"Pengan ternak ayam, biar kalo laper tinggal ambil telurnya, bikin telur gulung"
""""""
BRAK!
"Hosh...Hosh...Ura..hhh..puhhhlanghhh"Haura terengah engah masuk kedalam share house yang manjadi tempat tinggalnya setahun terakhir.
Setelah kelulusannya dari jenjang putih abu, Haura berhasil mendapatkan beasiswa di salah satu universitas ternama di paris, sesuai dengan targetnya selama ini. Tunggu, bukan selama ini, lebih tepatnya targetnya setelah ia menginjak SMA. Ya, sejak memasuki jenjang sekolah menengah atas itu Haura membanting setir masa depannya, berbelok arah.
Sejak kecil Haura bercita cita ingin menjadi dokter, bahkan gadis itu begitu cinta dengan bau rumah sakit dan segala hal yang ber unsur pelayanan kesehatan. Semua teman temannya tau tentang obsesinya untuk berkuliah di jurusan kedokteran pada universitas terbaik. Tapi begitu ia menduduki jenjang SMA, kala itu ia duduk diatas kloset sambil melamun. Bukan sedang buang air, teman temannya menguncinya di dalam sana karena ia pergi ke restoran yang sedang membuka makan gratis sendirian.
Banyak orang bilang kloset adalah tempat berpikir paling baik dan paling nyaman. Dimana semua ide dan gagasan bermunculan. Mungkin itulah yang terjadi pada Haura kala itu. Terduduk diatas kloset tanpa melakukan apapun membuat Haura berpikir dokter terdengar sangat penting bagi kehidupan manusia. Menyelamatkan hidup orang lain, bukan kah itu mulia? tetapi makin hari peminat kedokteran kian tinggi, bukan Haura pesimis akan peluang yang kecil, ia yakin ia bisa. Tetapi rasa rasanya aneh jika Haura harus menyamai banyak orang, ia benci terlihat sama dengan mayoritas masyarakat. Lalu dari sana perlahan lahan obsesinya untuk menjadi dokter terkikis perlahan, dan entahlah saat itu yang terpikirkan olehnya adalah wewangian, parfum, dan lainnya. Terdengar unik bukan? dan cukup menantang.
Ya semuanya berawal dari kloset yang membuatnya membanting setir tentang rencana hidupnya. Terlihat tidak semulia pelayan masyarakat memang, tapi Haura yakin semua pekerjaan yang ada itu mulia pada tempatnya masing masing, asal tidak menyenggol tindak kriminal.
"Whats wrong with you? is the jul's dog chase you again, huh?" salah satu teman sharehouse Haura memunculkan dirinya dari arah dapur dengan membawa segelas teh panas yang sedang diaduk. Gadis itu menatap Haura bingung.
"Nope"jawab Haura sembari mengatur napasnya dan melepas sepatunya sedang gadis tadi masih berdiri di hadapan Haura dengan rambut panjangnya yang dikucir berantakan dan tangannya yang masih setia mengaduk gula dalam teh dicangkirnya.
Tak lama kemudian gadis itu mengendikkan bahunya tak peduli dan melangkah ke ruang tengah. Haura yang melihat itu langsung ikut melangkahkan kakinya kedalam.
Setelah berhasil mendapat beasiswa tepat pada incarannya, papa Haura yang sejak awal memang penuh persiapan mengabari dari rumah mereka di Malang, jika sang papa menemukan sebuah rumah yang siap di sewa. Beasiswa Haura tidak mencakup asrama, jadi ia mencari rumah yang bisa disewa dengan harga yang terjangkau.
KAMU SEDANG MEMBACA
(beauty) GOALS | KIM DOYOUNG
Fanfiction"Tentang Dika yang menjaga gadisnya dari jarak ratusan kilo. Tentang Dika yang menjaga gadisnya dengan seribu cara yang tak pernah dirasa. Tentang perasaan tulus Dika yang tak terpatri. Tapi.... Dika cuma manusia yang bisa salah langkah" Kim Doyoung.