[12] Kebahagiaan

134 9 0
                                    


Abi POV

Aku memarkirkan motorku di halaman rumahnya, ya.. aku diajak mampir oleh ibunya Via. Aku merasa senang sekali sekaligus begitu deg-degan.
Rumah Via tak terlalu besar namun indah dan nyaman, halaman rumahnya yang ditumbuhi berbagai tanaman hijau yang terawat dan tertata rapi sehingga menciptakan suasana yang sejuk dan asri. Rumah dua lantai yang bergaya classic namun ada sedikit campuran modern dibagian lantai dua.

"Ayok masuk nak Abi!" ucap Ibu Via ramah.
"Iya Tante, terimakasih sudah di ijinkan mampir," jawabku sambil berjalan masuk lalu duduk di sofa berbentuk L diruang tamu.
"Ah.. Tante sering nyuruh Via buat ngajak mampir kok, dianya aja yang selalu bilang kalau nak Abi sibuk!" imbuh beliau lagi sambil melirik Via yang duduk disebelahnya.
"Oh ya?" jawabku terkejut.
"Ih.. ibu apaan sih!" gerutu Via sambil beranjak masuk kedalam, "Via ganti baju dulu ya!" imbuhnya.

Sesaat kemudian Ibunya Via menyuguhkan secangkir teh hangat padaku,
"Nggak usah repot-repot Tante.." ucapku sopan.
"Nggak apa-apa nak, cuma air minum saja!" balas beliau.
"Ngomong-ngomong nak Abi sudah lama kenal sama Via?" tanya beliau.
"Lumayan Tan, sekitar satu tahun ini sejak kami kelas 2 karena kami satu kelas." jawabku yang mulai deg-degan lagi, takut salah ngomong.
"Nak Abi suka sama Via?" imbuh Ibunya Via lagi.
"Emmm.. iya Tante," jawabku jujur.
"Nggak apa-apa, tapi nak Abi tau kan dengan segala sifat dan sikap buruk Via? Apa nggak masalah ni?" tanya beliau serius.
Aku pun menatap beliau serius lalu menjawab dengan mantap, "Saya yakin Tante, saya menyayangi Via dengan segala kebaikan serta keburukannya. Saya ingin menjaganya dan tak ingin menyakitinya Tan."
"Tante merestui kalian, melihat sepertinya nak Abi ini anak yang baik dan bisa dipercaya. Tapi Tante ingatkan, kalian harus bisa menjaga kepercayaan yang Tante berikan ya. Jangan sampai kebablasan dan bisa merusak masa depan cerah kalian!" kata beliau memberi nasihat.
"Siap Tante!" jawabku mantap sambil mengacungkan jempol.
Kami pun tertawa bersama.
"Sudah.. jangan panggil Tante lagi, panggil Ibu aja ya! Dari dulu Tante pengen sekali punya anak cowok, boleh Tante anggap nak Abi seperti anak sendiri?" tanya beliau.
"Dengan senang hati Tan.. eh Bu.." jawabku masih sedikit kikuk.

Tak lama kemudian Via menuruni tangga dan segera menghampiri kami. Dia memakai dress putih selutut dengan rambut yang dikepang acak, sungguh semakin nampak cantik saja pacar kesayanganku ini.

"Ngobrol apa nih kelihatan seru banget!" tanyanya penasaran.
"Rahasia!!" sahut Ibunya Via menggoda.
"Ih.. Ibu kok gitu sih!" rengek via sambil cemberut lalu segera dipeluk manja Ibunya.
Sungguh pemandangan yang indah, keluarga ini terasa begitu hangat penuh cinta dan kasih sayang.

Via POV

Aku lanjut ngobrol dengan Abi diruang tamu, sementara Ibu masuk ke dalam. Tak lama berselang, ibu menghampiri kami dengan pakaian yang sudah rapi.
"Rapi banget Bu?!" tanyaku heran.
"Ini.. Ibu baru di telpon Tante Rena diajakin jenguk nenek yang katanya tadi pagi masuk Rumah sakit karena habis jatuh. Mungkin Ibu agak lama karena jagain nenek dulu, kamu jaga rumah ya!" jelas ibu.
"Bagaimana keadaan nenek sekarang Bu?" tanyaku dengan cemas.
"Syukurlah nenek sudah nggak apa-apa, mungkin hanya perlu rawat inap beberapa hari saja.." jawab ibu menenangkan.
"Apa via ikut Ibu saja?" tanyaku lagi.
"Nggak usah, kamu tolong jaga toko ya soalnya masih ada beberapa pesanan yang belum diambil sama customer." jawab Ibu.
"Nak Abi, maaf ya Ibu tinggal dulu. Tolong nitip Via ya, jagain!" ucap Ibu pada Abi.
"Siap Bu! Abi akan temenin Via.." jawabnya semangat.
"Bu? sejak kapan?" tanyaku bingung.
"Sejak hari ini!" jawab Ibu sambil berlalu pergi.
Apa saja yang mereka bicarakan tadi selama ku tinggal mandi, aku jadi penasaran.

Aku bergegas menuju toko yang sedari tadi ditinggal, Abi mengikuti ku dari belakang.
"Kamu nggak pulang Bi?" tanyaku sambil berhenti sejenak untuk berbalik menatapnya.
"Aku mau temenin kamu dulu," jawabnya singkat.
"Kamu nggak ada jadwal les?" tanyaku lagi.
"Jadwalku kosong hari ini, aku ingin lebih lama berduaan sama kamu!" jawabnya sambil membelai rambutku yang berhasil membuat wajahku merona karena malu.
"Kamu menggemaskan sekali kalau lagi malu-malu gini sayang.. pingin cium deh jadinya!" imbuhnya sambil mencubit gemas pipiku lalu ibu jarinya mengusap lembut bibirku.
Jantungku pun jadi berdegup semakin tak karuan,
"Ih.. mulai deh mesumnya, masih terang begini!" ucapku sambil berbalik dan lanjut berjalan.
"Berarti nanti kalau sudah gelap, boleh?" tanyanya lembut di telingaku yang berhasil membuatku merinding.
Dengan cepat aku menoleh bermaksud mau membantahnya, namun yang terjadi kemudian malah bibirku mencium tepat di pipinya.
Cuupp!!
"Terimakasih sayang.. !" ucapnya sambil tersenyum puas lalu segera berlari menuju toko.
Aku pun segera mengejarnya, "ih.. dasar rese kamu Bi! Awas ya!!" teriakku tak terima.

My First Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang