Happy reading!
Hari kian menambah. Tak ada yang bisa berbalik ke hari lalu. Ya, itulah yang dirasain Dande. Pagi kembali lagi.
Datanglah hari. Akan kusambut dengan senyuman. Terima kasih masih bertahan, ungkap Dande dalam hati.
Saat ini tengah memasang sepatunya, siap-siap untuk berangkat sekolah. Tak ada hari bosan ia untuk berangkat sekolah.
"Selesai." Ia melangkahkan kakinya ke arah gerbang. Ia tersenyum menatap cowok yang tengah bersandar di samping mobil warna hitam mengkilap itu.
"Maaf lama," ujar Dande tak enak pada cowok tepat di depannya.
Al.
"Enggak lama kok. Yokk." Al membukakan pintu kursi penumpang depan, Dande yang diperlakukan seperti itu, membuat ia sedikit tersipu malu.
"Makasih," balas tulusnya.
Entahlah, entah setan dari mana, Aldhan tiba-tiba mengirimi pesan lewat line tadi malam. Lalu mengatakan, bahwa ia akan menjemputnya untuk berangkat ke sekolah bersama.
Aldhan menatap Dande yang tengah menatap luar jendela mobil. "Ada aku loh, Dan. Kok diam aja?" ucap Al tiba-tiba. Sontak, Dande memalingkan kepalanya, menatap Al dengan kaku.
Dalam benak Dande, ada apa cowok ini sedikit berbeda?
"Eh, maaf. Enggak papa kok. Bingung aja mau ngomong apa."
"Hm, selamat, ya."
"Untuk?" Dande menaikkan alisnya, bingung.
Lagi-lagi Aldhan tersenyum ke arah Dande.
Nih orang sarap apa piye, seh? Batin Dande sambil membalas senyum Al.
"Untuk kemenangan olimpiade kemarin. Oh, iya, ini aku ada hadiah untuk kamu." Tangannya terulur mengambil kotak persegi panjang di atas dasboard.
"Nih," ucap Al sambil memberikan kotak berwarna maron, berpaduan dengan gold. Elegan.
Dande tampak terkejut. "Ih, enggak usah, Al. Enggak usah repot-repot kasih hadiah," balasnya sambil mendorong kotak itu pelan. Ia sungguh tak enak menerima barang pemberian dari Al.
Deg-degan, rasanya sama persis seperti saat mau ikut olimpiade.
Al menatap kotak itu sekilas, masih sambil melajukan mobilnya.
"Hm, yaudah aku buang aja. Percuma dong aku beli buat kamu, kalau kamu enggak terimanya, 'kan?" Al menurun kaca mobil.
"Eh-," Dande dengan cepat kilat mengambil kotak panjang tersebut. "Jangan, ya. Oke aku terima. Makasih, Al. " ia tersenyum menatap Al, sambil menggoyang-goyangkan kotak panjang tak telrlau besar itu.
"Coba buka. Semoga kamu suka, ya."
"Pasti suka dong." Dande membuka kotak panjang tersebut, setelah melihat isinya. ia tersenyum. Pandangan beralih ke arah Al yang tengah senyum, tapi tak menatapnya melainkan menatap ke depan.
Tak lama mobil masuk ke perkarangan sekolah, menuju parkiran khusus roda empat.
"Makasih, Al. Bagus. Aku suka," ujar Dande. Al tersenyum, lalu mengambil isi kotak tersebut.
"Aku pakaikan, ya?" tanya Aldhan. Dande mengangguk kaku.
Jam tangan warna peach dengan gambar bunga daisy putih di tengahnya. Tak hanya jam, ada dua gelang tali berwarna hitam. Satunya memiliki bandulan sama persis seperti gambar bunga pada jam tangan. Yang kedua tak ada bandulan, polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang 3
Teen FictionOsis dan Ekskul Basket harus bersengketa karena ruang 3. Ruang sekretariat terluas itu diperebutkan Dande dan Panji untuk timnya masing-masing. Karena ruang terluas hanya tersisa satu, masing-masing dari keduanya bersaing merasa berhak atas ruangan...