Bagian 13 • Hujan

3 2 0
                                    

Happy reading!

"Gimana? Udah paham?"

"Udah."

"Yaudah besok lanjut yang materi berikutnya aja, ya."

Dande mengangguk, sedangkan tangannya sibuk memberesin buku-bukunya dengan rapi.

"Lo pulang naik apa?" tanya Panji. Dande melirik.

"Naik kuda!" jawab absurdnya. Panji tertawa. Entah sudah berapa kali sehari-eh ralat, itu mah namanya mau minum obat- sudah beberapa kali Panji tertawa hanya karena Dande. Entah Itu karena perkataan Panji atau tingkah Dande.

Seperti kejadian beberapa menit lalu, saat Dande ingin  mengambil bukunya di dalam tasnya, tapi bukan buku yang ia temukan melainkan kecoa mati. Serius demi babon yang ngamok, Dande sampai terjatuh dari sofa.

Panji yang melihat kejadian sontak, bukan menolong ya, tapi menertawakan Dande. Hancur sudah citra cuek dan wibawanya di depan seorang Panji.

Haruskah Dande membuat pencitraan fake hanya untuk mengembalikan citra cuek dan wibawa nya?

BIG NO! Dande tidak se-zhalim itu. Biarkan saja Panji tau. Bodoamat, pikir Dande.

"Udah kayak putri kerajaan lo dianter-jemput pakai kuda." Panji mengucapkan itu masih dengan tawanya.

Dande berdecak. "Emang gue putri kerajaan."

"Kerajaan apa? Kerajaannya mimi peri?"

Tau apa yang Dande rasakan? Ia ingin membunuh 1000 cicak sekali tebas dalam satu detik, sangking kesalnya.

Siapa sih yang tidak kesal di ajak ngomong hal yang tidak penting? Dande salah tipe hal itu. Ingat!

"Lo tuh punya dendam sama gue? Ha?" Dande menggulung ujung lengan bajunya. Tau akting yang di mana ada janda ingin melabrak pelakor? Mirip Dande saat ini. Canda Dande.

"Apaan tuh di gulung? Udah kek mau di suntik vaksin aja pakai di gulung baju lengannya," ucap enteng Panji, tidak tau saja si Panji bahwa ia saat ini sudah hampir mengeluarkan ingus-ralat- api dari hidungnya.

Panji mengangkat alisnya. "Iya! Bedanya gue mau nyuntikan vaksinnya, bukan disuntik vaksin." ucapan Dande sudah pada level tinggi sarkastik.

"Siapa yang mau lo suntik?"

"Lo! Gue mau nyuntikin vaksin zombie ke elo!" sarkas Dande penuh tekanan, kesal, sebal. Bahkan kolestrolnya hampir naik.

"Gue udah zomblo kok. Gak perlu lo suntik lagi." Panji tersenyum manis ke arah Dande. Asik juga Dande jika adu beginian.

"Zombie woi! Zombie! lo budek atau kagak denger?!"

"Eh, budek sama kagak denger apa bedanya woi?!" tanya balik Panji heran. Dande mengerjab sambil berpikir.

"Iya juga, ya."

Dande tersadar, lalu menatap cepat ke arah Panji. "Bodolah. Gue mau pulang!"

"Pfft, yaudah ayo! Gue anter. Gue ambil kunci dulu," ucapnya sambil berdiri. Lalu ingin melangkah ke arah tangga, mungkin ingin ke kamarnya.

Tapi suara Dande memberhentikannya. "Gak usah. Gue pulang naik kuda aja," ucap kocak Dande.

"Kuda siape yang mau lo naikin woi?" tanya Panji tak habis pikir oleh Dande.

Dande sudah siap membersihkan barang-barangnya. "Naik kudanya pangeran gue lah!"

"Makin ngaco lo! Dah ga waras lagi." Panji geleng-geleng kepala.

Ruang 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang