8. Tetaplah Disini!

399 63 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘 ♥️

Nathan melihat ke arah Dika dan Nevan yang tengah berbicara di pendopo, lagi-lagi ia merasa kalah saing.

Orang-orang begitu mudah untuk mendekati sepupunya, namun tidak bagi dirinya. Sejak awal Nevan menginjakkan kaki disini, baru kemarin saja ia merasa dekat.

Hassan yang bahkan baru bertemu sehari saja langsung akrab dengan Nevan. Begitu juga dengan Dika, menurutnya pemuda itu tak pantas menerima kata maaf dari Nevan.

Nathan kembali memicingkan matanya untuk melihat kedekatan Dika dan Nevan.

Laki-laki itu jelas mengingkari janjinya untuk datang kembali ke hadapan Nevan.

Dan anak itu rela menunggu beberapa tahun lamanya. Kemudian dengan tiba-tiba ia datang memohon maaf dan menuntun Nevan untuk ikut bersama dengannya. Bukankah itu sudah cukup jelas bahwa ia tak tahu diri?

Pemuda lesung pipit itu menyesap kopi yang sempat tadi ia beli di jalan kemudian mengetik sesuatu di laptop.

Ya, ia terpaksa menjauh dari mereka untuk mengerjakan tugas kuliahnya yang menumpuk.

Nathan memilih mengerjakannya di dekat mereka agar sambil mengawasi. Ia masih ragu dengan kedatangan Dika yang mendadak.

“Kak Nath! Makasih ya makanannya!” terdengar seruan dari pendopo itu.

Netranya mendapati si Nevan yang tersenyum bahagia disana. Ia pun memutuskan untuk menghampiri mereka sebentar.

Di pendopo itu, banyak sekali bekas makanan berserakan dan tak lupa juga Nevan yang cengar-cengir tidak jelas. Secepat itukah suasana hati anak itu berubah? Kemana Nevan yang suram tadi pagi?

Nathan bertaruh, jika ia tak bertemukan Dika dengan bocah itu, ia yakin Nevan masihlah suram seperti pagi tadi.

“Kak, kak Nath yang dateng kan?” tanya anak itu kepada Dika.

Dika mengelus surai legam milik Nevan dengan lembut, “Iya itu kak Nathan yang dateng,”

Tindakan itu tak luput dari manik mata Nathan, pemuda itu berdecih di dalam hati. Bahkan trauma milik Nevan memilliki pengecualian untuk pemuda asing itu?

Kemudian Nevan memajukan badannya untuk mendekati Nathan yang berada di depannya lalu meraba mencari tangan milik Nathan. Pemuda itu sadar dan langsung menarik tangan kecil Nevan, menggenggamnya.

“Apa boleh habis ini Evan ikut kak Dika?”

“Gak!” jawab Nathan dengan cepat seraya melepas paksa genggaman tangan mereka.

“K-kenapa? Evan capek tunggu Bunda disini, E-evan mau pergi dari sini,” pinta anak itu dengan mata yang berkaca-kaca.

“Pake nanya? Kamu tau kan Opa bagaimana? Kamu mau dihukum lagi?”

Halcyon [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang