1. Apa Kau Akan Jadi Milikku?

695 114 2
                                    

Triingg~

Lonceng di pintu bergemerincing dan seorang wanita berbaret hitam masuk.

Hampir seluruh wajahnya tertutup oleh fishnet, tetapi seluruh pelanggan di kafe masih bisa melihat betapa cantik wanita itu.

"Selamat pagi nyonya, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan.

"Tolong berikan aku sepotong kue almond dan secangkir coklat hangat" kata wanita itu.

"Tentu saja nyonya. Kalau begitu, silahkan duduk lebih dulu disini" pelayan itu menarikkan kursi di meja dekat kaca toko yang langsing menghadap ke jalanan.

Wanita itu tersenyum dan mengangguk sebelum duduk. Setelah pelayan pergi, dia meletakkan tas hitamnya diatas meja dan menoleh ke arah jalanan.

Meski masih pagi, jalanan sudah lebih ramai dari yang biasanya.

"Apakah mafia lagi?"

Wanita itu menurunkan pandangannya ketika percakapan dua wanita didekatnya terdengar.

"Tentu saja. Kau pikir siapa lagi yang dapat membuat inspektur kekaisaran ricuh?"

"Wah.."

"Kau tau siapa lagi keluarga mafia yang kali ini mengacau?"

"Siapa?"

"Alonso dan Picolo"

"Apa? Dua keluarga itu lagi?"

"Ya begitulah. Mereka jadi banyak bertingkah semenjak keluarga Latortezia menghilang"

"Ah, aku jadi bingung apakah harus senang atau sedih keluarga Latortezia kalah dalam perang antar mafia waktu itu.."

"Itu benar. Di satu sisi, pelopor dunia mafia menghilang namun di sisi lain, para mafia jadi tak terkontrol. Sudah hampir setahun sejak perang mafia berakhir, tapi sepertinya keadaan justru semakin memburuk"

Sementara wanita itu terus mendengarkan percakapan di meja lain, pelayan akhirnya datang dengan pesanannya.

"Maaf membuat anda menunggu lama, nyonya. Silahkan dinikmati" kata si pelayan sambil menyajikan makanan lalu pergi.

Wanita itu mengambil garpunya dan mulai memakan kuenya. Setelah tersisa setengah, dia mengangkat gelasnya dan meminum coklat panasnya.

Sambil melirik ke jalanan yang ramai oleh orang orang berseragam hijau, wanita itu perlahan menghabiskan minumannya.

Setelah selesai, dia menyelipkan beberapa lembar uang dibawah piring kue yang tersisa setengah kemudian pergi.

"Apa yang baru saja kalian katakan?!"

Brakk!

Suara keras gebrakan dan teriakan seorang pria itu terdengar bersamaan.

Beberapa orang berpakaian sederhana yang sedang duduk berkumpul didepan pria itu jelas merupakan warga kota biasa dan mereka sangat ketakutan saat ini.

"Wakil kapten, kita terlalu menarik perhatian" pria lain datang dan berbisik pada pria yang baru saja berteriak.

"Diam! Kita harus memberikan pelajaran pada orang orang sial ini hari ini!" wakil kapten berteriak marah pada bawahannya itu.

Hari ini dia datang untuk mencari beberapa kambing hitam sekaligus sasaran pelampiasan kemarahannya.

Karena tadi pagi dia baru saja dimaki habis habisan oleh kepala inspektur dan kapten timnya, saat ini perasaanya sedang buruk.

The metamorphosis of a villainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang