Bab 9

3K 411 85
                                        


"Juuuuuungkoook.. berhenti berlari sayang." Seokjin tak ingat darimana Jungkook menuruni warisan energi yang berlebih ini. Jika itu dari Seokjin, rasanya Seokjin ingin merutuki dirinya sendiri karena pastinya Ibunya dahulu menghela napas panjang sepertinya.

Jungkook tidak ingin berhenti dan makan.

Anak itu terus berlarian, bermain perosotan, ayunan, bersembunyi, jungkat-jungkit, benar-benar tidak bisa diam. Kecuali saat bermain ayunan, Seokjin sempat menyuapi putranya sebelum mendorong Jungkook hingga anak itu berteriak kegirangan.

"Jungkook anak Appa, bisa berhenti? Apa lelah sayang."

"Appa sudah tua?" Seokjin mengerjap ketika Jungkook berlari mendekatinya untuk sekedar menanyakan hal itu..

"Huh?"

"Iyaa.. kata kata Ahjumma kalau sudah tua suka lelah." Seokjin menyipitkan mata dengan kesal dan mengumpati Ahjumma itu dalam hati. Enak saja Ahjumma itu meracuni anaknya seperti ini.

"Appa masih muda sayang. Appa lelah karena kau berlari ter—"

"Yeayy.. Kookie mau lari-lari lagi."

Seokjin tak dapat melakukan apapun selain menyusul Jungkook dan memastikan putra kesayangannya menghabiskan makan siangnya. Ketika dirinya libur, Seokjin akan sering mengajak Jungkook untuk bermain di luar, agar Jungkook sering bertemu teman-temannya dan tidak merasa bosan.

Seokjin.. baik-baik saja. Tentu.

Sedari dulu ia sudah mencoba dan belajar—untuk menerima. Namjoon sudah pernah pergi, dan kali ini Seokjin yang mengusir Namjoon untuk menjauh dari kehidupannya bersama Jungkook. Ini bukan sesuatu yang baru.

Satu sisi terkadang Seokjin merasa egois, sama sekali tak mementingkan Namjoon, tak memikirkan bagaimana kebahagiaan pria itu, tak mementingkan bagaimana perasaan pria itu karena kali ini Seokjin yakin.. Namjoon tidak baik-baik saja.

Tapi sisi lain ia juga ia ingin dirinya dan Jungkook tak terluka. Jika terlalu jauh, maka semua akan sulit untuk kembali seperti semula.

Sekalipun Seokjin tahu Namjoon tak baik-baik saja.

Sekalipun Seokjin tahu hanya dirinya dan Jungkook sumber kebahagiaan Namjoon.

Dan sekalipun Seokjin tahu Namjoon hanya butuh dirinya dan Jungkook.. Seokjin memilih egois. Egois bagi kehidupan Namjoon dan kehidupannya.

Berdoa demi kebahagiaan Namjoon, Seokjin selalu melakukan hal itu, namun ia tahu, bahkan ketika Namjoon melangkah masuk ke dalam rumah, tidak ada kebahagiaan dalam rumah itu untuk Namjoon.

"Appaaaaa, Kookie kenyang."

"Kau bahkan baru memakan beberapa sendok."

"Itu kan makan."

Seokjin semakin penasaran dengan siapa Jungkook berteman sehingga anaknya kini pintar berbicaa seperti ini. Seokjin akan semakin susah membuat Jungkook makan. "Appa..."

"Ya sayang?"

"Ada foto Ayah disana."

Jungkook tempat dimana anak itu bermain tadi, dengan raut penasaran, Seokjin ikut menyusul Jungkook menuju pada pinggirian taman atau tepatnya samping taman yang jarang Seokjin lewati karena berlawanan dengan arah apartemennya.

Foto Namjoon, sebagai Gubernur Seoul.

Seokjin baru tahu jika itu terdapat foto Namjoon disana, besar, menampakkan senyum Namjoon yang penuh wibawa—dan tentunya begitu manis dimata Seokjin. "Ayah disanaaaa."

All Night, is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang