3. Kecewa Berat

2.9K 89 1
                                    

Rumah

Alesha membanting pintu kamar dengan keras, ia tak perduli panggilan dari Rama yang terus memintanya untuk berbicara. Kekesalannya seakan bertubi pada pemuda itu, entah sampai kapan ia harus bertahan dengan semua sikap Rama yang membatasi ruang geraknya, kejadian di butik tadi begitu membuatnya malu, bagaimana tidak semua orang hampir membicarakan tentang kasus pemukulan yang di lakukan Rama pada Dave yang menjadi donatur bisnis terbesar di butik miliknya.

"Sayang, aku minta maaf. Aku gak bermaksud kasar sama kamu, aku cuma gak mau terjadi apa-apa sama kamu,"

"Aku gak mau mendengar apapun juga Ram, aku capek berdebat sama kamu. Dave itu sahabat aku, dia juga pemilik saham terbesar di butik aku, harusnya kamu paham soal itu!"

"Tapi aku gak mau dia melakukan hal yang gak pantas sama kamu sayang, aku gak mau dia bertindak kurang ajar sama kamu. Aku bisa melihat dari cara dia memperlakukan kamu kalau dia,"

"Aku minta cukup Ram! Aku gak mau mendengar apapun lagi. Kamu egois, kamu selalu seenaknya sendiri! Kamu harusnya belajar buat menghargai orang lain bukan bersikap semena-mena seperti itu," teriak Alesha, ia menutupi tubuhnya dengan selimut tak ingin berdebat lagi dengan Rama, entah sampai kapan semua ini akan berlalu di hidupnya. Rama tak jauh berbeda dengan mertuanya yang selalu bersikap seenaknya sendiri, kebencian itu pun makin membara di hati Alesha.

Rama terdiam menatap Alesha yang membelakanginya, ia mengerti sikapnya sudah cukup keterlaluan pada Alesha. Tapi ia hanya berniat untuk melindungi Alesha dari orang yang berusaha melukainya. Rama tak tau bagaimana memahami sikap istrinya, semua yang ia lakukan pun selalu salah dimata Alesha.

Rama mendekap erat tubuh Alesha, sesak yang ia rasakan mungkin tak sebanding dengan perasaan istrinya saat ini. Lengan Alesha yang memerah karena perbuatannya membuat Rama semakin bersalah.

"Aku minta maaf sayang, aku salah. Aku mencintai kamu, aku cuma gak mau orang lain bersikap gak baik sama kamu," lirih Rama, ia memeluk Alesha erat berharap istrinya itu memaafkan perbuatannya.

Tangis Alesha pun mengalir deras, ia membenci situasi seperti ini saat tangan yang tak pernah ia inginkan itu kembali memeluknya. Andai ia mampu berontak, lebih baik ia pergi daripada hidup Rama putra, dari orang yang telahmenghancurkan kehidupan keluarganya.

"Aku kangen kalian Ma, Pa. Aku mohon ajak aku pergi bersama kalian, aku gak sanggup hidup bersama pria yang aku benci," batin Alesha dengan sesak.
Alesha mencoba menahan tangisnya, sentuhan hangat dipundaknya pun tak mampu meluluhkan hatinya terhadap suaminya itu. Luka yang di torehkan Rama dan keluarganya begitu dalam dihati Alesha, ia berharap semua mimpi buruk ini segera sirna dari hidupnya.

"Aku membenci kamu Rama, sampai kapan pun akan tetap membenci kamu,"

*

Mata Alesha melirik Rama yang masih terlelap, ia terdiam saat tangan kekar suaminya masih terus melingkar memeluknya. Alesha tak mengerti kenapa Rama selalu membatasi ruang geraknya seperti ini, kejadian di butik semalam pun cukup membuat emosinya kembali meluap. Sikap posesif Rama, perhatiannya dan juga cara Rama memperlakukannya semakin membuat Alesha terluka. Bagaimana tidak, dendam masa lalunya selalu saja mengingatkan tentang kejahatan orang tua Rama yang tak kan semudah itu ia hapus. Sekuat apapun usaha Rama untuk meluluhkan hatinya, cinta itu tak akan pernah ada untuknya. Walau ia tahu Rama tak sepenuhnya salah dalam masalah ini, tapi darah dari orang tuanya yang mengalir di tubuh Rama membuat Alesha begitu membenci suaminya itu.

"Biarkan aku bebas dari bayang tentangnya Tuhan, aku cukup lelah menghadapi semua ini," lirih Alesha, tangis yang ia keluarkan semalam pun tak mampu melukiskan sakit hatinya. Sungguh Rama membuatnya hampir gila, andai kebebasan yang ia inginkan segera didapatkan, ingin sekali Alesha pergi dar kehidupan Rama secepatnya.

Cintaku Lebih Dari DendammuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang