As always guys :D mari di vote dulu dan tinggalkan jejak komentar sebagai bentuk dukungan :)
Ada yang masih nungguin ga nih? Sepi bgt chap kemarin wkwk.
Aku baru bisa update normal mingdep mungkin, maaf ya guys huhuu
Dan semoga aja masih ada yang mau nungguin heheh. Thanks yang mau tunggu ♡
And hope u guys enjoy it
.
.
.
Jisoo berjalan di lorong rumah yang sudah sepi. Seluruh tubuhnya pegal pegal. Dia dikerjai pelayan lain sampai akhirnya mencuci pakaian ulang.Tadinya dia sudah mencuci dan menjemur sprei dan tirai putih itu, tapi pelayan lain membuatnya bekerja 2 kali. Mereka menyenggol penjemur sampai pakaiannya jatuh, walaupun tak semua tapi tetap saja yang namanya bekerja 2 kali itu tak enak.
"Rekan sialan," umpat Jisoo. Ia meregangkan tubuhnya disela berjalan.
Kira kira butuh waktu sekitar 8 - 10 menit menuju kamar Jisoo. Melewati kamar Seokjin dan 2 rekan gilanya.
"Apa yang kau mau? Kenapa menghubungiku?"
Langkah Jisoo terhenti mendengar suara yang terdengar menggertak dari kamar Seokjin. Didekatkannya tubuhnya pada kamar 'majikannya' yang terbuka sedikit.
Itu Seokjin, dia tengah menelpon seseorang. Wajahnya terlihat dari samping menyiratkan amarah.
"Bicara yang jelas, apa maksudmu? Cih, mencoba menggantikan aku? Memangnya bisa?"
"Dia terlihat marah," gumam Jisoo
Entah apa yang mendorong Jisoo untuk tetap disana beberapa saat. Sesuatu seperti memintanya untuk diam walau hanya sebentar.
Diperhatikannya sosok pria berbahu lebar yang tengah bercengkrama tak bersahabat lewat ponsel yang pasti mahal itu.
Semuanya terdengar asing di telinga Jisoo karena dia hanya bisa mendengar ucapan dari Seokjin. Sampai sebuah nama terlontar dan membuat dahi Jisoo mengkerut.
"Oh sehun, jangan membuatku mempercepat kematianmu,"
Sesaat setelah nama itu disebut, jantung Jisoo berdegup kencang. Entah khawatir, takut atau menantang. Yang jelas hatinya sedang tak baik baik saja.
"Oh...sehun?"
Iya, Oh sehun. Nama yang kembali membawa Jisoo kepada kejadian beberapa tahun lalu. Kejadian dimana keluarganya diserang secara brutal olehnya, oleh komplotannya.
Dan kini Jisoo membenci nama yang ia dengar. Apa Seokjin kenal dengan Oh Sehun? Jika iya maka Jisoo harus memanfaatkan keadaan.
Tapi untuk apa? Oh? Apa ada lagi yang harus dilakukan? Tentu saja balas dendam. Dengan dia menjadi mata mata dan orang yang 'dispesialkan' oleh Kim Seokjin, ia akan memanfaatkan keadaan.
Jisoo kembali mengintip dan melihat Seokjin yang membanting ponselnya. Sadar bahwa Seokjin akan keluar kamar atau menyadari kehadirannya, ia buru buru kabur.
"Tampaknya aku harus mengatur rencana mandiri,"
. . .
Uap kopi yang baru diseduh itu mengepul mengenai wajah Min Yoongi yang memakai kacamata. Oh lihatlah dia yang menjadi bahan tertawaan. Kacamatanya berembun karena uap menyebabkan matanya tercover.
"Hyung, kurasa kau harus mengangkat kacamata itu setidaknya," cicit Hoseok dari arah pantry yang mengundang tawa anggota lain
Pagi itu mereka kembali berkumpul seperti biasa, tentu saja tanpa Jisoo dan Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME ||JINSOO|| HIATUS
Romance~ •° Saat 2 warna yang berlawanan bertemu dan melebur menciptakan sebuah makna yang dalam°•~ °°° Bagaimana jadinya jika kau harus memata matai kehidupan mantan kekasihmu sendiri? Itulah yang Kim Jisoo rasakan. Ia pikir menjadi mata mata akan selama...