6. Perasaan Yang Sebenarnya

1.8K 80 0
                                    

"Apa ini jawaban darimu Tuhan, apa mungkin cinta itu memang tak pernah ada untukku. Kenapa luka ini terlalu dalam kamu torehkan sayang, seburuk itu kah aku di mata kamu sehingga kamu meruntuhkan komitmen diantara kita,"

Tatapan Rama begitu sendu memandangi kalung berbandul hati yang ia belikan untuk Alesha, semua keingingannya untuk membahagiakan sang istri seakan usang saat kenyataan pahit itu ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Kenapa wanita yang begitu di cintainya begitu mudah menggoreskan luka pedih di hatinya, disaat ia berusaha memperjuangkan pernikahan mereka selama ini, ia justru memergoki istrinya memeluk pria lain.

Pria yang sama yang membuat perasaan Rama hancur berkeping ketika wanita yang dicintainya lebih membela pria itu di banding dirinya, Rama tak pernah memahami apa kesalahannya hingga Alesha begitu tega mempermainkan perasaannya seperti ini. Mungkin cinta yang terlalu besar di hatinya membuatnya buta, walau sekuat apapun hujaman belati yang ditorehkan Alesha melukainya. Ia tak akan pernah berhenti untuk mencintai istrinya itu, memang tak mudah menjalankan pernikahan karena sebuah perjodohan tapi janji suci yang sudah Rama ungkapkan dihadapan Tuhan untuk menjaga wanita yang paling berharga di hidupnya membuat Rama menepis semua rasa sakit yang di torehkan Alesha. Ia meyakini jika hati itu akan kembali utuh buatnya, walau Rama tak pernah tahu kapan semua itu akan tejadi.

"Aku akan tetap mencintai kamu sayang dan itu gak akan pernah berubah," lirih Rama mengenggam kalung di tangannya, sejenak ia memejamkan matanya berusaha menenangkan fikirannya yang cukup tersita dengan kejadian di Cafe tadi, walau Alesha tak menyadari kehadirannya disana tapi Rama bisa melihat secara jelas apapun yang dilakukan sang istri dari mobilnya. Kekhawatiran Rama pun seakan beralasan saat hal yang tak pernah ia harapkan terlihat sendiri di matanya ketika Alesha menangis di pelukan Dave. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa jika kehadirannya hanya akan membuat Alesha semakin membencinya.

"Rama, kamu belum pulang?" tanya Wina menghampiri Rama di balkon ruang kerjanya.

"Nanti Win, masih ada beberapa file yang belum aku periksa,"

"Tapi ini sudah malam, apa gak sebaiknya besok aja dilanjutin, istri kamu pasti sudah menunggu di rumah,"

"Sebentar lagi,"

"Kamu kenapa Ram? Aku perhatikan sejak tadi kamu kusut banget. Kamu lagi ada masalah?" tanya Wina.

"Gak, mungkin perasaan kamu aja Win," Rama mencoba menutupi.
"Kamu gak bisa bohong Ram, aku bisa lihat itu dari mata kamu, sejak tadi kamu cuma murung. Meeting juga gak konsen, ada apa?" tanya Wina khawatir.

Sejenak Rama terdiam menatap gadis itu, ia tak mungkin menceritakan masalahnya pada Wina, tentu Rama tak ingin orang lain ikut terbeban dengan kehidupan pribadinya.
"Aku gakpapa, kamu gak perlu khawatir," Rama menangkup kedua pipi Wina, gadis itu pun tersenyum getir melihat beban di wajah Rama walaupun ia mencoba menepis tapi semua itu bisa terlihat dari tatapan matanya yang begitu sayu.

"Ya sudah, kamu mau pulang kan? Aku antar ya. Sudah malam juga, aku siap-siap dulu," ujar Rama memasuki ruang kerjanya membereskan berkas-berkas meetingnya.

"Iya,"

"Kamu tunggu di parkiran aja Win, aku gak lama kok,"

"Oke Ram,"

*

Sebelum mengantarkan Wina ke apartemennya, Rama pun memenuhi undangan dari sahabat-sahabat kuliahnya dulu di restauran, bersama gadis itu mereka mendapatkan sambutan hangat dari teman mereka yang sudah menunggu kehadiranya. Tentu hal ini menjadi ajang reuni buat mereka mengingat masa-masa kuliah dulu, membicarakan tentang banyak hal dan kehidupan pribadi masing-masing menjadi bumbu keakraban Rama bersama orang-orang yang berperan penting di dihidupnya, paling tidak dengan berkumpul bersama mereka bisa sejenak melupakan masalah yang dihadapinya sekarang.

Cintaku Lebih Dari DendammuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang