Welcome to chap 19!
Waww it's already chap 19. Thank you for always give me your support, i promise i'll finish this story, so don't worry^^
Don't forget to keep voting and leave some comments!
Thank you and enjoy~
.
.
.
7 years later…Cit...Cit...Cit
Burung burung mulai berterbangan melintasi langit desa untuk mencari makan. Menyambut matahari yang mulai muncul di ufuk timur.
Langit kian membiru seiring munculnya matahari dihiasi awan yang melintas. Orang orang mulai bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupan pedesaan yang terkesan sederhana menambah nilai damai di antara penduduk yang sudah berlalu lalang. Ada yang memakai sepeda, berjalan kaki, dan sebagiannya memakai motor hanya untuk menghantarkan barang ke dermaga juga pasar.
Petani menjadi pekerjaan dengan jumlah pekerja yang banyak, disusul nelayan di urutan kedua. Keadaan tanah yang subur dan lautan yang bagus membuat desa ini mudah mendapat bahan makanan.
Beberapa wanita melakukan senam di lapangan balai desa. Ada juga yang berlatih seni beladiri.
Anak anak pergi ke sekolah satu satunya yang ada di desa. Meski begitu, nilai sekolah ini memiliki citra yang bagus dimata daerah luar desa. Pendidikan yang menjamin dan keramahan para pekerja menjaga citra baik sekolah.
Anak anak yang bersekolah mulai berangkat. Mereka membawa kotak bekal berupa rantang alumunium atau kotak anyam. Senyum terpatri di wajah mereka. Berangkat bersama teman teman untuk memulai hari adalah ide yang baik.
Seperti hal nya bagi anak perempuan berambut sepundak diikat half ponytail yang sedang berjalan ria dengan rantang di tangannya. Senyumnya manis dengan perpaduan mata coklat yang bulat. Kulitnya putih bersih, sangat kontras dengan rambut hitam legamnya.
"Sarah!"
Anak perempuan itu menoleh, ia mendapati teman lelakinya berlari menghampiri.
"Xiaojun? Kenapa?"
Anak lelaki bernama Xiaojun itu mengatur napasnya.
"Ayo berangkat bersama, dari tadi aku memanggilmu, tapi kau tak dengar,"
"Eh? Iya kah? Maaf… hehe,"
Xiaojun tersenyum kecil lalu berjalan mengikuti Sarah. Mereka berjalan berdampingan sembari tertawa bersama.
Begitulah kehidupan pagi di desa dengan segala keindahannya. Ya, setidaknya itu masih terlihat indah sampai saat ini. Setelahnya, who knows?
. . .
Keadaan rumah berukuran lumayan besar itu mulai bersih. Guci-guci terlihat mengkilap, debu di meja dan furniture lain sudah terangkat. Makanan sudah tersaji di meja makan ditutupi oleh tudung saji anyam.
Di Halaman belakang, wanita dengan rambut hitam diikat kendur itu menjemur pakaian. Wajahnya tak terlihat menua meski umurnya sudah bertambah 7 tahun. Hanya sikap dan beberapa titik fisiknya saja yang mulai matang sebagai wanita dewasa.
Oh, dan jangan lupakan perutnya yang buncit karena ia tengah membawa sebuah kehidupan disana.
Jari jari cantiknya mengangkut ember kosong ke area mencuci. Peluh membasahi keringatnya. Huh, dengan keadaan perut membesar ini membuat ia susah untuk sekadar bergerak. Ia menjadi cepat lelah dan kakinya mulai bengkak.
Wanita itu duduk dibawah sinar matahari untuk berjemur setelah melakukan tugasnya. Ya, mungkin dia memang lelah, tapi rasa penat itu terbayarkan ketika ia merasakan sesuatu menendang perutnya. Ah… bayinya melakukan pergerakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME ||JINSOO|| HIATUS
Romance~ •° Saat 2 warna yang berlawanan bertemu dan melebur menciptakan sebuah makna yang dalam°•~ °°° Bagaimana jadinya jika kau harus memata matai kehidupan mantan kekasihmu sendiri? Itulah yang Kim Jisoo rasakan. Ia pikir menjadi mata mata akan selama...