15

7 0 0
                                    

"Mam... Rita mau pergi liburan boleh gak?" tanya Rita pada saat makan malam.

"Mau ke maan kamu?"

"Mau liburan sama Indra."

"Indra? Yang waktu itu dateng ke sini?"

"Iya, kebetulan dia punya villa di puncak. Jadi Rita pengen liburan lagian aku bosen di rumah terus, Mam!"

Alana ikut bicara, "kan ini bukan hari libur!"

"Emang kenapa kalo bukan hari libur?" balas Rita.

"Gue kan jadi gak bisa ikut." jawab Alana memelas.

"Yee... Itu sih derita lu!" canda Rita.

"Sudah, sudah.. Rita kamu bener ingin pergi? Kamu gak mau nyusul Papi kamu aja ke Malaysia?" tanya ibunya meyakinkan.

"Enggak, Papi kan ada urusan pekerjaan nanti Rita cuma ngerepotin di sana."

"Emang, Mam. Dia kan suka ngerepotin orang!" celetuk Alana.

"Lu ikut campur aja nih! Bilang aja kalo ngiri!" balas sang kakak.

"Yee... Siapa juga yang ngiri sama lu!" Alana tak mau kalah.

"Kamu mau pergi berapa lama?"

Rita hanya tersenyum dan berkata pelan, "Mami gak perlu khawatir, aku akan baik-baik aja di sana."

Alana yang tiba-tiba merasa asing langsung menimpali, "Sebenernya ada apa sih? Kok Mami jadi khawatir begini sama Rita? Biasanya Rita pergi ke puncak juga gak begini amat. Lo juga Ta, kok perginya gak di hari libur? Ini ada yang aneh, ada apaan Ta?"

"Gak ada apa-apa, sayang. Mami cuma sedang banyak masalah." Mami berusaha menutup-nutupi.

Rita bingung harus berkata apa untuk mengalihkan pembicaraan, "Jadi besok aku langsung pergi ya?"

"Daaahhh... Anak yang suka ngiri." Rita meledek Alana untuk mencairkan suasana.

"Yeee... Jangan lupa bawa oleh-oleh. Kalo gak bawa oleh-oleh awas aja nanti aku marah loh!"

"Pokoknya nanti gue bawain lu rumput-rumputan aja, mau kan?"

"Itu mah mending gausah bawa apa-apa!" jawab Alana sambil cemberut.

"Iya deh iyaaa, nanti gue bawain lu sekarung beras. Yang ini mau kan?"

"Lu mah bercanda terus!"

***

Indra yang berada di kamarnya sedang duduk termenung sambil mengingat-ingat kejadian tadi siang.

"Kenapa lu tiba-tiba mau pergi liburan?" tanya Indra.

"Emmm... Boleh gak kita pergi? Kalo boleh, baru gue kasih tau alesannya." jawab Rita ketika di dalam cafe tadi siang.

"Iya, lu tuh maunya banyak ya."

"Gue cuma bosen di rumah aja, nadi pengen liburan!"

Indra langsung menggenggam jemari Rita, "lu gak bisa bohongin gue, Ta."

"Emang itu ko alesannya."

"Tatap mata gue!" tegas Indra.

"Gue ngerasa kalo waktu gue udah tinggal sedikit lagi, gue gak mau sampe Alana tau kalo gue punya penyakit. Biar aja dia anggep gue kecelakaan!" jawab Rita jujur.

"Lu mau bohongin dia selamanya?"

"Bukan gitu, suatu hari Alana akan tau kenyataan yang sebenarnya. Apabila ada hari itu, gue akan menemaninya berdiri di sampingnya serta memeluknya."

"Apa lu gak mau bilang yang sebenarnya?"

"Dia pasti akan berlarut-larut dalam kesedihan!"

"Dra, kalo lu mau tau sebenernya. Gue masih belum rela ninggalin keluarga gue dan elu, tapi sayang gue harus segera pergi!"

Indra ingat Rita hampir menangis ketika mengucapkan kata-kata itu.

"Dre, dulu gue pernah bilang sana Alana kalo gue meninggal nanti gue mau duduk di rerumputan. Gue mau denger kicauan burung dan merasakan hembusan angin sepoi-sepoi yang terakhir, gue mau mau orang-orang gak menangis akan kematian gue."

"Ta, gue gatau harus ngomong apa lagi!"

"Lu gak usah ngomong apa-apa, gue cuma minta satu hal dari lu. Tolong rahasiain ini semua dari Alana," pinta Rita.

"Kenapa?"

"Karena dalam hidup gue, dia selalu ada di sebelah gue ketika gue nangis, ketika gue tersenyum, dan ketika gue dalam masalah. Alana selalu bantu gue, tapi dia gak pernah ngeluh kalo dia lelah dan dia gak pernah ninggalin gue di tengah jalan. Gue gamau ngebebanin dia dengan masalah gue lagi." tangis Rita pecah diujung kalimat.

Dengan terisak, Rita berucap dengan sungguh-sungguh, "gue gak sanggup kalo harus ninggalin dia sendiri, tapi..."

Tolong Cintai AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang