20

5.1K 384 55
                                    

Setelah insiden tangisan mendadak Gracia di ruang kamar, Shani menjadi overthinking semalaman. Di kepalanya berkecamuk banyak hal bahkan hingga saat ini. Perasaan takut dan khawatir memenuhi dirinya, membuatnya ingin bertemu Gracia sesegera mungkin.

"Kenapa Shan? ga tenang banget duduknya daritadi."

Shani tersentak kaget, ia menoleh ke Beby yang duduk di sebelahnya, "Ha? Emang duduk aku gimana? Perasaan biasa aja," elaknya.

Beby tertawa, "Ga ada orang duduk tenang tapi kakinya goyang-goyang Shan, mana sibuk banget buka tutup semua sosmed daritadi." Sikap tidak tenang itu terlalu jelas untuk tidak disadari Beby.

Kekehan pelan keluar dari mulut Shani. Ia meletakkan hape lalu menyapukan pandangan ke seluruh penjuru lantai satu basecamp. Disekitar mereka cukup ramai, beberapa member memiliki jadwal pengambilan gambar dan jadwal kegiatan lainnya. Ia sendiri sudah berada di sana sejak pukul sebelas tadi, dipanggil manager untuk membicarakan jadwal kegiatan dan membicarakan hal lainnya, sementara Beby ia tidak tau sejak pukul berapa sang kapten grup itu ada di sini, yang jelas saat ia tiba Beby sudah ada.

"Seru banget eve, jinan sama cinhap di luar," ucap Shani dengan mata tertuju ke arah kolam renang.

Beby mengalihkan pandangan dari laptop, menatap arah yang dimaksud Shani, "Gabung gih daripada bosen duduk di sini doang,"

"Engga ah, pasti awkward," tolak Shani, realistis.

"Takut awkward atau ga pengen aja karena ga ada Gracia?" selidik Beby tersenyum tipis.

"Dua-duanya."

Beby tertawa terbahak mendengar jawaban spontan dari Shani, "Pasti yang jawaban kedua sih aku yakin. Emang Gracia mana deh kok belum dateng?"

Itu juga yang jadi pertanyaan Shani sejak tadi di dalam kepalanya sendiri ketika sibuk buka tutup sosmed, "Tadi sih udah di jalan, paling bentar lagi nyampe. Kak Beby kangen ya sama Gracia?"

"Aku atau kamu yang kangen sama dia?"

"Kak Beby lah, aku kan udah ketemu mulu tiap hari, ngapain kangen?" Itu kebohongan pertama yang Shani keluarkan dari mulutnya hari ini.

"Ya enggalah, aku mah kangennya bukan ke dia."

"Ke siapa?" Shani menatap Beby yang fokus mengerjakan sesuatu di laptop.

"Ada pokonya orang, udah ketemu sih, tapi masih kangen."

"Ini kak Beby beneran apa lagi becanda sih?"

Beby menoleh menatap Shani di sebelahnya. Ia tertawa mendapati dua alis yang saling bertaut di wajah Shani, tanda kebingungan, "Beneran Shani"

"Siapa? Siapa? Cerita dong kak."

"Tapi jangan kasih tau yang lain, ini rahasia," Beby melepas masker sambil memutar duduknya menghadap Shani. Wajahnya amat serius, seolah apa yang akan ia ucapkan memang sangat rahasia, apalagi nada suaranya tiba-tiba menurun, membuat Shani mau tidak mau percaya.

"Iya janji."

"Mau nama lengkap atau initial?"

"Lengkap."

"Initial aja deh," Beby meralat ucapannya sendiri.

"Bebas deh kak, buruan penasaran."

"Intialnya Shani, kalo initial agak lengkap Shani Indira,"

"YAELAH, SI BUCIN," teriak Shani tertawa keras dan bertepuk tangan.

Saking besarnya suara teriakan dan tawa Shani, Jinan yang berada di luar langsung berlari ke depan pintu  yang menghubungkan lantai satu dan kolam renang yang memang sengaja dibiarkan terbuka, "PEPET TERUS KAK BEBY, MUMPUNG CI GRE BELUM DATENG."

Beby ikut tertawa, "Mumpung yang punya belum dateng, jadi manfaatin kesempatan."

"Aku udah dengerin serius padahal," ucap Shani, tawanya mereda.

"Padahal aku emang serius,"

Shani dan Beby kembali tertawa bersama, "Kak Beby emang ucapannya manis banget."

"YANG BELUM MAKAN SIANG, MAKAN DULU DI PANTRY," seorang staaf muncul dari arah dapur, berteriak kepada semua orang yang ada di lantai satu.

Beby beranjak dari duduknya, "Kamu ga makan?" tanyanya ketika melihat Shani malah menyendarkan punggung ke sandaran kursi.

Shani menggeleng, ia tidak selera makan, "Belum laper, Kak Beby duluan aja."

"Mau aku ambilin ga?"

"Ga usah kak, ntar aku ke belakang kalo udah laper."

Beby mengangguk, ia berjalan ke pantry, bergabung bersama member lain untuk mengambil makan siang, meninggalkan Shani yang kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tidak sampai sepuluh menit, Beby kembali dengan piring berisi makan siang dan segelas air putih. Ia duduk di samping Shani, di tempatnya semula. Laptop yang menyala ia matikan dan ia geser, "Emang kamu udah makan siang?"

"Belum sih," Shani menurunkan hape dari pandangan.

"Udah jam tiga, makan malam masih lama banget, mending makan sekarang."

Nasehat Beby kembali dijawab gelengan kepala oleh Shani. Selera makannya hilang ntah kemana sejak pagi.

"Itu Gre dateng."

Shani langsung menolehkan kepala ke belakang mendengar ucapan Beby. Di balik masker yang menutup separuh wajahnya, senyum tipis hadir melihat sosok dibalut pakaian serba hitam dengan paperbag coklat di tangan berjalan ke arahnya. Sosok ini yang sejak tadi ia tunggu. Sosok ini yang sejak semalam membuatnya merasa uring-uringan.

"Ge..." sapanya dengan kedua tangan terlentang lebar seperti biasa ketika baru bertemu.

"Hai," Gracia membalas peluk itu erat.

Beby yang ada di sebelah Shani hanya bisa diam melihat dua orang itu. Interaksi keduanya yang berpelukan seperti ini sudah sangat sering ia lihat sebenarnya, namun ntah kenapa ia merasa kali ini pelukan dua orang itu terasa sedikit berbeda. Pelukan itu seperti pelukan layaknya dua orang yang baru bertemu setelah berpisah amat jauh dan lama.

"Kalian habis berantem?" tanya Beby sambil mengunyah ayam goreng.

GreShan mengurai peluk, menatap Beby dengan tatapan heran, "Emang kita kenapa?"

"Gapapa, nanya doang, abis pelukannya kayak udah lama ga ketemu, kayak abis berantem."

Greshan being GreshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang