[21] Angin Topan

83 2 0
                                    

                    🌀🌀🌀🌀

Via's POV

"Hallo"

"Ini siapa?"

"Clara"

"Ini Hp Abi kan?"

"Iya.. ini siapa ya?"

"Abi nya mana?"

"Dia masih ke kamar mandi..."

Spontan langsung ku tutup sambungan telpon, aku masih belum bisa mencerna apa yang telah terjadi.

Namun tak bisa ku pungkiri bahwa hati ku terasa nyeri yang teramat sakit, sudah beberapa waktu Abi tak menghubungi ku namun pagi-pagi begini dia sedang bersama perempuan.

Aku yakin hubungan mereka cukup dekat hingga bisa saling mengangkat telepon dari HP masing-masing.

Siapakah sebenarnya perempuan tadi, kenapa setelah kutunggu sekitar setengah jam namun Abi sama sekali tak ada balik menghubungiku.

Apakah dia benar-benar marah padaku, hingga begitu enggannya dia untuk sekedar tanya kabarku.

Tanpa terasa bulir air mata jatuh tak terbendung dari pipiku, aku pun menangis di pinggir pantai ini.

"Kamu kenapa Vi?" tanya sebuah suara yang ku yakini itu adalah kak Kris.

Aku belum bisa menjawab apa-apa, aku hanya semakin menangis sesenggukan. Hatiku benar-benar sakit.

Tanpa berkata-kata lagi, kurasakan tangan kak Kris meraihku kedalam pelukannya untuk menenangkan ku.

Aku pun menangis sejadi-jadinya, ku benamkan wajahku ke dada kak Kris. Tanpa terasa aku sudah menangis cukup lama, hingga kini hatiku cukup tenang.

Kris's POV

Aku sedikit kaget begitu mendapati Via sedang menangis sendirian dibawah pohon, ketika aku menyusulnya hendak memanggil karena pesanan makanan kami telah datang.

Segera ku dekap dia dalam pelukanku ketika ia semakin menangis tanpa menjawab ketika kutanya.

Tubuh kecilnya sedikit bergetar ketika ia masih menangis sambil sesenggukan, ku belai lembut rambut halusnya.
Dapat kucium aroma harum dari rambut indahnya, aku tak tahan melihatnya begini.

Ingin rasanya ku raih wajahnya lalu ku kecup bibirnya agar ia bisa tenang, hatiku ikut sakit melihat orang yang kucintai menangis seperti ini.

"Maaf kak, kemeja kakak jadi basah terkena air mata serta ingus ku.." ucapnya malu-malu setelah mulai tenang.

"Nggak apa-apa Vi, asal bisa buat kamu lebih tenang hal sepele seperti itu sama sekali tak masalah bagiku." jawabku sambil mengusap kedua pipi merahnya untuk menghapus air matanya.

Kulihat mukanya semakin merah, sepertinya dia malu.

"Kenapa kamu bisa seperti ini?" imbuh ku.

My First Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang