Kediaman Hanazuki...
Kigiku terbangun ketika rasa sakit yang luar biasa bergejolak di perutnya. Dia bangkit perlahan sembari berusaha menahan diri agar tidak sampai bersuara dan membangunkan suaminya yang terlelap. Rasa sakit tersebut menjalar hingga ke punggung.
Perlahan, wanita itu mencoba untuk berdiri, tetapi kakinya terlalu lemas hingga nyaris kehilangan keseimbangan. Dia berpegangan pada meja di samping tempat tidur, namun tangannya meleset dan malah menjatuhkan tumpukan buku di atas hingga terjatuh.
"Khh...,"
Kuroba terbangun ketika mendengar suara gaduh di sebelahnya dan melihat sang istri yang kesulitan untuk berdiri. Buru-buru dia bangkit dan membantu Kigiku berdiri. "Kigiku, kau kenapa?" tanyanya dengan khawatir.
"P-Perutku... rasanya sakit...," rintihnya.
Kuroba segera menyalakan lampu. Dia terkejut melihat cairan bening mengalir dari kedua kaki Kigiku. Apakah jangan-jangan istrinya akan melahirkan?
Pria itu menoleh ke arah jam. Pukul setengah satu lewat, seharusnya masih ada waktu untuk pergi ke rumah sakit. Dengan lembut, dibantunya Kigiku berdiri dan berjalan keluar kamar. Kuroba berusaha untuk menenangkan sang istri meski dia sendiri juga panik. Para pekerja dan pelayan sudah kembali ke kamar masing-masing. Akane apalagi, tidak enak membangunkan kakak iparnya jam segini.
Untung saja masih ada Kaname yang berada di pos jaga. Dia buru-buru menghampirinya yang baru saja terbangun. "Kaname!"
"Ada apa, Tuan?" tanya Kaname.
"Tolong panggil taksi kemari. Istriku akan segera melahirkan."
Kaname terkejut. "B-Baik, Tuan!" dia langsung berlari ke dalam kediaman dan menghubungi taksi. Kuroba mencoba menenangkan Kigiku yang berjuang melawan rasa sakit yang semakin menjadi di perutnya.
Tak berapa lama, taksi tiba di depan kediaman. Kuroba menuntun Kigiku masuk, lalu mereka segera ke arah rumah sakit. Dalam hati, dia berharap semoga istrinya bisa melahirkan dengan selamat apapun caranya. Kedua anak kembar mereka pasti bisa lahir.
Kigiku sendiri berjuang melawan rasa sakit yang tertahankan itu. "K-Kuroba...,"
"Bertahanlah. Kita akan segera sampai. Aku ada di sini," kata Kuroba sembari memegang tangan istrinya. "Bertahanlah sedikit lagi."
Kigiku mengangguk. Dia meremas kuat-kuat tangan suaminya, menahan rasa sakit yang begitu menyiksa di bagian perut. Kuroba berkali-kali menyeka keringat di dahi istrinya sembari berharap masih ada waktu untuk bertahan hingga tiba di rumah sakit.
Sesampainya, Kigiku pun segera dibawa ke ruang persalinan. Sementara Kuroba duduk di ruang tunggu dengan wajah khawatir. Sejak tadi dia mondar mandir sembari bergumam tidak jelas. Dia juga harus mengabari Akane dan mengatakan dirinya akan berada di rumah sakit untuk menemani sang istri hingga persalinan selesai.
Sayangnya saat itu Kuroba tidak tahu jika Akane telah kehilangan kemanusiaannya, tepat di malam si kembar hadir di keluarga mereka.
*
Sementara itu...
Seorang yankee tumbang dan terkapar ke lantai setelah terkena tikaman yang cukup dalam. Tiga orang lagi berusaha menghentikannya, namun satu dari mereka justru bernasib sama dengan rekan-rekan lain yang telah tumbang. Satu persatu, mereka menemui ajal dengan cara sadis. Satu demi satu, mereka mengotori lantai dengan darah.
Yankee yang lain berusaha untuk menghentikan wanita itu. Namun Akane seolah tidak bisa dikalahkan. Tangannya dengan kuat menikam mereka satu persatu dan membiarkan para yankee merasakan sakit yang luar biasa menyiksa sebelum kematian menjemput. Bawahan-bawahan keluarga Akizuki yang tersisa berusaha melakukan hal serupa, tetapi bernasib sama. Mereka justru berakhir menjadi mayat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Chrysanthemum & Camellia: Stage of Vengeance
Mystère / Thriller"Jauh sebelum skenario kebenaran dan cinta, sebuah panggung balas dendam berwarna merah pernah memainkan kisahnya sendiri" Sang iblis yang senang bermain dengan nyawa orang harus berada di atas panggung yang dimainkan olehnya. Tetapi siapa sangka, j...