[22] Badai Pasti Berlalu

89 3 0
                                    


Abi's POV

Akhir-akhir ini aku sangat uring-uringan, entah semua orang disekitar ku pasti sudah merasakan imbasnya.

Enam bulan sudah aku putus dengan Via, gadis yang sangat dan masih aku cintai hingga kini.
Aku masih sangat marah padanya, setelah pergi keluar kota dengan cowok lain apalagi mereka sampai menginap berdua.
Namun tiba-tiba dia datang menyusul ku dan menuduhku yang tidak-tidak, menuduhku berselingkuh padahal bukankah dia sendiri yang lebih pantas dibilang selingkuh.

Clara hanyalah sahabatku disini, kami memang sering hang out dikala sedang suntuk entah karena masalah tumpukan tugas kampus maupun masalah pribadi.
Sedangkan Kris memang jelas-jelas menaruh hati pada Via, apa dia nggak sadar akan hal itu. Sungguh memuakkan.

Dengan gampangnya pula dia mengucapkan kalimat putus, terang saja langsung aku iyakan kata-katanya. Aku sungguh marah padanya, sehingga amarah telah menguasai seluruh pikiranku.

Aku ingin menenangkan diriku, namun tugas kuliah yang masih menumpuk tak membiarkan ku untuk sekedar menghibur diri.
Sebenarnya ada sedikit rasa menyesal dalam hatiku, kenapa aku dengan mudanya mengiyakan permintaan putusnya. Padahal aku masih sangat menyayanginya, kini aku begitu merindukannya.

Namun aku masih harus fokus dengan kuliahku, aku ingin segera lulus dan bisa cepat kerja.
Aku ingin segera mapan dengan kemampuan serta usahaku sendiri.

***

Via's POV

Aku berusaha memfokuskan diriku pada kuliahku, agar aku tak terlalu memikirkan masalah ku dengan Abi yang kini sudah jadi mantanku.

Hampir enam bulan sejak kejadian itu, aku hanya disibukkan dengan ujian serta tugas-tugas kampus yang sudah menggunung.

Hubunganku dengan kak Kris juga semakin dekat, kami sering keluar berdua. Entah untuk mengerjakan tugas ataupun sekedar hang out untuk melepas penat.
Aku juga cukup sering mengunjungi rumahnya, soalnya tak mungkin juga dia yang datang ke kosan ku karena cowok dilarang masuk.

Bukannya gimana-gimana, aku merasa sangat nyaman jika bersama kak Kris. Aku sering menceritakan masalahku padanya akhir-akhir ini, dia juga banyak membantu ketika aku kesusahan mengerjakan tugas-tugas.

Seperti sore ini, aku telah berada dirumah kak Kris sepulang dari kampus. Aku perlu menyelesaikannya tugas yang harus aku kumpulkan esok. Kebetulan kak Kris punya koleksi buku-buku lengkap yang mendukung jurusan kami, sehingga aku tak perlu pusing-pusing mencari dan meminjam dari perpustakaan kampus.

"Mau minum apa Vi?" tanya kak Kris begitu kami memasuki rumah mewah yang sangat besar ini.

"Emm.. nggak usah repot-repot kak," jawabku sungkan.

"Sama sekali nggak repot kok, silakan kamu tunggu disini dulu ya sambil kamu cari buku-buku yang kamu perlukan.." ujarnya sembari membuka pintu sebuah ruangan yang cukup luas dan ku yakini ini merupakan perpustakaan pribadi.

Aku pun segera menghambur masuk dan melihat-lihat semua buku yang ada, wah lumayan lengkap disini.
Kak Kris melangkah keluar ruangan.

***

Setelah beberapa waktu, aku pun selesai mengerjakan tugas.
Di meja tengah sofa yang ku duduki sudah tersedia minuman serta cemilan yang tadi dibawakan kak Kris, sesekali aku menyeruput minuman untuk sekedar menghilangkan dahaga.

Aku beranjak untuk mengembalikan buku yang tadi kupakai, kak Kris sedang asyik membaca buku di sebrang sofa.

Aku melangkah menuju rak samping, lalu ku letakkan buku-buku tadi kembali ke tempatnya semula.
Sesaat kemudian kulihat di rak paling atas, ada sebuah buku yang membuat ku tertarik.
Ya.. buku ini sudah aku cari-cari sejak lama, karena cukup sering dipakai dalam mengerjakan tugas kampus.
Namun aku selalu kesusahan mendapatkan nya di perpustakaan, selalu kehabisan karena keduluan mahasiswa lain.

My First Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang