Masih perawan?

1.5K 163 18
                                    

IKANAIDE

By me! Yuu-san

Karma x Nagisa
(Ansatsu Kyoushitsu)

Hanya meminjam karakter!

Happy Reading!

Nagisa terus diliputi rasa takut. Ia dihadapkan dengan pemandangan kamar yang benar-benar tidak pantas untuk diperlihatkan pada anak-anak seumurannya.

"Sini mendekat."

Nagisa berbalik, menatap orang yang memanggil nya. Pria itu berbaring menyamping di ranjang yang telah disediakan oleh pegawai hotel. Ia memangku wajahnya dengan sebelah tangannya. Mata itu menatapnya lekat seakan tidak membiarkan nya keluar dari tempat itu. Nagisa mendecih. Ia kesal dengan bapak tua jelek itu, tapi Nagisa tidak bisa melawan. Ia tidak tau apa yang akan terjadi padanya jika ia melawan orang tua itu.

"Anda mau apa?" Nagisa berucap sarkas serta berbahasa baku. Ia tidak ingin dipermainkan dengan mudah. Mata itu menatap tajam. Sangat tajam sampai laser keluar.

"Mau apa? Hm, aku ingin kau memuaskan ku. Itu saja." Bapak itu berucap kelewat santai. Ia melirik Nagisa lalu menyeringai lebar. Nagisa membulatkan matanya. Ia sangat benci dengan gaya menjengkelkan itu. Ia ingin memukulnya dan menghajarnya habis-habisan. Tapi apa daya? Nagisa itu..

"kau gila ya?!" Nagisa tidak sanggup menahan emosinya. Bodoh amat kalau tua itu marah! Nagisa tidak peduli!

"Gila? Aku emang gila."

Wtf

"Aku mau keluar dari sini bangsat." Nagisa mengatakan nya dengan penuh penekanan. Tapi tua itu hanya diam tak bergeming. Ia seakan tuli dan tidak mendengar apa-apa. Sepertinya Karma dan Asano telah mengajarkan Nagisa untuk mengatakan kata-kata kasar seperti itu. Nagisa lantas melangkah dan mendekatinya dengan hentakan. Ia ingin segera menunjang bapak tua itu.

"Aku tidak mau bermain main denganmu sialan! Lelaki tua bangsat!" Ucapnya kemudian berbalik menuju pintu untuk keluar. Nagisa tidak ingin berlama lama disini. Bersama tua bangsat itu hanya membuatnya kesal walaupun sebenarnya ia sangat ketakutan.

"Kau mau keluar hm?" Nagisa bisa mendengar suara yang diiringi kekehan kecil. Ia melirik kebelakang, dan melihat orang itu menyeringai lebar kearah nya.

"Maaf, tapi aku sudah menguncinya~"

Nagisa lantas mendekatinya kembali dan meninju tepat di wajah tua bangka sialan itu.

"MANA KUNCINYA SIALAN?!" Ucapnya kuat. Nagisa sangat geram dengan orang yang dihadapannya ini. Ia juga tidak tau harus apa setelah ini. Kekuatannya tidaklah seberapa.

"Puaskan aku lalu aku akan mengeluarkan mu dari sini." Nagisa kembali mendapati orang itu menatapnya. Namun bukan dengan seringai ataupun kekehan kecil. Melainkan mata tajam yang penuh amarah. Sekarang ia benar-benar takut dengan apa yang akan terjadi padanya.

"Berikan kuncinya sialan." Ia meredam suaranya berusaha untuk menahan emosinya. Bukannya takut, pria itu malah bangkit dari tidurnya dan mendekatinya pelan. Pria itu mengulurkan tangannya hendak menyentuh pipi Nagisa, tapi sayang. Nagisa menepis kasar tangan berlumut itu. Ia kembali mendecih dan membuang ludahnya dengan sengaja ke wajah tua itu.

Nagisa kembali melihat tatapan itu. Amarah dan emosi. Itulah tanda matanya. Kali ini bukan pria itu yang menyeringai, melainkan Nagisa. Ia menyeringai lebar dan memandang pria itu remeh. Harga dirinya sangatlah tinggi. Ia tak akan membiarkan seorang pun bermain main tanpa izinnya.

"Bagaimana hah? Kau suka ludah itu?" Pria itu melihatnya dengan tatapan membunuh. Nagisa bisa merasakan aura yang sangat kuat berada disekitarnya. Dan benar saja! Tidak lama kemudian, pria itu menarik pergelangan tangannya, menjatuhkannya ke kasur dan menindihnya. Ia bisa melihat kilatan amarah yang sedari tadi ditahan. Nagisa memberontak berusaha melepaskan tangan yang menguncinya kuat. Lengannya sangat perih, dan mungkin bisa patah.

"LEPASKAN AKU BRENGSEK!" Ia meneriaki pria itu tepat di depan wajah tuanya. Tapi pria itu tidak bergeming dan masih dalam posisi yang sama.

"Kau akan menikmatinya~" Seringai itu kembali terlihat. "Panggil Takaoka-san okey?" Setelah itu Nagisa dapat merasakan tangan yang membuka kancing bajunya. Ia terkejut dan terus memberontak. Tapi semuanya seakan sia-sia. Tangan dan kakinya telah dikunci oleh orang itu. Tenaganya juga tidak banyak. Nagisa berteriak disertai dengan tangisan.

"Le-lepaskan aku sialan!" Nagisa tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya. Ia tetap menangis walaupun ia tau itu percuma. Tidak akan ada yang menolongnya.

Tangan itu terulur untuk mengusap dada hingga ke perut. Nagisa bisa merasakan tangan kasar yang menyentuhnya. Itu menjijikkan. Sangat menjijikkan!

Pria yang bernama Takaoka itu kembali menatapnya. Mata itu menatapnya penuh nafsu. Ia kembali menyeringai dan mendekatkan wajahnya ke Nagisa.

Nagisa bisa merasakan hembusan nafasnya.

'bau sekali' batin Nagisa/ಥ‿ಥ

Mendekat, mendekat. Sedikit lagi kedua bibir itu akan bertemu. Sebelum,

BUG BAG BUG!

Pintu kamarnya terbuka lebar menampilkan dua orang yang sedari tadi menghantui pikirannya.

"K-karma? Asano?" Nagisa kembali terkejut. Kedua bocah tengik itu kenapa bisa ada disini? Baju yang berantakan disertai rambut yang terlihat tidak terawat. Kenapa mereka berpenampilan seperti itu? Tapi Nagisa bersyukur, ia bisa selamat.

"SAYANG!/CINTA!" Nagisa meringis pelan. Ia tetap membenci mereka yang seperti itu, ya walaupun mereka juga penyelamatnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA NAGISA BANGSAT?!" Itu Karma. Mata itu menatap lebih tajam. Saat itulah Nagisa menyadari bahwa iblis benar benar ada. Tidak lama kemudian, Nagisa bisa merasakan kuncian dan beban diatasnya menjadi hilang. Karma pelakunya. Ia menunjang bahkan terus memukul tanpa henti. Mata itu memancarkan aura membunuh. Nagisa bangun mencoba menahan tangan Karma untuk memukuli Takaoka. Karma menoleh kearah Nagisa sebentar. Pandangan mencekiknya sedikit memudar. Kemudian ia kembali menatap pria yang hancur lebur dibawahnya. Karma meludah dan membuangnya kasar ke wajah tua itu. Setelah itu ia menarik tangan Nagisa dan berjalan menjauhi Takaoka.

"Kau melupakanku?" Kali ini Asano menatap Karma tajam. Yang ditatap merasa bingung.

"Apa maksudmu?" Tanyanya diiringi kerutan di dahi.

"Sisakan bagian untukku." Asano melangkah mendekati Takaoka dan menunjangnya sama seperti yang dilakukan Karma. Ia sengaja membuat tua bangka sialan itu merasakan ujung sepatunya yang tajam. Asano tersenyum menyiratkan kemarahannya. Ia menunduk menatap remeh wajah babak belur dibawahnya.

"Hei." Asano memanggilnya pelan, walaupun ia tau sahutan itu tidak akan dibalas karena orang dihadapannya sudah dipastikan pingsan.

"Berani menyentuh nya lagi, kau pasti mati." Setelah mengatakan itu, Asano berbalik dan menghampiri Karma serta Nagisa. Ia mengulurkan tangannya untuk memegang sebelah tangan Nagisa. Begitu juga dengan Karma. Nagisa hanya bisa bersikap canggung dan tetap menerima kedua uluran tangan itu. Setidaknya ini lebih baik daripada bersama dengan tua bangka sialan itu.

==============================================================

Sesuai janji saya, hari ini saya double up! Horeee\(^o^)/ puas dengan chapnya enggak?ಥ‿ಥ Gomen kalau gak puas:D
Hari ini saia punya 2 berita bahagia dan berita sedih sksk.

Berita bahagianya, saia akan up seminggu sekali. Itu berita bahagia kah?ಥ‿ಥ
Yang kedua, hari ini saia ulang tahun! Yeyy, Tanjōbiomedetō!( ╹▽╹ )

Kalau berita sedihnya, saia tambah tuaಡ ͜ ʖ ಡ. /Nangis
Saia sedih gak bisa banyak main main lagi /hiks

Untuk chap berikutnya, saia akan up setiap hari Jumat/Sabtu.
Gitu aja yak!

•••

Terima kasih sudah membaca🍁

Tolong tinggalkan jejak❤️

IKANAIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang