6. Hanya Satu Pertanyaan

283 81 4
                                    

"Mansion Duke Andalas..." Lavia bergumam pelan.

Saat ini dia sedang berada di atap sebuah bangunan tinggi, duduk menyamping di punggung Dandel dengan menyilangkan kakinya, sambil melihat mansion mewah yang besar sedang terbakar.

Lavia mengamati banyak pengawal, pelayan, bahkan ksatria sedang berusaha memadamkan api yang perlahan melahap mansion itu.

Tiba tiba matanya menangkap sosok tinggi yang mulai familiar dalam ingatannya.

Lavia melihat Arluke sedang mengarahkan semua orang dengan rapih untuk terus memadamkan api.

Dia tidak terlihat kewalahan sama sekali, tapi Lavia tau pria itu lelah.

Jadi dia mengelus puncak kepala Dandel dengan lembut. "Panggilkan hujan, Dandel" perintahnya.

Tanpa menunda, Dandel segera mengaum.

Groarr!!

Itu adalah auman keras dalam waktu yang singkat. Namun dalam waktu yang singkat pula, awan hitam langsung berkumpul jauh diatas mansion Duke Andalas.

Setelah beberapa suara khas petir yang keras, hujan deras segera turun dan membasahi mansion, memadamkan area yang masih terbakar api dengan sempurna.

"Lakukan saja pekerjaan yang baik, Arluke. Dan aku yang akan mengurus sisa pekerjaan kotornya untukmu" gumam Lavia untuk terakhir kalinya sebelum menghilang dengan cepat bersama Dandel.

Hanya sedetik setelahnya, Arluke melirik ke tempat Lavia berada sebelumnya.

Instingnya mengatakan ada yang mengawasinya dari sana, tapi ternyata tak ada siapapun diatas bangunan tinggi itu.

"Hanya perasaanku saja?" Arluke bergumam pelan.

"Count, mari berteduh. Api sudah padam, tapi sepertinya hujan belum akan berhenti" seorang ksatria berseragam putih membawakan Arluke payung dan memayunginya.

Arluke bahkan tidak melirik ketika berkata, "Hujannya akan segera berhenti"

Dan benar saja, hanya sedetik setelahnya, hujan deras yang tidak memiliki tanda tanda akan berhenti sama sekali, tiba tiba saja berhenti.

Awan hitam menghilang, dan matahari kembali bersinar cerah diatas langit.

Ksatria itu mengerutkan dahinya bingung. "Bagaimana bisa..?"

Arluke tidak menjawab dan langsung berbalik, keluar dari area yang dipayungi ksatria.

"Perintahkan semua ksatria untuk menyusuri daerah disekitar sini. Ini pasti ulah penyihir, jadi mereka tidak mungkin berada jauh dari target mereka" perintahnya kemudian sebelum pergi.

Bamm!

Tubuh dua orang berjubah hitam itu dengan keras menghantam pohon besar.

"Wah, aku tak menyangka bisa melihat dua penyihir sekaligus di kekaisarn Svalodivka ini~" Wolf berjongkok dan membuka tudung jubah 2 penyihir yang kesakitan di tanah itu.

Dua duanya adalah pria, dan mereka memiliki simbol segitiga hitam di pipi mereka.

"Budak?" Gorza yang menyadari simbol itu, mengerutkan dahinya bingung.

Simbol segitiga hitam melambangkan hak milik atas budak.

Agar tak melawan tuannya, seorang budak harus bersumpah setia pada tuannya dan mendapatkan simbol segitiga hitam di pipinya sebagai tanda sumpah.

Tapi yang aneh bukanlah itu, melainkan fakta bahwa tanda itu tercipta di pipi ras penyihir yang langka.

Ras penyihir adalah salah satu ras langka di dunia ini. Populasi mereka bahkan tak mencapai 1% di dunia ini.

The metamorphosis of a villainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang