Chapter 12 : Hidden

362 78 64
                                    

Welcome to Chap 12!

Now it's out! Happy reading and hope you guys enjoy it.

Don't forget to click the vote button and leave your comment here!

Thank you!
.
.
.
Mentari pagi terlihat bersembunyi di balik awan, enggan untuk menunjukkan sisi cerahnya pada bumi. 

Zrrraasshh

Hujan juga turun membasahi bumi yang sedang ramai oleh orang beraktivitas, beberapa dari mereka yang tengah berjalan mau tak mau menepi guna menghindari kebasahan.

Sama halnya dengan Jisoo yang sedang berteduh di depan sebuah toko roti. Mengelus lengannya karena suhu yang terasa dingin. Hari ini ia ada jadwal pertemuan dengan timnya, Seokjin sedang bekerja dan dia memanfaatkan hal ini untuk kabur dengan dalih membeli barang yang Seokjin minta. Hal itu menjadi mudah mengingat dia adalah pembantu yang dipilih tuan muda sendiri. 

Sesekali ia melirik jam nya. Duh, sudah 10 menit dia telat dari jadwal yang ditetapkan. Sembari menunggu hujan reda, Jisoo melirik ke kanan dan kiri, kali saja ada angkutan yang ia bisa tumpangi. 

Krincing…

Jisoo menoleh ketika mendengar suara bel yang berbunyi dari arah samping. Ah, itu dari toko roti. Dilihatnya pengunjung di dalam dan jajaran roti yang tentunya menggugah. 

Melihat roti begini dia jadi mengingat Seokjin dulu. Seorang baker yang berhasil mencuri hatinya. Bahkan aroma roti yang Seokjin suka buat masih ia ingat. Ketika pria itu datang dengan senyuman manisnya membawa sebuah nampan kayu berisi sepiring roti dan secangkir teh lemon. 

Bruk!

"Ya tuhan…" Jisoo menoleh ke arah suara sesuatu terjatuh. 

Dilihatnya seorang pria yang terjatuh tepat 2 langkah di depannya. Berkas berkas yang ia bawa terjatuh dan berserakan. Jisoo bingung kenapa orang orang justru tak membantu dan malah cuek dengan keadaan. Dengan rasa simpatinya, Jisoo berjongkok dan membantu memungut kertas dan berkas yang sudah basah itu.

"Tuan, ini berkasmu, kertas kertasnya basah, mungkin kau bisa mengeringkannya dengan kipas atau hair dryer di rumah," Jisoo menyodorkan setumpuk berkas dan kertas itu tanpa melihat siapa yang ia tolong

"Terima kasih,"

Deg

Seakan waktu berhenti, Jisoo diam membeku. Darahnya berdesir lebih cepat begitupun degup jantungnya. Pandangannya masih menunduk kepada kertas. 

"Kau sangat baik nona, terima kasih,"

Tangan pria yang ia tolong terulur mengambil tumpukan berkas di tangan Jisoo. Ini hujan dan keringat dingin itu masih mengucur membasahi dahinya. 

Kakinya seakan tak menapak saat pria itu membisikkan sesuatu di telinganya,

"Nice to see you again, bagaimana rasanya kabur dariku, Kim Jisoo?"

Jisoo memberanikan dirinya mendongak pada pria yang kini sudah berdiri. Seringai itu muncul dan wajah dinginnya masih sama seperti saat terakhir dia bertemu. 

"Kau masih mengingatku kan? Orang yang kau mata matai dulu…"

"Oh Sehun,"

Jisoo berdiri dan menatap tajam pria yang sangat ia benci. Ia dendam dan rasanya ia ingin mencekik pria itu sekarang juga. Tapi melihat keadaan sekitar membuatnya mengurungkan niatnya.

"Dasar pembunuh," desis Jisoo

Mendengar itu Sehun justru menutup mulutnya menahan tawa yang akan keluar. 

MONOCHROME ||JINSOO|| HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang