Happy Reading
"Siniin hp kamu. Main hp terus, kita lagi date loh. Kamu enggak ngehargai aku banget!" ucap penekanan dari Al. Tentunya kepada Dande, kekasihnya.
Cafe Tempat Kita. Itulah tempat yang saat ini menjadi tempat date mereka. Banyak lampu-lampu hias di setiap sudut. Jadi, tak heran banyak pasangan muda yang juga melakukan kencan di sini.
Dande menghela napasnya, lagi. Entah sudah berapa kali ia membuang napas, semua hal ini karena Al.
Hari ini adalah hari jadi mereka yang ke-3 bulan. Dan mereka memutuskan untuk date.
Kembali lagi pada Dande yang rada kesel. Dikira apa kali, ya, dia sampai diposesifin mulu sama Al. Padahal ia sedang membalas pesan Agin yang masuk tadi sore. Ia lupa untk membalas pesan tersebut.
"Aku mau balas pesan Agin, Al. Bentar aja kok, tadi aku lupa balas soalnya." Dande sedikit memberikan pengertian. Tapi yang namanya Aldhan, ia tak suka dibantah. Semua yang ia ucapi harus dilaksanakan.
Harus. Kek pemilihan presiden aja deh, yang enggak boleh golput.
Al merampas handphone Dande, membuat sang empu kaget. "Aku enggak percaya. Kamu pasti chat-an sama cowok, 'kan?" cecar Al asal tuduh.
Kalau maling dah digebukin nih.
Dande membuang napas, selalu begini. Terhitung sudah 3 bulan, tapi sifat Al tak berubah, malah semakin naik jabatan.
Fyuh.
"Terserah kamu deh." Dande dengan kasar menusuk dagingnya lalu melahapnya.
Al meletakkan handphone Dande kasar. Tatapan tajamnya terkunci pada satu titik, Dande-nya.
"Kamu kenapa? Hm? Marah?"
"Enggak."
"Bohong!"
'Astagfirullahaladzim, sabar Dande. Nanti lo boleh beli Bon Cobe level 15, nanti puasin emosi lo. Tahan tahan.' monolog semangat Dande..
Ia mencoba mengerti akan sifat Aldhan kepadanya. "Aku enggak bohong, by."
Aldhan tampak luluh saat Dande berkata lembut dan mesra. Duh, gampang amat luluhnya.
Al tersenyum, ia berdiri lalu pindah duduk tepat di samping Dande. Perlahan tangannya naik, mengelus kepala Dande.
"Aku enggak mau kamu pergi dari aku. Kamu milik aku, aku cinta dan sayang sama kamu." ucapan itu selalu terlontar semenjak mereka pacaran, ya. Iyalah ya kali pas mereka enggak pacaran, jatuhnya aneh dong.
Terkadang Dande berpikir, untuk apa Al terus mengucapkan kalimat itu, sedangkan perilaku cowok itu sudah benar-benar membuatnya peka, jika pacarnya itu sungguh sayang dengannya.
Jangan terlalu banyak mengucapkan hal bahagia, takutnya runtuh menjadi kesedihan.
"Kamu sayang, 'kan sama aku?" Al bertanya, saat kalimatnya tak direspon sama sekali.
Dande meletakkan jusnya, lalu menatap Al. "Kamu udah berapa kali nanya hal ini, Al? Kamu enggak bosen? Kamu juga sudah pasti tau jawabanku."
Al menjauhkan tangannya dari kepala Dande, ia berdiri kembali pada tempat sebelumnya.
"Oh, jadi kamu bosen gitu sama aku? Iya?"
Lagi, selalu kek gini. Mending Dande nge-rem aja di kamar, jaga telor sampai netes.
Sebel.
"Hm, kita pulang aja, ya, Al. Aku capek." Dande mengambil slingbag-nya, tanpa bicara lagi ia berlalu begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang 3
Ficção AdolescenteOsis dan Ekskul Basket harus bersengketa karena ruang 3. Ruang sekretariat terluas itu diperebutkan Dande dan Panji untuk timnya masing-masing. Karena ruang terluas hanya tersisa satu, masing-masing dari keduanya bersaing merasa berhak atas ruangan...