25 (Jae Lamaran)

85 15 1
                                    

Kemaren waktu terakhir gue apdet, pas banget bang eaJ posting foto pake kemeja putih.. ganteng banget

Credits to eajpark
________________________

Flashback beberapa jam yang lalu..

Jae berdiri mematung menghadap keluar jendela besar yang berada disalah satu sisi kamar Fira. Pria tinggi berbalut kemeja putih dan celana panjang hitam tersebut tampak sibuk membuka tutup kotak cincin berlapis beludru warna merah yang tampak mewah dan menawan. Pandangannya kosong menatap sepasang cincin perak murni yang kini tampak berkilau terkena pantulan sinar matahari. Cincin yang katanya akan mengikat dua orang manusia menjadi satu dalam suatu kebahagiaan keluarga.

"Haha..". Tawanya terdengar kering dan sarkatis, ia tak percaya pada asumsi tentang keluarga bahagia yang baru saja melewati pikirannya.

Jae menutup kembali kotak cincin tersebut dengan kesal. Pada akhirnya, hari ini ia bersama keluarganya pergi mengunjungi rumah Fira untuk melangsungkan prosesi lamaran sekaligus tunangan yang sengaja dibuat tertutup dari siapapun termasuk dari para sahabatnya di enam hari. Hal ini bukanlah kemauanya seorang, tapi sudah menjadi keputusannya dan Fira untuk menjaga kabar bahagia ini -atau mungkin tidak- sementara hanya untuk pihak keluarga.

Ya, Jae akhirnya memutuskan untuk menerima perjodohan ini. Ia sebenarnya juga tidak tau kenapa ia mau menerimanya hanya karena merasa iba terhadap kondisi ayah Fira yang ternyata memang sedang sekarat dari dalam. Terlebih ayah Fira telah mempercayakan anak perempuannya kepada Jae dengan tulus sehingga membuat Jae jadi merasa sangat berdosa jika menolak perjodohan ini lalu memperparah kondisi calon mertuanya tersebut. Ia hanya ingin berbuat baik. Toh, setelah menikah ia masih bisa bercerai dengan ribuan alasan yang nanti bisa dibicarakan dengan Fira. Pria itu kemudian memasukan kotak cincin itu kembali ke saku celananya.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka dari belakang punggung Jae yang kemudian memunculkan sosok perempuan berjubah mandi dengan rambut panjang basah tergerai dan aroma samponya semerbak memenuhi ruangan.

Pria itu tak bergeming dari tempatnya. Ia cukup tahu sopan santun dan tata krama dalam berperilaku sebagai pria. Fira baru saja selesai mandi dan ia tidak tau apa yang sekarang wanita itu sedang lakukan atau bahkan kenakan. Jadi untuk menghindari hal yang tidak-tidak, Jae memutuskan untuk tetap berdiri menghadap jendela dengan mata terpejam. Pria itu mengumpat kesal dalam hati karena orang tuanya telah menyuruhnya untuk menunggu di kamar Fira sampai seluruh persiapan selesai di lakukan.

Fira berjalan tak acuh menuju meja riasnya. Wanita itu lantas mengambil hairdryer yang berada di laci meja untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

"Nggak usah khawatir, gue pake baju ini..". Ucapnya datar sambil terus mematut diri didepan cermin dengan tangan yang sibuk menyibakan rambut agar panas dari hairdryer dapat merata.

Jae menghela nafas pelan. Tentu saja Fira tau apa yang ada dipikirannya. Mereka berdua adalah orang dewasa yang sudah tidak naif dengan hal-hal demikian. Pria itu akhirnya memutuskan untuk berbalik dan menatap ke arah calon tunangannya dengan kedua tangan yang ia simpan di dalam saku celana.

"Bathrobe nggak termasuk baju..". Sanggah pria itu setelah berbalik dan mengamati penampilan Fira dari atas sampai bawah.

Wanita itu lantas melirik sinis ke arah Jae. "Atleast gue nggak bugil..". Ucapnya dingin.

Jae hanya bisa memutar bola matanya malas. Entah sejak kapan hubungan mereka yang semula berteman dekat perlahan menjadi dingin dan mulai sarkatis satu sama lain.

Fira kembali melihat ke arah Jae, kali ini hairdryer-nya ia matikan dan letakan di atas meja. Wanita itu tampak mengamati dengan seksama sosok pria jangkung yang kini tengah berdiri bersandar pada tembok sambil bersila tangan.

The ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang