[21] Joan

10 2 0
                                    

Keduanya sama sama terdiam di atas ranjang rumah sakit. Haura nggak tau harus gimana. Pengen rasanya berharap kalau bantuan segera datang, contohnya Anggi atau Jane. Tapi jelas mereka akan pergi dalam waktu yang lama. Belum lagi Anggi ini kan tangan kanan Dika. Sudah pasti dia tidak akan kembali dengan cepat.

Memecah hening, Haura beranjak mengubah posisinya menjadi

duduk. Buat Dika juga akhirnya Duduk hadep ha depan di atas brankar.

Haura mengangkat lembar lembar uang ditangannya. Terus dia taruh di atas tangan Dika yang terbuka. Kontan Dika terdiam. Belum berani berkata kata. Milih buat biarin Haura kasih penjelasan.

"Lo tuh kalo mau confess confess aja gausah pake acara nagih utang gini. Mana ngasih pilihan lagi. Tuh duitnya gue udah bayar"

Wah salah kaprah ini. Terus maksud Haura tuh?

"Berarti ini lo..."

Mukanya Dika udah kayak kecewa berat. Nggak ngerti kecewa sama pilihan Haura atau sama dirinya sendiri. Dia tau Haura bukan tipe yang mudah seperti itu. Yang sekarang Dika lakukan juga memang sudah keluar dari rencana awal. Seharusnya masih lama, bukan sekarang. Tapi melihat apa yang ada di sekitar Haura, rasa rasanya terlalu tidak adil kalau ada manusia yang satu langkah di depannya.

Egois? Memang.

"Gue kenapa?"

"Nggak apa apa, lupain. Gue faham kok" Dika membuang muka kemana pun asal bukan gadis yang malah tersenyum di depannya.

"Emang kenapa gue?" desak Haura lagi.

"Gue paham, tapi udah lah nggak usah diomongin' katanya lagi. Kali ini hendak beranjak turun dari brankar yang sayangnya keburu ditahan oleh Haura.

"Heh? Emang apaan? Nama nya hutang tetep harus dibayar Dikaraaa astagaa" perempuan itu msih tersenyum " "hutang nya gue bayar, gue gabakal jadian juga sama Joan. Gue tau lo lebih dari paham maksudnya. Lo pinter. Udah nggak usah dilanjut gue geli"

"Maksudnya?"

"Nggak perlu diperjelas, gue geli astagaa"

"Gue serius ini"

"Kalo serius ngomongnya bukan ke gue, bokap gue tuh dirumah'

"Boleh nih beneran?"

"HEH GUE MASIH KULIAH YA GAUSAH NGADI NGADI!"

-///-

Anggi menatap memicing ke arah brankar di tengah ruangan. Nggak jauh beda dengan yang sedang dilakukan Jane. Dia gadis itu sudah kembali dan mendapati brankar rumah sakit diisi oleh dua orang yang asyik menonton tv sambil memakan cemilan di pangkuan mereka.

Seharusnya itu jadi pemandangan biasa. Benar benar biasa. Mengingat bagaimana Haura memang terlampau dekat dengan lelaki berinisial D tersebut. Namun yang membuat Jane dan Anggi curiga adalah reaksi Haura sendiri yang panik saat keduanya masuk.

Haura hampir langsung melompat turun begitu pintu dibuka. Saking panik nya dia sampai lupa kalau dialah yang seharusnya di atas brankar. Namun Dika menahan dengan satu tangannya. Malah melempar tatapan bertanya pada Anggi.

"Kayak nya gue melewatkan sesuatu" sinidir Anggi lalu duduk di sofa  diikuti olah Jane disampingnya.

Dika memasang wajah tanpa bersalah "Nggak ada kok"

Disitu Haura yang merasa aneh. Padahal ya benar. Memang tidak ada yang terjadi dan tidak ada yang Anggi lewatkan.

Jane menyesap minumannya sebelum berucap "kalian pacaran?"

Sontak kedua manusia di atas brankar menggeleng kompak. Benar kan?

Jane hanya mengangguk angguk lalu terdiam di tempatnya sembari ikut menonton televisi di sofa bersama Anggi sedang Haura tetap di tempatnya masih juga dengan Dika.

(beauty) GOALS | KIM DOYOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang