Happy reading!
"Dah lama?"
"Eh!" kejut Dande saat suara lain tiba-tiba terdengar di telinganya.
"Lo tuh bisa datang pakai salam atau apa gitu gak sih?!" sarkas Dande pada Panji, ya Panji yang datang seperti hantu, tanpa ada suara jejak.
"Hm." setelah berdehem, Panji pergi begitu saja ke arah mobilnya di parkiran tanpa menghiraukan Dande. Cepek juga terlalu lama di sekolah, tadi ia ingin cepet pulang, tapi ia harus piket terlebih dahulu.
"Yok!" ajak Panji setelah menurunkan jendela mobil penumpang. Dande yang menjadi lawan bicara, melirik sinis, tapi tak urung ia juga menuruti perintah Panji untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Pasang seat belt-nya. Apa perlu gue kek cerita novel-novel gitu yang masangi saet belt cewek? Hm?" goda Panji. Dande? Bukannya tergoda, malah geli.
"Dih, haram hukumnya!" ucap Dande sambil memasang seat belt-nya dengan cepat.
"Kalau sama doi lo sendiri, lo bakal menghalalkan hal itu kok, percaya deh," balas Panji mengikuti alur bicara Dande.
Dande berdecak. "Serah lo deh!" Panji terkekeh saat mendengar jawaban Dande.
Tanpa banyak bicara lagi Panji melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dande juga menyibukkan dirinya, membuka tasnya yang berada di pangkuaannya, lalu mengeluarkan modul yang nanti akan dipelajari.
You're fighting me off like a firefighter...
So tell me why you still get burned...
You say you're not, but you're still a liar...
'Cause I'm the one that you run to first...
Every time, yeah...
Why do you try to deny it...
When you show up every night....
And tell me that you want me but it's complicated...
So complicated...
Panji melihat ke arah samping, di mana Dande mengikuti lirik lagu yang ia setel. Sambil terus membuka modul, Dande terus mengikuti lirik.
Haruskah Panji kagum dengan suara indah Dande? Mungkin untuk awal mendengar, terpesona dan kagumlah yang Panji kesankan.
When it hurts but it hurts so good...
Do you take it?...
Do you break it off?...
When it hurts but it hurts so good...
Can you say it?...
Can you say it?...
Your love is like (Hey, na-na-na, na-na)...
Your love is like (Hey, na-na-na, na-na)...
It hurts so good (Hey, na-na-na, na-na)...
Your love is like (Hey, na-na-na, na-na)...
It hurts so good...
"Hahahahaha," tawa orang dua di dalam mobil itu mengelegar.
Dande melihat ke arah Panji. "Suara lo bagus," puji Dande. Panji pun menarik atensinya penuh ke arah Dande. Ya, tadi Panji mengikuti Dande menyanyikan lirik lagu Hurts So Good dari Astrid S. Lebih tepatnya seperti duel.
"Ah, enggak. Suara lo yang keren banget. Kenapa lo gak coba masuk idol aja? Pasti lolos tuh," saran Panji membuat Dande terkekeh.
"Ya, kali. Nyanyi cuman buat ngisi luang aja dan sekedar bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang 3
Roman pour AdolescentsOsis dan Ekskul Basket harus bersengketa karena ruang 3. Ruang sekretariat terluas itu diperebutkan Dande dan Panji untuk timnya masing-masing. Karena ruang terluas hanya tersisa satu, masing-masing dari keduanya bersaing merasa berhak atas ruangan...