7

226 3 0
                                    


***
Rita kenapa yah? Ko bisa sampe pingsan gitu. Mana Mamih belum pulang lagi. Dari tadi Alana yang menunggu dengan cemas sibuk mondar-mandir sendiri di depan pintu UGD.

 “Rita kenapa Na?” tanya Mamih tiba-tiba dengan muka cemas. Alana tidak sadar kalu Mamih nya sudah datang.

“Mam, mami duduk dulu. Aku gak tau Rita kenapa, pas masuk ke kamarnya aku liat Rita udah pingsan di lantai.” Jelas Alana, “Rita gak akan kenapa-napa kan mam?” lanjut Alana dengan mata yang berkaca-kaca.

“nggak, Rita pasti tidak apa-apa.” Ibunya langsung memeluk Alana dengan erat.

Beberapa saat kemudian dokter Resti yang menangani Rita keluar. Alana dan Mariska langsung menghampiri dokter perempuan yang sudah agak tua tapi tetap terlihat berwibawa.

“Bagaimana keadaan anak saya dok?”

“Ada yang harus saya bicarakan dengan Ibu, bisa ikut sebentar?” si dokter pun mempersilahkan Mariska untuk ikut ke ruangannya.

“silahkan duduk bu.”

“Sebenarnya ada apa dok? Apa yang terjadi dengan anak saya?” Tidak tahan menunggu lama Mariska langsung bertanya dengan dokter Resti.

“Ibu lebih baik tenang dulu. Maaf bila berita ini mengejutkan.”

“Puteri saya kenapa Dok?”

“Diagnosis kami, puteri anda terkena leukimia. Menurut orang awam penyakit ini disebut sebagai kanker darah, terjadi karena adanya satu tipe sel darah putih tidak matang yang berkembang biak secara ganas di sumsum tulang belakang kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.”

Beberapa saat Mariska hanya diam. Dia sama sekali tidak menyangka puteri sulungnya harus menderita seperti itu. Air matanya terus keluar sampai dia berucap dengan ragu-ragu, “Dok? Berapa lama anak saya bisa bertahan?”

“Maaf sekali lagi Bu. Analisis kami puteri ibu bisa bertahan selama satu tahun. Tapi..”

“Tapi apa lagi Dok?”

“itu jika kita bergerak cepat untuk memulai pengobatannya. Jika tidak, dia mungkin hanya bertahan selama tiga bulan. Ibu jangan pesimis, kami pasti akan melakukan yang terbaik.”

“Berapa lama? Berapa lama puteri saya harus menderita dalam keadaan ini?”

“kami tidak dapat memastikan, yang dapat kami lakukan adalah berusaha.”

“tidak ada jalan lain lagi Dokter?”

“Operasi sumsum tulang belakang” ucap Dokter setengah baya itu.

“Saya bersedia melakukan apa saja untuk anak saya. Sekarang pun akan saya berikan apapun yang anda minta untuk anak saya.!” Mariska menjawab dengan sungguh.

“Maaf bu, tidak semudah itu. Kami harus melakukan beberapa tes lagi untuk membuktikan kesamaannya.”

“Saya ibunya. Apa anda tidak percaya dengan saya?!”

“Bukan begitu. Saya mengerti seorang Ibu pasti akan menolong anaknya dengan cara apapun. Tapi, Ibu tetap harus melakukan beberapa tes dan Rita juga, untuk memastikan kecocokannya.” Dengan tegas Dokter Resti menjelaskan.

“Saya tidak mau anak saya menderita Dokter.”

“Dia akan sangat sedih mengetahui penyakit ini, apa Dokter bisa merahasiakan hal ini pada anak saya?”

“Semua keputusan ada di tangan Ibu. Saya tidak berhak untuk ikut campur.”

“Terima kasih”

“sudah kewajiban saya sebagai seorang Dokter.”

“Kapan saya bisa di tes?”

“Segera.. kami akan mempersiapkan segalanya.”

***

voment ;-)

Tolong Cintai AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang