"Haduhh pusing banget nagihin Ura bayar utang, duitnya selalu abis buat jajan telur gulung"
''''
"Dik, lo lihat Ura nggak?" tanya Acha panik membuat Dika menoleh dan mengerutkan dahinya.
"tadi sih iya, dia nimpukin gue pake sepatu nya. terus katanya dia mau keluar gitu , nggak tau kemana" jawab Dika sekenannya tidak peduli dengan ekspresi Acha yang khawatir.
Hanya Acha yang tau perihal masalah Haura dengan salah seorang anak kelas sebelah yang bisa membuat Haura nekat tidak tidur 3 hari 3 malam hanya untuk belajar. Nekat menghabiskan setumpuk buku latihan soal demi mengalahkannya.
"Bawa sesuatu nggak?" tanya Acha sambil menggoyangkan bahu Dika kembali. Membuat Lelaki itu menggerutu kesal karena merasa proses tidurnya diganggu.
"iih gatau, Cha. Lo cek aja sendiri mejanya, gue mau tidur!" jawab Dika ketus dan melanjutkan proses tidurnya.
Acha melirik sosok yang berusaha menutup kelopakmatanya diatas meja itu dengan sebal hingga ia melayangkan toyoran kecilnya di kepala Dika.
Gadis berambut lurus itu memulai kembali penjelajahannya keluar kelas. mencari sahabatnya di setiap sudut ruangan. Hingga tibalah dia di depan pintu perpustakaan setelah selesai mengelilingi sekolah
Acha mengatur nafasnya sebelum mesuk perpustakaan yang tenang nan damai itu. memulai lagi pencariannya di tujuan terakhir. tempat terakhir. ruangan terakhir. harapan terakhir. Gadis itu mulai menyerah atas pencariannya sampai ia teringat pada salah satu hal kesukaan sahabatnya itu.
DINGIN!
ya sahabatnya freak nya yang satu itu sangat menyukai dingin. apapun yang berhubungan dengan dingin pasti disukainya bahkan lelaki dingin pun menjadi seleranya.pfftt... tapi memang itu faktanya.
Gadis berambut lurus sebahu itu pun berlari menuju lorong paling sepi dibelakang sana yang berhadapan langsung dengan AC perpustakaan. BINGGO! Haura benar benar ada disana. tetapi diluar dugaan Acha, gadis itu bukannya mengerjakan soal tetapi malah tidur diatas buku soal yang ia bawa.
Acha menghela nafas lega saat tau Haura tidur dan tidak kecanduan soal lagi. Gadis itu tidak tau lagi bagaimana menghentikan teman dekat super anehnya itu jika sudah tergila gila dengan buku soal karena stress yang melandanya.
"Ra, bangun oi! lo nggak ke kantin? lo nggak laper emang? Perut lo kan karet bener, masa ga laper sih" Gadis itu menjulurkan tangan kecilnya dan menggoyang kan tubuh gadis yang terbaring dihadapannya.
"Cha?" Panggil Haura yang terlihat masih berusaha mengumpulkan kesadaran.
"Apaan?! bangun bego, udah mau bel "
"Gue capek cha, kenapa Array pinter banget sih cha? kan gue susah ngejarnya" Haura duduk dan memeluk lutunya.
Acha sudah menduganya sejak awal. Ia dan Haura memang baru mulai berteman saat awal mos artinya baru hampir satu tahun mereka kenal. namun Acha sudah paham tentang masalah ini. semua tentang Haura, Array, dan Jeff.
Sebenarnya hubungan ketiganya sudah menjadi rahasia umum. Semua warga sekolah tau tentang perasaan bocah macam Haura pada kakak kelasnya. Tapi tidak banyak yang tau tentang apa yang Haura perjuangkan demi harga dirinya dihadapan sang kakak kelas.
"Udah Ra, lo sabar aja diet dulu sebentar kan entar ada Dika yang mau sama lo" Hibur Acha.
"Lo mau gue timpuk juga kayak Dika?!" Haura meninggikan suaranya membuat Acha buru buru membekap mulut jurusan gibah gadis di dekatnya.
"Pelan pelan bloon, ini perpus" Bisiknya kesal.
" gue sebagai perempuan cuma mau mempertahankan harga diri gue,Cha. Gue susah payah belajar ampe sakit sakit an, dan apa yang gue dapet? gue masih g bisa ngalahin Array, gabisa , Cha. Susah. Puncaknya Gue.. hiks... Gue tadi ketemu Kak Jeff, dan dia bilang gue bukan apa apa, Otak gue gabisa dipake buat bandingan Array" Haura kembali memeluk lututnya dan terisak. Acha yang melihatnya ikut merasakan lelahnya gadis berambut gelombang itu belajar demi mengalahkan Array. Tapi rasanya sia sia. Tidak ada yang menghargai semua kerja kerasnya.
Array pindah ke sekolah mereka setelah 3 bulan sejak ajaran baru. menghapus semua ambisi Haura untuk menjadi seperti abangnya yang selalu menjadi kepercayaan sekolah. menghapus semua harapan Haura untuk menunjukkan apa yang dia bisa pada kak Jeff.
Array datang bak dewi yang baru saja turun dari khayangan. Parasnya yang menawan serta kemampuan otaknya yang menjanjikan ditambah satu poin penting yang membuatnya dengan mudah menggeser Haura dari kepercayaan sekolah. Array teliti, tenang dan tidak ceroboh, benar benar berbeda dengan Haura.
"Udahan dong Ra nangisnya, Lo sih ceroboh banget jadi orang, makanya sekolah pilih Array daripada lo. Udahan nangisnya, Otak lo tuh sebenernya lebih segala galanya dari pada si Array, sayangnya lo ceroboh sehidup semati"
"Males banget gue sama lo, sok bijak berujung ngehujat!" cibir Haura sambil tertawa
"udah ah gue laper, mending sekarang kita ngantin aja ,istirahatnya abis ini habis loh" lanjutnya sambil berdiri dan merapikan tumpukan bukunya yang tadi ia gunakan untuk bantalan tidur.
"siapa juga yang nyuruh buang buang waktu istirahat, lo sih pake nangis segala idih" gerutu Acha
_______
Jaehyun
As
Kak Jeff
Udah dibilangin kan dari awal
- Umur dan kondisi apapun tidak bersangkutan dengan apa yang ada di kehidupan nyata, jadi jeff disini lebih tua daripada Dika
-Yang ada disini biarlah disini, gausah dibawa kemana mana
-Sekian Terima Doyoung
KAMU SEDANG MEMBACA
(beauty) GOALS | KIM DOYOUNG
Fanfiction"Tentang Dika yang menjaga gadisnya dari jarak ratusan kilo. Tentang Dika yang menjaga gadisnya dengan seribu cara yang tak pernah dirasa. Tentang perasaan tulus Dika yang tak terpatri. Tapi.... Dika cuma manusia yang bisa salah langkah" Kim Doyoung.