15. Kejujuran Yang Menyakitkan

263 8 0
                                    

Kedatangan Sinta dan Alesha di restauran pun disambut baik oleh Dave, lunch yang diselingi pembicaraan bisnis itu pun menjadi semakin menarik saat gagasan keduanya di terima oleh bos mereka itu.

"Ide kalian memang luar biasa, aku gak nyangka kalau cabang butik kita menjadi sukses seperti sekarang dan semua itu karena kalian berdua,"

"Semua itu berkat idenya Alesha Dave, dia selalu punya ide yang brilian buat butik kita,"

"Kamu juga kok Sin, ide kamu juga gak kalah oke," puji Alesha.

"Aku bangga banget bisa bekerjasama dengan dua wanita tangguh seperti kalian berdua, sangat wajar kalau desain di butik kita begitu diminati sampai keluar negeri,"

"Lo terlalu memuji Dave, nanti kita melayang nih hehe," canda Sinta.

"Oh ya gimana kabar kamu Sha? Aku coba menghubungi kamu beberapa hari ini gak bisa, kamu kemana aja?" tanya Dave penasaran.

"Hmm aku ada urusan Dave,"

"Alesha ada bisnis di luar kota Dave, biasa ikut suaminya sekalian honeymoon season selanjutnya tu," celetuk Sinta.

"Kamu pergi sama Rama?"

"Iya Dave," Jawaban Alesha membuat Dave kecewa, ia menghela nafas seakan tak percaya dengan keputusan Alesha itu. Mungkin bukan haknya untuk marah, namun perasaannya yang masih utuh buat Alesha pun membuat Dave tak bisa menutupi rasa cemburunya.

"Lo kenapa Dave? Sakit ya," tanya Sinta melihat wajah pemuda itu yang terlihat tak bersemangat.

"Gue gakpapa Sin,"

"Sorry Dave, aku memang pernah mencintai kamu tapi saat ini keadaan sudah berubah. Aku gak mau melukai suami aku," batin Alesha merasa tak enak pada Dave.

"Aduh Sha, gue sampai kelupaan. Gue ke Mall di seberang sana sebentar ya. Ada titipan nyokap nih, nanti gue balik lagi kesini. Lo gakpapa kan Sha gue tinggal?"

"Iya, hati-hati Sin,"

"Iya gue gak lama,"

"Iya,"

Pandangan Alesha pun beralih pada Dave yang masih menunduk, kali ini pemuda itu mengambil rokok disakunya. kebiasaan itu pun sangat Alesha pahami saat kekecewaan terlihat di mata Dave.

"Dave...,"

"Jangan cegah aku Sha,"

"Aku mohon, itu gak baik buat kesehatan kamu," Alesha menyingkirkan rokok di tangan Dave, ia menatap pemuda itu lekat berusaha menenangkan Dave yang terlihat patah hati. Alesha pun tak bermaksud untuk menyakiti Dave, tapi ia juga tak ingin memberikan harapan yang lebih pada pemuda itu, keputusan yang ia ambil pun menjadi pilihan yang terbaik buat mereka.

"Aku lebih dulu mencintai kamu Sha, aku tetap setia menunggu kamu, tapi kenapa harus dia? Kenapa harus Rama yang memiliki kamu,"

"Dave plis, ini takdir yang harus kita jalani. Aku sangat berterima kasih karena kamu sudah banyak membantu aku selama ini,"

"Tapi kenapa aku gak bisa memiliki kamu lagi Sha, sedangkan aku tau kalau kita selama ini mempunyai perasaan yang sama. Aku masih sangat mencintai kamu bahkan cinta yang aku miliki mungkin jauh lebih besar dari Rama, aku akan memberikan kamu kebahagiaan. Kamu ingat perlakuan Rama dan orang tuanya terhadap keluarga kamu, apa kamu masih mau menerima kehadirannya sedangkan keluarga Rama sudah menghancurkan hidup kamu, masa depan kamu, dan mimpi-mimpi indah kita dulu,"

"Dave aku mohon cukup, jangan mengungkit lagi soal itu. Aku mencintai Rama, aku butuh dia," lirih Alesha.

"Gak, itu bukan cinta Sha. Kamu cuma kasihan sama dia karena dia selalu berusaha meluluhkan hati kamu, karena dia mencoba meruntuhkan kebencian kamu. Aku bisa lihat itu di mata kamu kalau luka itu masih terukir jelas disana karena perbuatan keluarga Rama. Kesedihan kamu dan kematian orang tua kamu, apa semudah itu kamu melupakannya Sha? Hanya demi cinta semu kamu untuk Rama. Buka mata kamu Sha, kamu gak pernah mencintai Rama. Kamu membenci dia dan tujuan kamu untuk membalas dendam dengan dia," ujar Dave mencoba meyakinkan Alesha.
Kembali air mata Alesha meluruh mrngingat kepergian orang tuanya, apa mungkin semua ini hanyalah cinta sesaat untuknya sedangkan kenyamaan itu bisa ia rasakan dari Rama.

Cintaku Lebih Dari DendammuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang