Part 12

62 5 3
                                    

Mira mengerjapkan mata saat sinar matahari mulai mengintip melalui kaca jendelanya, Mira segera bersiap siap karena dia ingat satria berjanji akan mengajaknya belanja hari ini.

" Tumben udah rapi jam segini sayang." Melihat anaknya yang sudah rapi saat masih pagi di hari libur.

" Iya ma, nanti katanya satria mau ngajakin belanja untuk arisan mamanya." Mira membantu merapikan meja makan.

" Kak Puri belum keluar mah?." Mira belum melihat batang hidung kakaknya.

" Dia lagi lari keliling biar sehat katanya." Mama duduk disamping putri bungsunya.

" Nanti satria kesini jam berapa?." Mama Mira sudah mengenal sahabat putrinya itu dengan baik.

" Sebentar lagi sampe mungkin ma. Tadi sebelum Mira turun dia bilang otw." Mira segera memakan sarapannya, sedangkan mamanya hanya menganggukkan kepalanya.

" Assalamualaikum Mira." Seseorang dengan pakaian santai berdiri di depan pintu dengan tangan yang mengetuk pintu.

" Wa'alaikumsalam masuk aja nak." Wanita yang sudah berusia 40 an itu pun mempersilahkan pemuda itu untuk masuk.

Mira yang sudah selesai dengan sarapannya pun berjalan ke sofa di ruang tengah diikuti mamanya.

" Pagi Tante." Pemuda yang pagi ini sudah bertamu di rumah Mira segera bangkit dari duduknya untuk menyalimi tangan ibu Mira.

" Pagi satria, mau langsung jalan atau ngobrol disini dulu?. "

" Mau langsung saja Tante, nanti takut kesiangan jalannya macet." Mira yang ada disebelah mamanya pun segera berpamitan.

" Mira sama satria pergi dulu ya ma, assalamualaikum." Satria pun ikut berpamitan.

" Wa'alaikumsalam, hati hati ya satria dijalan." Mama Mira menepuk pundak sahabat putrinya.

" Iya Tante kami berangkat dulu." Satria dan Mira bergegas keluar rumah.

" Tumben bawa mobil sat." Mira heran biasanya sahabatnya itu menaiki kuda besi kesayangannya jika kemana-mana.

" Biar enak bawa belanjaannya mir." Satria dan Mira segera masuk ke dalam mobil untuk pergi ke tempat belanja.

Disepanjang perjalanan mereka bercerita tentang hal hal konyol yang membuat mereka tertawa, mungkin orang lain mengira mereka adalah pasangan. Tetapi nyatanya mereka hanya sahabat, ya sahabat tidak lebih dari itu.

Setelah sampai, mereka pun masuk dengan berjalan beriringan tetapi tidak bergandeng tangan, catat mereka hanya berjalan beriringan saja.

" Kita beli apa dulu nih sat." Mira menoleh kesamping untuk bertanya kepada sahabatnya.

" Beli daging dulu aja gimana?." Mira mengangkat jempol tangannya dan segera berjalan ke tempat daging segar diikuti dengan satria yang menyamakan langkahnya.

" Apa aja yang perlu dibeli?." Mira tidak mengalihkan perhatiannya ke barisan daging  yang ada di depannya.

" Nih." Satria yang memang dasarnya tidak terlalu mengerti pun, hanya menyodorkan ponsel yang berisi catatan dari ibunya.

" Mari kita tebas semua kapten." Mira sangat bersemangat.

Satria hanya tersenyum dan mengacak  Surai hitam sahabatnya dengan sayang. Mereka berkeliling untuk mencari bahan yang diperlukan.
Setelah selesai dengan 2 trolly belanja yang didorong mereka berjalan menuju kasir.

" Mau makan dimana?. " Satria bertanya dengan tangan yang membawa barang belanja.

" Mau mie ayam yang didepan SMA 11 boleh?." Satria lagi lagi hanya menganggukkan kepalanya.

------------------------------------------------
Setelah sampai mereka segera turun dengan tangan yang saling menggenggam. Disaat sang surya mulai bersinar sangat terang, dengan banyak orang yang mulai menyipitkan matanya saat berlalu lalang. Jalanan yang semakin padat karena sudah memasuki jam makan siang.

" Pak mau mie ayam 2 ya, sama teh anget nya 2." Mira tersenyum dengan sopan kepada sang penjual mie ayam favorit nya.

" Siap neng, ditunggu ya." 

Kursi mulai penuh dengan pelanggan yang setia menunggu mie ayam pesanan mereka. Meskipun bukan restoran bintang lima dan hanya tempat makan sederhana, tempat ini tidak pernah sepi dengan pembeli. Karena rasa dan kebersihan disini sangat menjamin.

" Sat." Satria yang sedang fokus bermain diponselnya mengangkat kepalanya.

" Hm." Mira hanya mendengus melihat pemuda di depannya yang kembali fokus dengan ponselnya.

" Kalau  suka sama seseorang terus orang itu kasih perhatian lalu aku berharap lebih itu salah nggak sih sat?. " 

" Nggak salah sih karena cewek itu selalu pakai perasaan beda sama lelaki. Kalau cewek kan dikit dikit baper."

Mira menekuk wajahnya mendengar jawaban manusia menyebalkan di depannya ini.
Apa dia bilang? 'cewek mudah baper' astaga sebagai kaum hawa dia merasa tersindir dengan kalimat itu.

" Ini neng pesanannya." Pesanan mereka pun sudah berada di atas meja.

" Kok pesen teh anget sih mir, ini lagi panas banget butuh yang seger bukan anget." Satria hanya menatap teh hangat didepannya.

" Yaudah mau es apa? Gue pesenin." Ya gini Mira itu suka lupa, bahkan untuk bertanya sama satria mau minum apa sampai memesankan minuman yang sama dengannya.

" Jus jeruk biar seger. " Mira segera beranjak dari tempat duduknya.

" Gue lagi suka sama seseorang." Satria menatap Mira lekat.

" Siapa? Alhamdulillah sahabat gue mau taken." Mira bertanya dengan nada penuh kebahagiaan.

" Denta Aluna anak IPA 1."

" Kembarannya Genta Alfa kan, kapten basket?. Cantik itu si Denta kelihatannya juga baik. "

" Hu'um." Satria hanya memberi respon seandanya.

" Gue dukung sat tenang aja gue akan selalu ada di samping Lo. Asalkan Lo nggak melewati batas aja."

" Masalahnya, gue itu belum deketin dia. Dia itu masih jomblo atau nggak gue nggak tau."

" Gercep elah , nanti keburu diambil orang. Yuk pulang." Mira berdiri dan merapikan pakaiannya.

Sesampainya di rumah Mira segera turun.

" Mau mampir dulu nggak?." Satria menurunkan kaca, dan menggelengkan kepalanya.

" Salam buat mama Lo ya, gue balik duluan ya Ucil." Satria mulai meninggalkan pekarangan rumah Mira.

Mira sangat lelah hari ini, Mira segera masuk ke dalam rumah dan merebahkan tubuhnya di tempat ternyaman Mira untuk masuk ke alam mimpi.

------------------------------
Part ini spesial Mira dan satria.
Jangan lupa vomen ⭐.
Terimakasih untuk kalian yang sudah mendukung cerita ini.

Salam sayang,
Author aku dan hujan😙

18 April 2021.

AKU DAN HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang