? Brandon harus mengajak jalan Bu Sandra yang mana adalah gurunya sendiri. Tidak, tidak.. Brandon tidak bisa melakukannya. 

"Lo emang udah ngga waras yas.. udahlah". Gumam Brandon kesal lalu memilih untuk segera berlalu dari hadapan Ayas. Namun, sebelum hal itu sempat terjadi Ayas kembali dapat menahan langkah Brandon. Kali ini dengan siraman minuman es cokelat yang semula ia bawa.

Ayas dengan santainya menyiram Brandon dengan es cokelat miliknya ketika laki-laki itu hendak berlalu dari hadapannya. Sontak Brandon kembali menghentikan langkahnya. Ia terkejut bukan main. Bahkan hampir seluruh siswa yang berada di kantinpun kini tampak melihat mereka berempat dengan mulut mengangga karena hal yang baru saja terjadi.

Begitu menyadari apa yang baru saja Ayas lakukan padanya, Brandon segera berbalik dan menghadap mantan sahabatnya tersebut dengan marah.

"Apa-apaan lo?!". Ucap Brandon geram yang hanya dibalas dengan senyuman licik Ayas.

Tak terima, Brandon pun balas menyiram ayas dengan es teh miliknya. 

Kontan hal tersebut langsung membuat Ayas ikut terkejut dan basah di tempatnya.

Perselisihan kini semakin sengit. Ayas yang tidak mau kalah pun membalas Brandon dengan cara menampar piring siomay yang tengah Brandon bawa hingga benda tersebut terjatuh pecah di lantai.

The ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang