Akane berjalan di tengah kegelapan malam, berusaha mencari info sebisa mungkin. Namun hasilnya nihil. Tampaknya hanya segelintir orang yang tahu tentang rumor tersebut, ditambah tidak ada yang tahu dari mana sumbernya berasal.
Wanita itu sudah hampir putus asa mencari sekeliling Izu Oshima. Apalagi jalan dari Umakura ke pusat kota sudah cukup melelahkan hingga berkali-kali naik bus. Dan hasilnya selalu tidak sesuai yang diharapkan.
Akane memutuskan untuk pulang kembali ke kediaman dan melanjutkan pencarian besok malam. Setidaknya dia memiliki kesempatan berkeliling kota Moto. Untung saja masih ada bus malam yang dapat mengantarnya ke daerah Umakura. Di dalam sana hanya ada beberapa penumpang termasuk dirinya hingga dia tidak perlu khawatir karena berada di bus seorang diri.
"Eh, mereka bersembunyi di sana?"
Akane menoleh ke arah dua wanita tidak jauh di depannya. Tampaknya mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius.
"Di daerah dekat-dekat hutan, sih. Di daerah Nomashi, kan, ada hutan. Tampaknya mereka bersembunyi di sekitar sana."
"Hee, menakutkan, ya."
Akane menaikkan alis. Nomashi, itu dekat dengan pusat kota. Memang di sana masih ada pemukiman warga, tetapi hampir seluruh tempat itu dipenuhi oleh pepohonan.
"Memangnya mereka orang seperti apa?"
"Kalau tidak salah, mereka bertubuh besar dan menakutkan. Mereka juga memiliki tato di bagian lengan."
Akane tertegun. Ciri-ciri itu sama persis dengan para yankee keluarga Akizuki.
"Kedengarannya menakutkan. Semoga saja mereka tidak sampai mengganggu lagi di sekitar Moto. Aku dengar pembunuhnya juga sudah sampai di daerah sini."
Tidak salah lagi, Akane harus pergi ke Nomashi dan menemukan dimana tempat persembunyian itu.
Bus tersebut berhenti di dekat kantor polisi kota Moto. Akane pun segera turun dan berjalan kembali ke kediaman. Pukul sepuluh lewat, harusnya Kigiku dan Kuroba sudah pulang. Semoga saja mereka tidak bertanya macam-macam kenapa dia berkeliaran di luar sampai selarut ini.
Keesokan paginya, Akane melanjutkan pencariann setelah mengantar Shion ke taman kanak-kanak yang dekat dengan daerah kediaman. Hanya bermodalkan informasi minim dan sebuah tape recorder, dia pergi ke sekeliling sana dan mencari kemungkinan tempat yang bisa dijadikan persembunyian para yankee. Dia naik bus yang mengarah ke Nomashi dan berhenti di depan jalan setapak dengan gerbang tori putih. Di atasnya terdapat papan dengan tulisan "Kuil Omiya".
"Kurasa tidak akan masalah kalau aku ke sana sebentar," batinnya.
Tanpa berpikir panjang, Akane berjalan menelusuri jalan setapak tersebut hingga dia sampai di sebuah kuil kecil yang dikelilingi oleh pepohonan. Terdapat gerbang tori lain di depan kuil dengan tali dan kertas zigzag putih menggantung di atasnya.
Akane berjalan ke depan kuil, menepuk tangan dua kali, dan membungkuk sesaat. Lalu kembali menegakkan tubuh dan memandangi kuil itu, sebelum akhirnya berlalu pergi dan menyempatkan untuk berhenti di depan gerbang tori dan membungkuk untuk memberi penghormatan sebelum menuruni tangga dan melanjutkan pencariannya.
Di bawah, dia berjalan menelusuri jalanan daerah Nomashi. Udara di sana lebih sejuk, kemungkinan karena berada tepat di depan laut. Akane bisa mendengar suara ombak yang memecah. Daerah Nomashi masih terletak di dekat pantai hingga bisa merasakan angin dari laut, tidak seperti Umakura yang berada di dekat lautan pepohonan.
Matanya melihat sosok pria bertato sedang berdiri di depan sebuah toko minuman keras tidak jauh dari sana. Akane langsung bersembunyi di balik semak-semak di dekat rumah seorang warga dan memperhatikan pria tersebut diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Chrysanthemum & Camellia: Stage of Vengeance
Детектив / Триллер"Jauh sebelum skenario kebenaran dan cinta, sebuah panggung balas dendam berwarna merah pernah memainkan kisahnya sendiri" Sang iblis yang senang bermain dengan nyawa orang harus berada di atas panggung yang dimainkan olehnya. Tetapi siapa sangka, j...