8

5.9K 411 23
                                    

Shani menahan kantuk sambil mengambil hapenya di atas meja di samping tempat tidur. Alarm yang ia pasang berbunyi. Ia mematikan alarm tersebut lalu kemudian membuka salah satu aplikasi chatting. Pada room chat dengan Gracia yang terletak diurutan atas, ia menekan simbol berbentuk telfon. Hanya dua kali nada sambungan, panggilannya langsung dijawab.

"Ge..."

"Hmm?"

"Kamu berangkat jam berapa?" nada suaranya khas orang baru bangun tidur.

"Ini mau otw, kenapa Ci? Kamu di mana?"

"Di kamar, aku nebeng ya, papa ga bisa nganterin."

"Boleh, tapi kamu gapapa? Jadwal latian kan masih lama?" nada suara Gracia di seberang sana terdengar khawatir.

Shani tertawa pelan. Kesadarannya sudah terkumpul sepenuhnya, "Ya gapapalah, emang kamu urusan sama staffnya lama?" tanyanya.

Gracia hari ini ada urusan dengan staff untuk membicarakan tentang tim. Bukan hanya Gracia sebenarnya, semua kapten tim dipanggil meeting hari itu, termasuk Beby kapten Grup. Shani tau perihal kegiatan ini karena walaupun dia bukan kapten, tapi ia dan Gracia punya kebiasaan yang terjadi tanpa sadar, yaitu saling bertanya dan memberitahu jadwal kegiatan.

"Ga tau juga, kayanya ga mungkin cuma sejam deh. Kamu gapapa?"

"Gapapa, Ge"

"Beneran? Ntar kamu sendirian tau Ci kalo aku meeting,"

"Engga lah, kan ada member tim lain yang lagi latian,"

"Mereka ya latian, kan kamu engga,"

Shani tertawa. Gracia memang sangat perhatian, "Apa aku ikut meeting biar ga sendirian?"

Ganti kali ini Gracia yang tertawa karena mendengar jawaban Shani, "Yaudah Ci aku otw ya, nanti aku kabarin kalo udah sampe,"

"Yaudah bye, hati-hati."

"Bye, dah."

Panggilan itu terputus. Shani bangun dari posisi tidurnya. Sebenarnya ia masih sangat mengantuk dan ia masih bisa tidur karena jadwal latihan memang masih lama sekali, tapi dalam waktu bersamaan ia juga ingin berada di tempat latihan jika Gracia ada di sana.
-----
Greshan tiba di basecamp Jeketi. Mereka masuk sambil bergandengan tangan dan becanda. Mereka juga tak lupa menyapa staff yang mereka lewati.

Keadaan basecamp di lantai bawah cukup ramai. Beberapa member academy ada di sana, duduk bergerombol di dekat pintu menuju kolam. Begitu Greshan masuk, semua mata member academy menatap ke arah mereka berdua. Member academy yang berani dan beberapa kali pernah mengobrol, menyapa GreShan, sedang sisanya hanya bisa diam sambil tersenyum segan.

Baik Gracia maupun Shani membalas itu. Mereka melambaikan tangan sambil berjalan menuju meja di depan lemari besar yang mengarah ke kolam.

"Lucu banget mereka ngeliat kamu nyapa balik langsung pada gesrek," Gre berbisik pelan.

"Diem ga?" jawab Shani bergumam pelan.

"Apalagi Marsha, sampe megang dadanya dia saking ngerasa gesrek karena disapa bidadari," Gracia tersenyum dan melirik jahil. Ia paling suka menggoda Shani tentang hal seperti ini, dan makin Shani melarang maka keinginnannya untuk menggoda makin jadi.

Shani berusaha menahan tawa saat memperhatikan anak academy yang sebentar-sebentar curi pandang kearah mereka berdua. Ia mengingat momen dimana ia pernah ada di posisi itu, segan dengan senior.

"Kalian ga cape sebentar-sebentar nengok ke kita?"

Pertanyaan Gracia berhasil membuat anak academy kaget. Mereka semua menoleh ke GreShan dengan tatapan panik. Bagaimana tidak, Gracia bertanya dengan nada datar, kedua tangannya terlipat di depan dada, punggungnya bersandar ke belakang, ntah bersandar pada sandaran kursi atau pundak Shani yang duduk dempat di sebelahnya. Tidak ada jarak bahkan satu senti pun di antara mereka berdua.

"Ge, ih," Shani menyenggol lengan Gracia. Suara tegurannya pelan. Hanya mereka berdua yang bisa mendengar.

Gracia menoleh, matanya menatap lurus Shani yang juga menoleh kearahnya, lewat tatapannya Gracia bertanya apa kesalahannya.

"Kamu nanyanya galak banget. Mereka takut tau," jawab Shani menjelaskan.

"Emang aku nanyanya kayak galak banget ya?" Gracia sengaja membesarkan volume suaranya, pandangannya ia arahkan kembali ke anak academy, pertanda bahwa ia bertanya ke anak-anak itu.

Kathrin salah satu anak academy yang pernah berbicara dengan GreShan, memberanikan diri menjawab, "Engga kok Ci Gre,"

"Tuh kan engga," Gracia menyampaikan jawaban Kathrin ke Shani, seolah Shani tidak mendengar, atau bahkan tidak duduk di dekatnya.

Shani menggelengkan kepala. Bukan anak academy saja yang anak-anak saat ini di sekitarnya, Gracia pun masuk dalam hitungan anak-anak jika bertingkah begini.

"Ci Gre, Nunu katanya mau collab showroom sama Ci Gre," Marsha kali ini memberanikan diri berbicara. Bukan untuk membicarakan dirinya, tapi untuk menjahili temannya. 

Greshan being GreshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang