[5] Apes

250 10 0
                                    

Via POV

Pagi ini aku bangun agak kesiangan, gara-gara semalam kebanyakan main game. "Dasar kamu Vi... Vi...!!" sesalku dalam hati.
Benar saja, aku terlambat sampai disekolah.
Aku dan para siswa-siswi yang terlambat disuruh berkumpul di lapangan oleh Pak Widodo, Guru olahraga plus kedisiplinan.
Kami berbaris ditengah lapangan yang terik.
Tiba-tiba kudengar suara yang tidak asing bagiku, "Cieee... Setia banget kamu Vi, sampe ngikutin aku dihukum."
"Elo?? Ngapain juga sih selalu ada elo!!" keluhku.
"Itu tandanya kita jodoh!" tandasnya.
"Astagaaa!! Elo siapa sih sebenernya, punya dosa apa sih gue ke elo?? Gue nggak kenal juga tau sama elo!" keluh ku kesal.
Tiba-tiba dia mengulurkan tangan besarnya,
"Kenalin, namaku Abi."
"Apaan sih! Siapa juga yang mau kenalan sama elo!" elakku sambil membuang muka.
"Nggak boleh gitu kali Vi, nggak baik" katanya sambil meraih tanganku untuk bersalaman. Kurasakan sentuhannya yang terasa lembut dan hangat di telapak tanganku.
"Iihhh... Apaan sih pegang-pegang tangan gue dilama-lamain!!" sentakku sambil menarik tangan.
"Judes banget sih kamu, nanti tambah jelek loh" katanya padaku.

"Kalian semua, ayok cepetan lari keliling lapangan sebanyak 10 kali. Dasar anak-anak muda jaman sekarang, masih aja nggak kapok meskipun sudah sering dihukum!" perintah Pak Wid pada kami.
"Iya Pak!" jawab kami kompak.
Kami pun mulai berlari beriringan sambil masih menggendong tas ransel kami masing-masing.
"Duh... Mana berat banget lagi tas gue," gumamku lirih.
Tiba-tiba ada yang menyambar ranselku dan membawanya, ya dia adalah Abi si cowok rese.
"Eh balikin tas gue, berat tau!" pintaku sambil ngos-ngosan.
"Nggak apa-apa, enteng kok ini," jawabnya singkat.
Aku pun menyerah untuk mengambil ranselku, memang terlalu berat ransel itu apalagi ditambah sinar matahari yang begitu terik di tengah lapangan bola yang terletak di bagian selatan dari bangunan sekolah kami.
Kami pun melanjutkan berlari keliling lapangan yang cukup panas saat itu.
Akhirnya setelah genap 10 putaran, kamipun menyelesaikan hukuman itu. Lalu kami disuruh balik ke kelas masing-masing.
Aku balik ke kelas berdua dengan Abi, hanya kami berdua yang telat dari kelas kami.

Tok.. tok.. tok!!
"Permisi Bu, maaf kami terlambat," ijin Abi ke Guru kelas.
"Iya, kalian silahkan duduk." jawab Bu Tugas, guru Matematika kami.

"Baiklah ibu ulangi lagi ya, hari ini kita akan mengadakan ulangan harian," jelas Bu Tugas.
"Yaaahhh... Bu... kok mendadak sih, belum belajar nih!" bermacam-macam bentuk protes dari kami.
"Dan... Untuk ulangan kali ini, Ibu mau kalian duduknya sesuai urutan absen!" lanjut Bu Tugas menjelaskan.
"Yaahh... Kok gitu Bu!" imbuh kami semakin cemas.
"Iyaa... Biar kalian nggak saling mencontek dari temans sebangku kalian biasanya." jelas Bu Tugas secara Tegas, tanda sudah tidak bisa di ganggu gugat.

Dengan santainya aku berjalan mencari bangku ku sesuai urutan absen, " Asssiiikkk... aku dapet bangku pojok belakang," seru ku pelan.
"Eh tunggu deh, ini kan bangku si cowok rese!" gumamku.
"Ngapain lo masih diem disini? " tanyaku ketus.
"Lha emang ini tempat ku kok," jawabnya santai.
"Emang nomor absen Lo berapa coba?" desakku tak percaya.
"27," jawabnya santai.
"Mati gue!!! Bener aja, absen gue kan 28!" rutuk ku pada diri sendiri.
Mimpi apa gue semalam sampai-sampai hari ini gue mendapat kesialan secara bertubi-tubi.
Dengan berat hati dan terpaksa, aku duduk disebelah cowok super nyebelin ini.

"Kalian harus mengerjakan soal ulangan hari ini dengan serius ya. Ibu janji jika kalian sampai ada yang remidi, hukumannya bakal berat banget. Ingat itu baik-baik!" jelas Bu Tugas dengan sangat menekankan setiap kata-katanya.
"Waktu kalian mengerjakan adalah satu jam dimulai dari... sekarang!" imbuh beliau.

Aku pun mulai membuka soal-soal yang sudah dibagikan.
"Buset!! banyak banget soalnya!" gumamku pelan.
Ulangan hari ini terdiri dari 30 soal pilihan ganda dan 10 soal esay.
Aku pun pura-pura serius mengerjakan soal-soal yang sama sekali tak ku pahami ini. "Gengsi ah sama orang disebelah, dia kan jago banget Matematika!" pikirku dalam hati.
Aku berusaha mati-matian buat memahami dan mengerjakan soal-soal ini.

My First Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang