1

1K 10 0
                                    

Panas ditambah terik matahari yang menyengat membuat Alana kesal. Mana dia sendirian lagi. Tadi sih enak ada Lieka and the gank yang nemenin ngobrol. Tapi setelah mereka pulang, Alana jadi sendiri menunggu si Mila, sobat karibnya yang centil, latihan Pramuka.

"Lama banget deh si Mila! Latihan Pramuka apa ngecengin cowok-cowok sih?" ocehnya sambil mondar-mandir gak jelas di lapangan. Perkiraan Alana dari awal, Mila bukan serius latihan. Tapi ikut supaya bisa ngeliatin kakak-kakak kelas yang ganteng-ganteng. Huh, aneh banget sih!

"Woy, Na... sini!" teriak Mila dari kejauhan sambil melambaikan tangannya.

Itu dia si Mila.
Aqila pun menghampiri dan langsung mengomel, "lu lama banget sih, gue sampe aus! Mana panas lagi! Satu jam lebih nih gue mondar-mandir di tengah lapangan kaya orang gila."

"siapa yang suruh mondar-mandir?" katanya kecil.

"apa kata lu?"

"enggak ko, enggaaaak.... sorry deh Na, lu jangan marah-marah gitu dong, nanti cepet tua lho!" ejek Mila.

"nanti cepet tua lho," ulang Alana sambil menirukan gaya bicara Mila.

"ah, udah deh, cabut sekarang yuk, gue udah kepanasan! Bete banget nih!" Alana langsung berjalan menuju tempat parkir.
Brummmmm....

***

"Na, gue pinjem telepon bentar ya?" tanya Mila ketika kedua ABG itu sedang asyik baca buku di kamar Alana yang berdekorasi serba biru. Sentuhan pajang boneka dari yang kecil sampai sebesar apa tau ada di setiap sudut kamarnya.

"Mau ngapain lu? Telepon nyokap?" tanya Alana bingung.

"enak aja. Emang gue anak mami apa, ke mana-mana harus bilang!"

"kalo gue sih emang anak mami, emang anak siapa lagi?" canda Alana sambil tertawa kecil.

"Cape deh gue! Udah ah, gue mau telepon cowok gue dulu. Gue mau bilang kalo gue ada di rumah lu soalnya nanti dia ngamuk gak jelas lagi. Sekalian gue mau minta jemput di sini."

"Ribet banget sih punya cowok, apalagi kaya cowok lu! Protektifnya minta ampun."

"Shhhhttt!" Mila mengambil telepon, "Hallo.. Say, lagi dimana?'

"oh, nggak aku Cuma mau bilang kalo aku lagi di rumah Alana, Kamu bisa jemput aku gak nanti sore di sini?"

"Lagi latihan basket ya? Jadi, gabisa nih?"

"Diusahain dulu? Ya udah, nanti kasih kabar ya? Bye.." Mila mengakhiri pembicaraan.

Mila tiba-tiba jadi murung, "Na, tadi ko dia maunya cepet-cepet selesai ya? Kaya menghindar gitu."

"Ah, perasaan lu aja kali."

"Kayanya dia bohong deh sama gue."

"Mungkin dia lagi latihan basket jadi gamau di ganggu. Lu jangan ketakutan gitu kali, gue jadi serem nih." Kata Alana sedikit bercanda.

"gue gamu aja kalo dia bohongin gue!"

"Aduhh.. pusing benget sih! Tinggal lu bilangin sama dia. Gitu aja susah!"

"Tapi dia susah dibilangin"

"Aduhh! Kan ada pepatah yang bilang cinta itu buta 'love is blind', ngerti gak siiih?"

"Ah tau lah terserah lu aja. Mending sekarang kita kerjain PR kimia yuk?"

"siapa takut?"

***

"Na.. bangun dong. Temenin gue yuk?" ucap seorang gadis sambil mengguncang-guncang tubuh Alana.

"gue ngantuk ah, lu pergi sendiri aja" jawab Alana ogah-ogahan.

"ayoo dong, Na.. jangan tidur mulu. Kaya kebo aja sih lu!"

"hmm... gue ngantuk... cape banget, Ta. Kapan-kapan aja ya?" Alana menarik selimut sambil menutup matanya.

"Na.. lu mah gitu. Seminggu lagi kan gue konser piano dan parahnya gue belum beli baju yang cocok buat konser. Plizzz dong? Lu kan kalo pilih baju bagus-bagus" rayu Rita yang lagi sibuk bangunin Alana.

"yaudah, rese lu! Gue mandi dulu ya?"

"Thanks ya, Na" Rita langsung memeluk Alana dengan erat.

"Aduh, ah gausah norak gitu deh!"

Rita kakak kandung semata wayangnya, Alana pasti mengabulkan permintaan Rita tiap kali Rita memohon. Alana sangat sayang pada kakaknya itu. Usia mereka yang tidak terpaut jauh membuat mereka mudah berkomunikasi satu sama lain. Jadi, jika mereka mengalami suatu masalah, mereka berdua pasti saling membantu meski sifat mereka jauh berbeda.

Rita kuliah di Universitas Internasional yang khusus berlatih alat musik. Sementara Alana masih duduk di kelas 3 SMU daerah Jakarta. Rita gemar bermain alat musik terutama piano, maklum ibu mereka adalah seorang musikus walaupun saat ini memilih pensiun. Ayah mereka adalah pengusaha terkenal.

***

"Na, yang ini bagus gak?" tanya Rita sambil menunjuk blus merah bercorak bunga-bunga.

"Lumayan sih, tapi gue lebih suka yang ini." Alana mengambil gaun terusan bertali biru muda.

"oh iya bagus banget"

"oke kan pilihan gue"

"Thank you. Sekarang temenin gue beli sepatunya ya?" Tarik Rita.

Alana dan Rita berjalan menuju counter sepatu. Tiba-tiba secara tidak sengaja....
"Bruukkk!"

Rita mendongak, kini dihadapannya ada seorang cowo tinggi berpakaian santai dengan penampilan berantakan, walaupun ia masih keliatan gagah dan cool abis.

"jalan yang bener dong. Tau gak ini tuh jalan umum!" maki cowo itu.

"Maaf saya tidak sengaja." Ucap Rita sambil berdiri.

"Maaf maaf, gak punya mata apa?" cowok itu masih marah-marah di depan banyak orang.

"Eh, orang udah minta maaf juga, gak tau diri banget sih masih aja marah-marah". Tiba-tiba Alana nyolot.

"Gatau diri??? Jangan nilai orang sembarangan deh. Emang lu siapa?"

"gue siapa ke, emang urusan lu apah? Mau lu apa hah?" sahut Alana.

"gue gak suka sama orang yang ikut campur urusan orang." Jawab si cowok ketus.

"ini urusan gue juga tau! Dia itu kakak gue! Jangan sok jagoan deh lo!" Alana terbawa emosi.

"siapa juga yang sok jago?" jawab si cowok gak mau kalah.

"udah Ta, kita pergi aja dari sini. Gada gunanya juga kita ngeladenin orang yang gak jelas gitu." Alana menarik tangan Rita.

"Na, ko lu gitu sih. Kan gak sopan." Rita berbicara sambil melihat kebelakang, tepatnya kearah cowok yang ditabraknya.

Cowok itu masih terlihat kesal.
"Emang dia siapa sih? Jadi orang sok banget."

Alana berhenti lalu berkata, "udah lu sana gih. liat sepatunya, gue tunggu disini!"

"gamau ikut na?"

"Males, udah bete!"

***

Komen dan vote yah walaupun cerita aku belum sebagus para penulis lain maklum lah baru pertama hehe tp aku bakalan berusaha bikin cerita ini bisa di nikmati para pembaca..
Tengkyuh eperibodeh :-D

Tolong Cintai AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang