9. Aku Ingin Menciummu

420 85 16
                                    

Lavia menatap gaun lebar model off shoulder berwarna hitam dan berhiaskan bordiran emas berbentuk ivy yang indah didepannya dengan wajah bingung.

"Kau bilang.. Arluke memberikannya padaku?" Lavia bertanya sekali lagi pada Elena untuk memastikan.

Masalahnya, tadi dia sedang tidur dan tidak menerima gaun ini secara pribadi.

"Ya nyonya! Bukankah gaun ini sangat cantik~?!" Elena hampir melompat karena terlalu bersemangat.

Gaun didepan mereka jelas mahal sekali harganya karena bordir di gaun itu sangat rumit dan benar benar menggunakan benang emas murni.

Dibalik lapisan tile hitam, adalah kain berwarna krim muda agar gaunnya tidak tembus pandang.

Warna hitam yang mendominasi dan benang emas yang berkilau benar benar menjadi kombinasi yang sempurna.

Lavia menyukainya. Lagipula gaun ini sempurna untuk rambut hitam dan mata kuning keemasannya.

Tapi, memberikan gaun mahal seperti ini padanya, apakah tidak akan menjadi masalah?

Lavia berbalik dan menatap gelisah pada Elena.

"Elen, bagaimana ini? Aku tak yakin bisa melakukannya" kata Lavia gelisah.

"Nyonya, tenang, anda harus tenang dan tetap merendah" ujar Elena.

"Aku tak yakin bisa begitu Elen...! Aku bisa menerima penghinaan, tapi aku tak yakin jika seseorang menghina Arluke. Aku benar benar bisa membunuh orang itu di tempat selagi memakai gaun mewah itu!!" Lavia berkata dengan suara panik sambil menunjuk dirinya dan gaun didekatnya itu bergantian.

Ya. Dia bukannya khawatir akan diremehkan. Dia hanya tak ingin mendengar seseorang meremehkan Arluke yang membawa rakyat biasa sebagai pasangan pesta dan bahkan memakaikannya gaun mewah.

Lebih tepatnya, Lavia khawatir jika dia tidak bisa menahan emosinya dan berakhir dengan membunuh seseorang nanti.

Dia sungguh ingin menjadi 'orang baik' didepan Arluke.

Jangankan membunuh, dia bahkan tak ingin menatap tajam seseorang bila sedang didepan Arluke!

"Akhh" Lavia sungguh merasa frustasi hingga dia terduduk di lantai. Kepalanya terkulai lemah di tepi ranjang.

"Nyonya, ayolah, Count akan menjemput anda sebentar lagi. Anda harus bersiap dan berdandan"

"Aku tak mau Elen, aku tak mau~!!" tolak Lavia sambil merengek.

Dia benar benar ingin pergi sebagai pasangan Arluke, tapi dia benar benar takut jika nanti dia melakukan kesalahan dan akhirnya membuat Arluke membencinya.

Pikiran ini terdengar tak masuk akal dan tak berdasar.

Tapi begitulah adanya bagaimana Lavia berpikir setiap kali hal itu menyangkut Arluke.

Dia selalu menjadi tak masuk akal dan mengabaikan logika yang ada. Senantiasa memikirkan perkiraan perkiraan buruk dan mengantisipasi hal hal secara berlebihan.

Sepertinya, Lavia harus pergi ke dokter dan memeriksakan diri sebelum gejala ini semakin menggila!

"Nyonya!! Ayolah~!" Elena memaksa untuk menyeret Lavia ke meja rias, tapi nyonya-nya itu berpegang teguh pada tiang ranjang.

"Aku bilang tidak, maka tidak!!" Lavia menolak dengan keras.

Elena menghela nafas berat dan akhirnya melepaskan Lavia. "Lalu, anda ingin bilang apa pada Count Arluke? Dia pasti akan sangat kecewa padahal anda sudah mengiyakan ajakannya namun tiba tiba menolak untuk pergi" ujarnya.

The metamorphosis of a villainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang