"Ra, gue mau jadi jelek aja lah"
""""""
18.23
Dika menghela nafas pelan. Setelah ia meninggalkan kelas tadi karena kekesalannya yang tidak terbendung atas ucapan Alena tentang sahabatnya, lelaki itu memilih berputar putar tanpa arah untuk meredakan amarahnya. Ia meninggalkan tas beserta seluruh barangnya di kelas, hanya membawa dompet dan ponselnya di saku celana sekolahnya.
Bukannya pulang, lelaki itu mengikuti semua kata hatinya ingin berbelok kemana dan di sinilah ia memarkirkan mobilnya. Di depan asrama putri di kota pelajar itu.
Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam lobby asrama tersebut lalu mendudukkin salah satu kursi yang tersedia untuk menunggu bagi para tamu. Jemarinya cekatan memberi kabar untuk Haura agar segera turun menemuinya di Lobby.
15 menit berlalu dan gadis itu belum muncul juga bahkan pesan Dika juga belum terjawab.
Tak ingin menunggu lebih lama lagi, Dika bangkit dan melangkahkan kakinya menuju pusat informasi yang biasa di pakai untuk memanggil penghuni asrama. Baru saja ia mendekati meja besar dengan petugas penyambut tamu di baliknya, mata Dika menangkap sosok Haura yang baru saja keluar dari ruang laundry dengan keranjang berisi baju bersih dalam pelukan tangan kirinya.
"Ura"panggilnya pelan namun cukup membuat gadis itu berbalik dan menatapnya heran.
"Hai Dik, kok disini?"tanya Haura sembari berjalan mendekat menuju Dika yang masih berseragam SMA lengkap.
Lelaki itu menatap Haura sendu sebelum akhirnya menarik gadis itu kedalam pelukannya. Sementara gadis itu menegang terkejut, Dika malah makin mengeratkan rengkuhannya. Tidak peduli dengan petugas penyambut tamu yang menonton mereka bingung. Tidak peduli dengan Haura yang -
PLETAK!
memukul kepala Dika dengan hanger plastik di tangan kanannya.
"Lo ngapa sih, lepas!"sosok dalam rengkuhan Dika mulai mengeluarkan berontakan kecilnya. Tapi Dika masih enggan melepaskannya.
"Nggak mau, bentaran Ra...."lirihnya membuat Haura berhenti bergerak, mulai mengerti jika lelaki itu sedang sedikit kacau.
"Lo kenapa Dika?"kali ini Haura melemahkan nada suaranya berusaha membuat sahabatnya itu mearasa lebih baik, tetapi ia tidak bisa membalas pelukan lelaki itu, kedua tangannya penuh dengan hanger penjemur baju dan baju bersih yang baru saja di ambilnya.
"Kesel banget sama Alena"adunya pada gadis yang sudah menjadi sahabatnya sejak empat tahun yang lalu.
"Iya, Alena kenapa lagi?
"Kok gue ganteng banget sihh..."Dika makin menenggelamkan wajahnya pada bahu Haura. kalimat yang meluncur terkesan sombong tapi nadanya terkesan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
(beauty) GOALS | KIM DOYOUNG
Fanfiction"Tentang Dika yang menjaga gadisnya dari jarak ratusan kilo. Tentang Dika yang menjaga gadisnya dengan seribu cara yang tak pernah dirasa. Tentang perasaan tulus Dika yang tak terpatri. Tapi.... Dika cuma manusia yang bisa salah langkah" Kim Doyoung.