Bagian 14 • Hampir Tumbuh

9 2 0
                                    

Happy reading!

"Hahaha, ada-ada aja lo."

Tak ada suara lagi setelah tawa mereka reda. Kini yang terdengar hanya suara hujan yang deras. Baik Dande maupun Panji, sibuk dengan Pemikiran masing-masing.

"Mau gue nyanyiin enggak?" tanya Panji pelan.

"Ha?" balas Dande tak dengar. Bunyi hujan menutupi suara kecil Panji.

Panji memasang wajah datar dan melas. "Budek ya lo?"

Lagi, Dande memukul lengan Panji. Sudah jadi kebiasaan cewek kalau lagi kesel atau ketawa, memukul seseorang di dekatnya.

"Aiss," ringis Panji sambil mengelus lengannya.

Dande melirik sinis. "Makanya jangan bilang gue budek. Gue enggak budek. Ingat itu!"

"Giliran di katain budek aja lo denger."

"Ya, kan, tadi gue emang enggak denger. Suara lo lebih kecil," ucapnya kesal.

Panji berdehem, tanpa membalasnya lagi. Tapi tak lama suara Panji kembali bersuara, kali ini lebih keras.

"Mau gue nyanyiin enggak?"

"Ha?"

Panji menatap Dande yang juga tengah menatapnya. "Ha ha, gak denger lagi?"

Dande merubah mimiknya kembali menjadi datar. "Dengar iss."

"Terus ngapa nanya 'Ha?' lagi?" tanya frustasi Panji.

Dande terkekeh. "Ya kan gue heran aja sama lo, kok tiba-tiba mau nyanyiin gue. Gue enggak mau tidur kok, enggak usah dinyanyiin," jawab ngasal Dande.

"Gue enggak mau buat lo tidur kok. Orang gue mau nyanyiin lagu lengsir wengi. Biar enggak ada yang nyantol di badan lo," ucap Panji santai.

"Apanya yang nyantol? Stres lo ya, kebanyakan lihat jokes lo," tutur Dande.

"Emang."

Lagu...

Dande melirik Panji yang bernyanyi. Lagu romantis Shane Filan yang berjudul Beautiful In White kali ini dibawakan oleh Panji.

Detik selanjutnya, mereka sibuk dengan kesibukan nya, Panji yang menghayati bait-bait lirik lagu yang ia nyanyikan dan Dande yang sibuk mengamati Panji bernyanyi.

Rasanya jarum berhenti berdetak, bahkan rintik hujan tak terdengar lagi oleh dua pasang telinga remaja tersebut.

Panji memperhatikan Dande yang melihatnya begitu intens. Tapi Dande bahkan tidak menyadari bahwa Panji telah berhenti bernyanyi.

Juaderr.

"Astagfirullahaladzim," pekik Dande kaget. Tanpa sengaja Dande refleks memeluk Panji dari samping.

Saat ini mereka sudah seperti video yang pernah viral, di mana sang kakak asik bernyanyi sholawat, dan adiknya tengah memperhatikan kakaknya bernyanyi.

Namun, tiba-tiba ada petir yang menganggetkan. Sang adik dengan refleks memeluk kakaknya.

"Udah?" suara intruksi Panji menyadari Dande. Dande yang tadi tengah asik menikmati hangat badan kokoh tersebut, perlahan melepaskan pelukan dengan kikuk.

Dande menundukkan kepalanya. "Maaf, gue gak sengaja," cicitnya.

Panji tersenyum kecil. "Bilang aja lo modus."

"Haram hukumnya," ketus Dande. Melirik Panji sinis, lalu menatap rintik hujan yang mulai reda.

"Udah lumayan reda, yok pulang!" ajak Dande.

Ruang 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang