bagian bawah sedikit mengarah ke ranah dewasa but its not a big deal. yang puasa bisa dibaca malem aja yaa !!
.
.
.
Namjoon memilih untuk datang dan menapaki tiap keramik hotel. Memilih untuk sendirian. Karena sedari awal Namjoon memanglah sendirian. Dirinya yang terlalu serakah, Namjoon tertawa, bagaimana bisa dia menginginkan sebuah.. kebahagiaan?
Itu terlalu berlebihan untuknya.
Mematikan seluruh ponselnya, membiarkan lampu kamar hotelnya mati dan yang dilakukannya hanya terduduk di atas ranjang menatap pada dinosaurus kecil milik Jungkook.
Ia tak dapat membawa apapun selain kenangan dan mainan kecil Jungkook.
Satu tetes air matanya membasahi pipi, mengalir hingga menggantung didagunya lalu jatuh ke atas keramik. Air matanyapun tak akan mengubah apapun. Bahkan ia merasa terlalu jahat, dirinya menyakiti Jungkook dan Seokjin.
Dan alasan kejahatannya hanya karena Namjoon ingin merasakan kebahagiaan.
Seolah kata bahagia begitu hina untuknya. Namjoon seolah tak dapat merasakan perasaan itu. Seorang politikus muda sepertinya yang kotor—tak dapat menikmati kebahagiaan.
Kesuksesan diusia muda?
Kebahagiaan yang melimpah?
Kesempurnaan yang Namjoon miliki?
Persetan semua itu.. Namjoon tak menginginkannya.. tidak ada yang ia inginkan saat ini, termasuk menghirup udara. Rasanya tiap hembusan nafasnya terlalu menyesakkan dada. Tubuhnya sudah terlalu banyak mengonsumsi obat. Tubuh yang terlihat bugar itu nyatanya sudah rusak dari dalam.
Yang Namjoon lakukan hanyalah berbaring di atas ranjang—tanpa melepas apapun dari tubuhnya termasuk sepatu yang masih terpasang. Dan Namjoon.. bahkan tak dapat memejamkan mata malam itu.
.
.
.
"Kau baik Namjoon?"
"Ya."
"Serin mencarimu, dia menghubungiku. Kau semalam di rumah Seokjin?" Namjoon hanya menggeleng kecil sembari membaca laporan yang Hoseok bawa. "Lalu dimana?"
"Di hotel."
Jawaban Namjoon membuat Hoseok mengerutkan kening tak mengerti, melangkah terburu menyusul Namjoon yang kini keluar dari ruangan sembari merapikan jasnya. "Gubernur Kim.. maksudnya?"
"Maksud bagaimana? Sekarang kita bertemu Parlemen Nam bukan?"
"Ya.."
Kali ini Hoseok memilih diam, bergegas membukakan pintu untuk Namjoon dan berlari kecil menuju kursi depan. Namjoon terus menyibukkan diri dengan map dan ipad yang berada dipangkuan pria itu. Hoseok pun enggan mengganggu Namjoon, tapi ia tahu, sahabatnya ini tengah kesulitan.
Agenda yang berkedok makan siang membuat Hoseok harus berdiri di depan pintu bilik tempat dimana Namjoon bersama Parlemen Nam. Kegiatan politik dan kesepatakan kedua belah pihak tengah dibahas di dalam.
Namun Hoseok berbeda.
Mengambil ponsel miliknya lalu menulis pesan untuk Seokjin.
[Seokjin, Namjoon.. semalam tidak ke rumahmu?]
Dan tidak ada balasan dari Seokjin.
Sampai ketika pekerjaan mereka selesai dan Hoseok pulang ke rumah, tidak ada balasan dari Seokjin. Namjoon pun begitu diam hari ini, tugas dan pekerjaan mereka memang sangat menumpuk—tapi Namjoon seolah tengah membebani diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
All Night, is You
FanfictionJadi, apa pilihanmu, Gubernur Kim? Namjinkook mpreg Rated : M