Happy reading!
Setelah melewati hari-hari berat yang penuh persiapan, akhirnya hari ini adalah harinya.
Ya, hari ulang tahun sekolah telah tiba. Semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang mempersiapkan untuk lomba, ada yang nervous karena ingin lomba, dan banyak lagi.
Dande salah satu orang yang sangat sibuk tentunya. Apa lagi jabatannya sebagai wakil ketua OSIS. Dari kakinya menginjakkan sekolah pagi tadi hingga sekarang, Dande nyaris belum beristirahat sama sekali.
Banyak yang dipersiapkan olehnya, mengecek segala hal yang diperlukkan untuk hari ini, dari nasi tumpeng dan kue ulang tahun sebagai penyajian nanti, setelah itu mengecek anak dance yang akan membawa acara untuk pembukaan. Bahkan, kakinya sudah seperti kaki besi, kaki yang membawa ke mana-mana secepat kilat. Dande yang gesit.
"Acara akan di mulai pukul 08.00 WIB, ya. Anes kamu sebagai pembawa acara siap-siap, jangan terlalu nervous," ucap Dande pada anggota OSIS di ruang tiga. Anes adalah pembawa acara kali ini, salah satu murid kelas 10.
"Siap, Kak," jawab tegas Anes. Dande tersenyum, lalu mengangguk.
"Oh iya, setelah acara pembukaan dan sambutan selesai, acara selanjutnya itu adalah makan-makan bersama, ya. Nanti yang sudah bertugas sebagai pembawa box makanan, jangan lupa untuk di bagikan ya keseluruhan orang-orang di sekolah," papar Dande.
"Siap, Dann," balas anggota OSIS.
"Yaudah sekarang lanjut gerak, ya. Semangat!"
"Semangat!"
Tepat saat Dande melangkah ingin keluar dari ruang tiga, tapi seseorang sudah menghadangnya di depan pintu. Dande membuang napasnya kasar, lalu memandang wajah seseorang itu. Dan detik berikutnya Dande membuang napasnya lagi, kali ini lebih panjang.
"Bisa lo geser sedikit? Gue buru-buru, enggak bisa ngurusin orang enggak penting!" Dande menekankan kata enggak penting kepada Panji. Memang Panji lah yang menghadangnya di depan pintu.
"Wah, orang sibuk memang beda, ya." Panji memegang dagunya seraya berpikir, lebih berpura-pura aslinya.
"Tu tau! Ngapain masih di sini? Minggir!" sarkas Dande, Panji tersenyum devil, lalu menurunkan tangannya, memajukan kepala ke depan, lebuh dekat kepada Dande. Dande yang bersedekap dada, langsung memundurkan sedikit tubuhnya.
Saat Panji ingin berkata, tapi urung ketika jari telunjuk Dande berada di kening Panji, mendorong kepalanya tentu saja. Panji melotot. Setelah itu Dande menggesekkan telunjuknya ke dinding pintu yang berada di sampingnya.
"Minggir!" tegas Dande lagi.
"Enggak!" jawab Panji tak kalah penuh penekanan. Dande membuang nafas, sambil membatin, sabat ya, Dande. Orang gila jangan terlalu dipikirin.
"Yaudah, ungkapin apa mau lo, deh! Gue buru-buru, enggak bisa buang waktu!" kelar Dande. Panji tersenyum, sambil mengangkat kedua tangannya untuk berpegangan pada kedua sisi pintu. Tentu saja dengan tujuan agar Dande tidak keluar.
"Mau nagih hutang."
"Hutang? Are u crazy? Sejak kapan gue punya hutang sama lo?!" ucap bingung Dande, karena memang seingatnya ia tidak memiliki hutang sama sekali, apa lagi dengan orang asing seperti orang yang ada di hadapannya.
"Jangan pura-pura lupa. One day," ujar Panji mengode. Dande mengerutkan dahinya, lalu detik berikutnya melotot kecil. Ia tau alur pembicaraan Panji saat ini.
Dande memutarkan bola matanya kesal. "Lo enggak lihat apa? Gue lagi sibuk banget ini!"
"Enggak tuh, lo cuman mondar mandir aja deh kayaknya." ucap santai Panji santai. Badan nya kali ini bersandar di dinding depan ruang tiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang 3
Novela JuvenilOsis dan Ekskul Basket harus bersengketa karena ruang 3. Ruang sekretariat terluas itu diperebutkan Dande dan Panji untuk timnya masing-masing. Karena ruang terluas hanya tersisa satu, masing-masing dari keduanya bersaing merasa berhak atas ruangan...