Bab 11

2.6K 401 91
                                    

heyoo..


.

.


"Kau akan pulang Namjoon?"

Seokjin terus menggigit bibir bawahnya, tangannya saling meremas dengan gugup. Namjoon tengah merapikan diri, memakai dasi dan bergegas mengenakan sepatu mengkilatnya.

"K-kenapa tidak menginap?"

"Serin sendirian Seokjin, terlebih dia sedang mengandung."

"Tapi itu bukan anakmu."

Namjoon lekas berdiri, tersenyum lalu mengelus kepala Seokjin. Jika kaki panjang itu melangkah keluar dari apartemennya, apa semua akan kembali seperti di mana dirinya dan Namjoon yang seharusnya tak bertemu?

Karena Namjoon bahkan belum menjawabnya.

Atau justu.. Namjoon mulai membuka hati untuk wanita itu?

Seokjin memilih diam saat Namjoon melangkah pergi dari apartemennya, ia pikir saat itu melepas Namjoon adalah pilihan yang tepat. Ia pikir Namjoon akan menemukan kebahagiaannya, dan ia pikir jika ia terlepas dari Namjoon, ia dan Jungkook akan baik-baik saja.

Nyatanya semua hati tersakiti, termasuk Jungkook.

Apa Namjoon tak ingin berjuang bersamanya? Apa selama beberapa bulan tak bertemu, hati Namjoon berubah? Atau mungkin, itu adalah jawaban untuk semua ini?

Bahwa pada akhirnya Namjoon akan tetap memilih Serin.

Seokjin berdiam diri di dalam kamar, mencari artikel tentang Namjoon dan Serin. Ada begitu banyak artikel berbicara tentang betapa serasinya sepasang suami istri ini. Tentang bagaimana lembutnya Namjoon pada Serin. Tentang Serin yang menjadi sosok wanita yang hebat untuk Namjoon, juga tentang menunggu berita momongan dari keduanya.

Sampai saat ini, berita itu belum diumumkan, apa yang mereka tunggu?

Malam ini Seokjin tak dapat tertidur dengan nyenyak. Pikirannya selalu dipenuhi oleh Namjoon dan Serin, juga tentang dirinya dan Namjoon. Seokjin pernah merasakan bagaimana laranya ketika ia tahu suaminya berselingkuh—dan ia tahu itu sesuatu yang tak dapat dimaafkan.

Apa Namjoon baik-baik saja ketika Serin bermain di belakang pria itu bahkan memiliki anak dengan pria lain? Apa Namjoon akan baik-baik saja? Tidak ada yang baik-baik saja, seharusnya Namjoon menerima tawarannya.

Seharusnya.

Tapi Namjoon seolah meragu, mungkin dengan pencapaian Namjoon saat ini, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilepas dan dilawan. Mungkin saja, dan Seokjin harus selalu siap dengan apapun jawaban Namjoon nantinya.

Kebahagiaan Namjoon, ada ditangan Namjoon.

.

.

.

"Apppaaa.. apapapapapapa."

"Ya sayang?"

Kaki kecil Jungkook yang menggantung terus bergoyang dengan mulutnya yang sibuk mengunyah omelet buatan Seokjin. "Ayah mana?"

"Ayah?"

"Eung eung." Jungkook mengangguk dengan semangat, saat terbangun tadi ia segera berlari menuju kamar Seokjin berharap Namjoon berada di sana. Namun sampai jam sarapan pagi mereka—Namjoon tetap tak terlihat. "Ayah mana?"

Seokjin tersenyum dengan pertanyaan Jungkook yang berulang, ia kembali menyuapi Jungkook dengan omelet dan sesendok untuk dirinya sendiri. "Kookie, ingin Namjoon jadi Ayah Kookie?"

All Night, is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang