"Setelah itu kalian tahu apa yang terjadi. Akane menjadikanku sebagai inang demi menuntaskan panggung balas dendam yang dia ciptakan. Atsuki membunuhnya, tetapi takdir seakan berpihak kepadanya dan dia dibangkitkan lagi. Dan karena itu, aku sempat melihat ilusi dirinya, seolah menandakan Akane ada di dalam tubuhku."
Tsubaki terdiam setelah mendengar penjelasan dari Shiragiku. Siang itu, mereka di ruang utama dan mendengar cerita tentang apa yang terjadi kepada si krisantemum putih selama ini. Jadi sikapnya yang sewaktu-waktu berubah menjadi sinis disebabkan oleh Akane yang menguasai tubuhnya. Mereka menjadi dua kepribadian yang berbeda.
Di hadapan belati perak dan tape recorder itu, Shiragiku menceritakan segalanya sebisa mungkin. Dan perlahan Tsubaki dan Shion mengerti. Karena itu juga Atsuki sempat takut kepada Shiragiku yang benar-benar menyerupai sosok Akane yang telah dibunuhnya.
"Pantas saja, aku menyadari sikapmu berubah beberapa kali. Marry dan Takagi mengatakan hal serupa. Ternyata yang memerintahkan mereka itu bukan kau yang sesungguhnya," kata Shion.
"Akane juga menipu kami dan berakting seolah dia adalah kau. Karena itu aku tidak bisa berhenti curiga setiap kali hal itu terjadi. Yang berbicara ketika makan malam bertiga dan saat membicarakan tentang Rito memang bukan dirimu," lanjut Tsubaki.
Shiragiku menghela napas. "Maafkan aku, sungguh aku tahu banyak hal buruk yang terjadi selama Akane menguasai tubuhku. Tetapi percayalah, itu merupakan bagian dari tujuannya untuk melindungi keluarga ini."
"Tidak perlu meminta maaf begitu. Kita tahu Atsuki adalah musuh terbesar keluarga Hanazuki. Dan bukan keinginanmu juga sampai semua ini terjadi. Justru Akane menggunakan caranya sendiri untuk melindungi keluarga ini, meski harus menjadikanmu inang dari panggung balas dendamnya," ujar Tsubaki.
Si krisantemum putih mengangguk. Dia melirik belati dan tape recorder yang ada di sebelahnya. Kedua benda itu menjadi kunci krusial yang bisa mengakhiri kejahatan Atsuki, dan mengakhiri rantai balas dendam yang berkepanjangan itu.
"Setidaknya semua sudah terkuak dengan jelas. Sekarang anggap saja semua ini sudah selesai. Toh, Akane tidak pernah ditemukan sama sekali. Kita hanya bisa mendoakan ketenangan jiwanya."
Si kembar mengangguk. Mereka akhirnya mendapat sedikit kejelasan mengenai semua hal yang terjadi selama ini.
Setelah insiden yang menimpa si kembar dan hampir saja menghancurkan keluarga Hanazuki, mereka akhirnya bersatu kembali setelah Kuroba akhirnya pulang ke Izu Oshima. Dan Atsuki dipenjara atas rangkaian panjang kejahatan yang diperbuatnya, termasuk memerangkap dua puluh orang peserta di dalam camp palsu. Meskipun kini pria itu tewas di tangan anaknya sendiri, Rito, yang ikut bunuh diri setelah membunuh sang ayah.
Shiragiku pun mendapat posisi sebagai pewaris, didampingi oleh Tsubaki. Shion memilih untuk tetap bekerja di toko antik milik Reiji dan menghasilkan uang sendiri, sebagai hukuman telak atas perbuatannya yang menjadi pembunuh setelah kabur dari kediaman. Kuroba tetap bekerja di departemen kepolisian dengan Kigiku. Kehidupan keluarga itu lambat laun kembali seperti dulu, sebelum terjadi insiden yang hampir meretakkan mereka.
Memang selama beberapa hari setelah kejadian Atsuki menuntut mereka ke pengadilan dan berakhir kalah, kehidupan si kembar berjalan normal lagi. Mereka melanjutkan rutinitas sebagai remaja biasa sebelum kelulusan tiba. Hanya saja, Tsubaki mulai merasakan ada sesuatu yang janggal. Seolah mereka melupakan sesuatu yang penting. Hal itu dia rasakan setelah menemukan tape recorder dan belati milik Akane.
Sampai suatu malam, ketika semuanya tengah terlelap, Tsubaki merasakan seperti ada yang memanggilnya. Dia merasakan sebuah tangan menyentuh pipi gadis itu dengan lembut. Lalu berbisik pelan, sebelum hilang ditelan kesunyian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Chrysanthemum & Camellia: Stage of Vengeance
Misteri / Thriller"Jauh sebelum skenario kebenaran dan cinta, sebuah panggung balas dendam berwarna merah pernah memainkan kisahnya sendiri" Sang iblis yang senang bermain dengan nyawa orang harus berada di atas panggung yang dimainkan olehnya. Tetapi siapa sangka, j...