Chapter 3 : Bisnis dan Kilas balik

510 98 63
                                    

Ayo ayo vote nya di pencet dulu sebelum baca :). Menurut penelitian dr.prof.ir.cumi vote dan komen berfungsi sebagai alat penyemangat

Wkwkwk garing bgt lah

Happy reading ya guys~
.
.
.
Jisoo berdiri di depan kamar Seokjin dengan wajah jengkel. Sudah 30 menit dia berdiri disana membawa nampan berisi sarapan. 

Dia sudah mengetuk berulang kali tapi tetap tidak dibuka. Hanya dijawab 'tunggu disana, 5 menit lagi' lalu '5 menit lagi' dan '5 menit lagi' sampai menjadi 30 menit.

Kalau pria di dalam bukan majikannya sudah ia banting pintu itu lalu mengguyur isi makanan ke wajahnya. Tapi sayangnya dia majikannya. Belum lagi fakta bahwa dia Black Moon.

Jisoo menghela napas berat dan akhirnya menendang pintu itu sekuat tenaga. Sesaat setelah pintu terbuka, wajah Jisoo berubah merah dan mulutnya terbuka lebar.

"KYAAAAAA!"

Seokjin yang mau melepas handuk itu memasang wajah datar. Kan sudah dibilang tunggu dulu _-

"Taruh nampannya di nakas,"

Dengan wajah menunduk, Jisoo berjalan pelan menuju nakas dan segera menaruh nampan. 

Baru saja ia mau keluar, pintu itu ditutup. Ia terkekang di antara lengan Seokjin. Bisa dia rasakan kehadiran Seokjin tepat di belakangnya. 

"Kenapa menutup mata?" 

Jisoo semakin menunduk dan mencengkram ujung bajunya. Duh kok dia jadi lemah begini sih.

"Bukannya dulu sudah kau lihat? Kau merabanya, memeluknya, kau bahkan—"

"STOP!" 

Seokjin mengangkat kedua alisnya saat tangan Jisoo yang dingin menutup mulutnya.

"Jangan bahas itu, maaf aku lancang, permisi tuan,"

Krieeet…

Brak!

Seokjin menatap kepergian Jisoo dengan wajah tersenyum. Sepersekian detik kemudian wajahnya berubah datar. 

"Apa ini sudah benar?"

Tangannya mengangkat cangkir berisi teh yang tadi dibawakan Jisoo. Dia menatap pantulan wajahnya di air teh.

"Kerja bagus, she hates you and this is how it should be,"

. . .

Bang!

Tong kosong khusus dedaunan kering itu menggelinding setelah ditendang kuat kuat oleh Jisoo.

"Astaga Soo!" Jimin mengejar tong yang menggelinding itu 

Jisoo menghentakkan kakinya meluapkan emosi. Keadaan taman yang sepi membuatnya bebas untuk marah marah.

Jimin datang dengan tong di pelukannya. Bibirnya maju pertanda bahwa ia kesal. Untung daun yang ia sapu belum ia masukkan ke dalam tong. Coba saja kalau sudah dimasukkan terus ditendang Jisoo. Bisa bisa ia mogok makan. 

"Ish!"

"Kau kenapa sih?"

"Jelek,"

"Hah siapa?"

Jisoo menatap tajam Jimin. Yang ditatap bergidik dan memilih menyapu dedaunan kering yang jatuh.

"Jim,"

"Hm?"

"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Kau lihat sendiri kan aku sedang bekerja?"

MONOCHROME ||JINSOO|| HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang