17 (Septian 3.0)

89 14 1
                                    

Sasa berjalan tergesa dari parkiran menuju halaman kantor untuk menghindari panasnya sinar matahari yang cukup menyengat kulit. Hari ini ia dan Jamal baru saja menyelesaikan urusan terkait penyewaan studio yang rencananya akan digunakan oleh band enam hari untuk latihan selama tiga bulan kedepan.

Sekarang, langkah wanita itu sudah berhasil mencapai teras kantor dengan tangan kiri memegang erat map berisi kopian surat-surat penyewaan dan tangan kanan sibuk memegang ponsel di telinganya karena kebetulan saat ini ia tengah berada dalam panggilan telepon dengan seseorang.

"Iya Bang Sandy.. ini gue Sasa. Cuma mau bilang kalo tim gue udah dapet studio buat latihan enam hari..". Ucapnya sambil berjalan masuk ke dalam kantor setelah membuka pintu kaca utama menggunakan bahunya.  

Wanita itu kemudian terus berjalan dengan santai menuju ruang kerjanya. Namun sebelum kaki Sasa berhasil sampai di depan pintu ruagan, tiba-tiba suara panggilan Jamal dari belakang membuatnya spontan berhenti dan membalikan tubuh untuk menghadap ke arah sang anak buah yang kini tampak sedang berjalan cepat kearahnya.

Sasa sedikit menaikan kedua alisnya bingung. "Apaan?"

"Nih kunci motor lo". Ucap Jamal sambil memberikan benda logam tersebut kepada Sasa.

Sasa menerimanya dengan senang hati. "Makasih yak.."

"Gue langsung balik ya.. ada kerjaan lain". Tambah Jamal dengan nafas yang sedikit terengah-engah.

Wanita itu hanya bisa menganggukan kepalanya kecil.

"Hati-hati mal..". Balasnya sedikit berbisik agar suaranya tidak terdengar oleh Sandy lewat telepon.

Setelah mendapat ijin dari sang atasan untuk pulang duluan, Jamal pun segera pamit dan langsung pergi entah kemana. Lalu begitu Jamal mulai menghilang dari pandangannya, Sasa juga memilih untuk kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja.

"Enam hari bisa latihan mulai rabu depan bang.. tapi tiap hari rabu doang karena kita cuma booking untuk hari rabu disetiap minggunya.. supaya hemat budget juga..". Ucapnya sambil membuka pintu ruangan.

Kakinya kini ia arahkan untuk berjalan menuju meja kerjanya yang terletak di ujung dan bersebelahan langsung dengan jendela. Ia memang sengaja memilih sisi tersebut agar bisa melihat pemandangan luar gedung dan dapat menikmati angin sore melalui celah jendela yang kacanya bisa dibuka dan ditutup.

Diletakannya map tersebut ke atas meja dengan wajah lelah diikuti dengan dirinya yang mulai mendudukan tubuh di kursi untuk sekedar bersandar dan sedikit mengistirahatkan diri. 

Sasa menghela nafasnya kecil. "Kalo soal jam latihan, nanti bisa diomongin sama bagian acara bang. Tapi kayanya bisa bebas mau jam berapa karena kita booking-nya sehari full.."

"Spesifikasinya udah sama kayak yang abang minta lusa lalu kok.."

"Iya.."

Percakapan tentang pekerjaan itu masih terus berlanjut sampai sekarang hingga tanpa sadar membuat wanita itu mengusap keningnya yang mulai pusing akibat kelelahan. Matanya juga mengawang bebas menatap lantai sekedar untuk mengalihkan perhatiannya dari isi kepala.

Namun tanpa sengaja, ia justru melihat kearah sepatu Conversenya yang ikatan talinya terlepas sehingga mau tidak mau membuat Sasa harus membungkuk untuk mengikat tali berwarna putih itu kembali sambil masih terus terhubung lewat telepon dengan Sandy.

"Drumset lengkap, stand partitur ada banyak, ...". Jawab Sasa agak terbata karena sedikit kesulitan sewaktu mengikat tali sepatu soalnya wanita itu juga harus menjaga ponselnya agar tidak terjatuh dengan cara menjepit benda tersebut diantara kepala dan bahunya.

The ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang