1. Tentang Deritanya

1K 111 10
                                    


Hai...., maaf aku khilaf😭😭

ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ

Malam itu, adalah malam paling kelam bagi dirinya. Dia berlari secepat mungkin menghindari kejaran para suruhan ayahnya.

Sambil menggendong bayinya yang terus saja menangis dan meronta di pelukan.

Dia tetap berlari dan memberhentikan taksi yang kebetulan sedang lewat. Segera saja, dia memberitahu tempat yang akan dia tuju kepada si supir taksi.

Sangat kalut.

Bayi yang ada di dekapannya senantiasa meronta dan menangis. "Kumohon diamlah, sebentar lagi kita akan sampai oke?" dia terus menenangkan anaknya.


° | Halcyon | °



"Hei anak haram," panggil seseorang kepada cowo yang sedang mengelap nakas sambil meraba-raba sekitar.

Andi, saudara sepupu orang yang dipanggil tadi mendekat setelah menegurnya. "Kenapa lo ga tidur aja di gudang sana? Ga capek apa kena marah Opa terus?"

Nevan, anak yang dipanggil tersebut hanya mengeratkan genggamannya, menahan kesabaran.

Melihat hal itu, Andi lantas mencibir "Gausah sok ngerasa berkuasa disini, lo ga berhak marah karena kata haram emang ngelekat di diri lo kan?" ucapnya seraya merapatkan dirinya ke telinga Nevan.

Tersenyum puas atas kata kata yang menurutnya akan menyakiti hati si anak haram.

"Mending lo ke gudang sana, merenung kenapa di hari itu lo ga mati aja. Daripada jadi sampah kayak gini"

Setelah berkata, dia meninggalkan anak lelaki itu dengan sesak yang terus mengambang di sekitar. Benar, kenapa dia tidak mati saja hari itu daripada menjadi buta tidak berguna seperti sekarang?

Nevan hanya diam mendengar cibiran dari sepupunya sambil membereskan peralatan bersih dan mencari tongkat. Pasti sepupu laknatnya memindahkan tongkat dia. Sengaja mempersulit hidupnya lagi dan lagi.

Dia pun meraba- raba sekitaran lantai dan sekeliling nakas, berharap menemukan alat bantu mobilitas dia untuk berjalan.

Sebenarnya ia tidak terlalu membutuhkan tongkat putih itu,
hanya saja dirinya terlalu takut jika Opa menemukan dia tidak memakainya.
Opa akan marah besar.

"Coba sekali-sekali kamu lawan dia, lama kelamaan tuh anak makin jadi kalo didiemin aja" ucap Nathan, sepupu Nevan lainnya.

Hanya dia yang membantu bocah itu ketika dia ditindas dan dicaci keluarganya. Tetapi, Nevan tak ingin terlalu naif. Dia tahu, sedari dia lahir seluruh keluarganya tidak akan pernah menerima hadirnya.

Nathan yang menemukan tongkat itu pun menempatkannya di tangan sang pemilik. Nevan hanya diam saja dan segera berlalu dari sana.

Menghiraukan Nathan yang sedang berharap barangkali bocah itu lebih terbuka kepadanya.

"Huft...., seharusnya kamu lawan orang-orang yang nindas kamu. Tante Donna gak akan suka anaknya diginiin terus"


° | Halcyon | °


Semenjak langkah kakinya memasuki rumah sang kakek, dia tahu seluruh keluarga yang menyambutnya menolak kehadiran dia. Tidak terlalu repot untuk melihat, dari auranya saja dia dapat merasakan itu.

"Dia anaknya Donna kan? Gila, bahkan dia belum menikah sudah mempunyai anak"

"Makanya dia malu untuk kembali kesini, tetapi mengapa anaknya tidak tahu malu"

Halcyon [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang