PROLOG

1.3K 109 21
                                    

Lampu itu menyala remang di sebuah ruangan gelap berisikan 4 orang lelaki. Satunya duduk di kursi kebangsaannya, satunya lagi duduk di hadapannya dengan kaki gemetar. Sementara 2 lainnya berdiri sedikit jauh, bersandar pada dinding ruangan yang dingin.

"Jadi… kau mau apa?" Tanya pria muda kisaran 27 tahunan

Pria tua kisaran 50 tahunan itu menelan salivanya kasar.

"Aku.. butuh bantuan,"

"Bantuan?"

"I..iya, tolong bantu aku musnahkan kepala keluarga Ong,"

Pria muda itu mengangkat alisnya sebelah, "menyingkirkannya? Membunuhnya?"

Si pria tua itu mengangguk dengan ekspresi agak takut.

"Atas dasar apa?"

"Kekuasaan…, dia musuhku dan aku harus mengalahkannya,"

Si pria muda manggut manggut kemudian menyandarkan dirinya pada kursi dari kulit itu. 

"Ada alasan lain?"

"Putrinya juga lawan model dari putriku, dia adalah lawan yang harus putriku kalahkan dalam kompetisi model utama majalah xx,"

"Maksudmu kau memintaku membunuhnya?"

Pria tua tadi mengangguk, "hanya dengan itu keluargaku bisa kembali memimpin,"

"Kau yakin?"

"Sangat yakin,"

Pria muda itu kembali menegapkan posisi duduknya. 

"Apa jaminan untukku?"

"Jaminan?"

"Oh? Kau tak tau? Kau pasti tau kan kalau kau meminta kau harus memberikan jaminan?"

"Ah iya… berapa banyak uang yang harus kuberikan? Akan kuberikannya padamu,"

Pria muda tersenyum, bukan, lebih tepatnya smirk. Ia mengulurkan tangannya.

"Kalau begitu, senang membantumu Mr. Alter,"

Pria tua dengan senang hati menjabat tangan lawan bicaranya dengan antusias.

"Kau boleh pergi,"

"Terima kasih," ucap pria tua. Kemudian ia berbalik badan dan meraih knop pintu.

Dor!

Suara itu sedikit memekakkan telinga. Dan detik itu juga, pria tua dengan nama Alter itu tergeletak. Kepalanya berlubang akibat ditembak.

"Great job J,"

Pria lain yang menembak dan berinisal J itu tersenyum. Ia kembali bersandar, menyimpan alat tembaknya ke dalam jas.

"Cih, menjijikan, meminta bantuan padaku dengan begitu mudahnya,"

"Berapa banyak uang yang kau butuhkan? Astaga pertanyaan macam apa itu? Dia merendahkanku?"

"Dan lagi pula dia meminta tolong pada orang sepertiku untuk balas dendamnya? Cih dasar bodoh,"

Pria muda itu bersandar pada kursinya. Memejamkan mata dan kemudian sekelebat bayangan muncul di benaknya.

Lantas ia membuka mata dan menatap langit langit ruangannya.

Just how fast has the night changed? and I already missed you my dear 

MONOCHROME ||JINSOO|| HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang