12

2.4K 340 64
                                    

"Kau yakin Hoseok?"

Hoseok mengangguk dengan mantap, menutup pintu mobil lalu mengangguk pada supir yang kini mulai menyalakan mobil. Yoongi dan Seokjin sudah masuk ke dalam mobil, ada dua mobil, mobil belakang untuk membawa perlengkapan mereka sementara di mobil ini berisi Yoongi dan Seokjin beserta Jungkook dan Seungji.

"Seharusnya aku bertemu Namjoon terlebih dahulu."

Yoongi menoleh pada Seokjin, menarik napas lalu menggenggam erat tangan Seokjin. Dirinya pikir adegan seperti ini hanya akan ada di drama, nyatanya Yoongi sendiri dapat merasakan hal semenegangkan ini.

"Kita hanya perlu berdoa semoga Hoseok dan Namjoon baik-baik saja."

"Ya.. akupun berharap seperti itu. Kau tahu kita akan kemana Yoongi?"

"Akupun tidak tahu. Untuk sementara Seokjin-ah, untuk sementara, setelah itu keadaan akan baik-baik saja. Kau dan Namjoon akan bahagia."

Seokjin tak dapat menjawab perkataan itu. Hal itu bagaikan sebuah mimpi, mimpi yang begitu untuk Seokjin bayangkan. Bahagia? Mungkinkah?

Kenapa rasanya begitu berat?

"Yoongi, apa.. Serin semenakutkan itu?"

Yoongi menatap sejenak pada Seokjin lalu melirik pada supir yang berada di depan dan memilih diam. Butuh empat jam untuk sampai di villa yang sudah Hoseok dan Namjoon pilih. Setidaknya Jungkook dan Seungji anteng hari ini. Perjalanan itu terasa begitu melelahkan, baik fisik dan pikiran mereka.

Entah ketakutan seperti apa yang Hoseok dan Namjoon rasakan, tapi villa ini benar-benar ketat dengan pengamanan. Ketika masuk, ada dua orang penjaga di gerbang luar dan dua di gerbang dalam. Mobil melaju menuju halaman villa, ada dua orang yang sudah menunggu di sana, ada satu penjaga pada tiap sudut villa. Ketika masuk ada dua wanita dengan jas yang menyapa mereka dan mengenalkan diri mereka sebagai pelayan villa.

Ini.. seperti terlalu berlebihan.

"Anak-anak sudah tidur di kamar mereka."

Yoongi masuk ke kamar Seokjin setelah menata pakaiannya. Seokjin ternyata sedari tadi hanya terdiam, duduk di sisi ranjang dengan koper yang masih tergeletak. Ini sudah malam dan seharusnya mereka sudah beristirahat, namun lelah yang mereka rasakan bahkan tak mampu membuat mata mereka terpejam.

"Aku akan bercerita padamu, sedikit tentang yang kutahu." Seokjin mendengarkan dengan seksama. Yoongi memastikan jika kamar Seokjin tidak memiliki penyadap suara atau kamera tersembunyi. "Ayah Serin, Tuan Lee itu, adalah pejabat tinggi. Kau jelas tahu."

Seokjin hanya mengangguk sekilas.

"Dia selalu menang dalam apapun, orang-orang banyak yang membanggakannya. Mereka pikir Tuan Lee adalah sosok panutan. Kau ingat kecelakaan yang terjadi pada Menteri Seo?"

Kedua alis Seokjin terangkat naik. Tentu, itu kecelakaan mengenaskan yang terjadi tiga tahun silam. Sebuah kecelakaan yang terjadi di malam hari ketika Menteri Seo baru selesai mengadakan rapat di istana negara.

"Semua orang berpikir itu hanyalah kecelakaan biasa. Tapi dalangnya adalah Tuan Lee." Seokjin sudah menebak ini, tapi tetap saja ketika ia mendengar secara langsung, itu tetap mengejutkannya. "Dalam rapat hanya Menteri Seo yang tidak menyetujui Dewan Lee saat itu, tentang proyek di bagian Mokpo. Itu karena Menteri Seo tahu rahasia yang seharusnya tidak dia tahu. Dan sebelum rahasia terbongkar ke media, nyawa Menteri Seo harus direnggut secara paksa. Kecelakaan itu.. sudah direncakan, Seokjin-ah."

"Ah proyek itu.. aku tahu, itu cukup merugikan tapi tertutup dengan berita kompenasasi yang beredar, aku pun cukup tidak yakin dengan hal itu."

"Lalu soal.. kerjasama dengan Rusia itu, bukanlah Dewan Kang yang memimpin, dia hanyalah boneka dari Tuan Lee. Jadi nama Dewan Kang yang terus diberitakan dan mendapat hujatan, sementara dalang dibalik semua itu adalah usaha dari Tuan Lee. Keuntungan masuk ke dalam kantongnya."

All Night, is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang