Warna-Warni Kenangan

2 1 0
                                    

Ini terjadi sewaktu aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Dimana aku dan teman-teman akan berburu di kebun orang untuk mendapatkan tempat ternyaman untuk makan siang bersama. Ya, aku dan teman-teman sering sekali makan siang bersama sepulang sekolah di kebun orang, tepatnya di atas pohon orang yang punya kebun. Hari itu, aku dan teman-teman seperti biasa janjian di pertigaan jalan agar kami bisa berangkat bersama.

Sesampainya di kebun, yang entah siapa pemiliknya. Kami langsung menandai pohon mana yang akan dijadikan tempat untuk makan siang, setiap pohon ditempati oleh dua orang. Dan pada saat itu kebetulan kami berjumlah enam orang, jadi tidak ada yang satu pohon sendirian.

Entah kebetulan atau bagaimana, kami menyadari bahwa pohon yang kami naiki ini ternyata pohon manggis. Begitu banyak buah manggis yang sudah matang, dan tentu saja membuat kami ingin memakannya sebanyak mungkin. Awalnya kami akan meminta izin terlebih dahulu kepada sang pemilik. Namun, ternyata kebun ini milik paman salah satu teman kami yang saat itu juga ada di lokasi.

Awalnya aku tidak ingin ikut-ikutan untuk memakan buah yang sama sekali belum meminta kepada pemiliknya. Lagi-lagi, karena bujuk rayu teman-temanku akhirnya aku pun ikut menghabisi semua buah manggis yang ada dipohon itu, tentu saja kami hanya memakan buah manggis yang sudah matang saja.

Kulit manggis kami biarkan menjadi sampah dibawah sana. Dan tak terasa langit sudah mulai gelap, itu berarti kami sudah cukup lama berada diatas pohon manggis tersebut. Sesaat kami akan turun, terdengar gonggongan anjing yang saling bersahutan. Seketika membuat kami membeku ditempat, dan menghentikan niat untuk turun. Bagaimana jika ketika kita turun, segerombolan anjing itu akan mengejar kami? Itulah yang kami pikirkan pada saat itu.

Semakin lama menunggu, hari semakin gelap dan kami pun semakin takut. Ini pertama kalinya aku melewati jam bermain yang ditentukan oleh ibuku. Aku yakin orangtua kami saat ini pasti sedang cemas apalagi kami anak perempuan semua. Dan setelah gonggongan itu tidak terdengar lagi, kami putuskan untuk turun dan segera berlari secepat mungkin.

Baru seperempat jalan, dari arah belakang muncul seekor anjing. Tidak besar memang, namun cukup untuk membuat kami ketakutan bahkan menangis. Bayangkan saja, enam orang anak perempuan berlari di tengah kebun di gelapnya langit disusul dikejar anjing pula. tapi kami tetap berlari dan tidak berpencar karena takut tersesat atau salah jalan.

Akhirnya setelah sekian lama berlari, kami keluar juga dari kebun itu dan anjing pun sudah tidak mengejar kami lagi. Sesampainya di rumah, aku di marahi oleh orangtuaku. Ini pun kali pertamanya aku di marahi sampai menangis, sejak saat itu aku tidak lagi bermain melebihi batas waktu yang ditentukan oleh orangtuaku. Dan kami, anak pencuri buah manggis baru mengetahui bahwa pohon manggis tersebut diizinkan siapapun boleh untuk mengambil buah manggis tersebut oleh pemiliknya. Sampai saat ini, ketika mengingat kejadian ini kami selalu tertawa tak habis pikir.

Kemudian, pada saat kelas lima kami akan praktek membuat magnet. Karena bahan utamanya adalah bubuk magnet, maka kami berniat untuk mencari di sungai yang dekat dengan sekolah. Bukan ketika pulang kami mencarinya, tetapi pada saat jam istirahat berlangsung. Saat itu cukup banyak yang ikut ke sungai, entah ide siapa tapi banyak sekali anak perempuan yang setuju untuk ikut, salah satunya aku.

Karena air yang jernih, kami pun tergoda untuk bermain air sebentar. Namun, lagi-lagi kami lupa waktu karena terlalu bersemangat bermain air. Bahkan beberapa temanku sudah basah kuyup karena berenang di sungai itu.

Mereka yang basah kuyup tidak berani untuk kembali ke sekolah dan memutuskan untuk pulang, bagaimana bisa anak sekolah dasar sudah berani untuk bolos? Entahlah namanya juga anak-anak. Setelah kami kembali ke sekolah, rupanya tidak ada guru yang masuk dikarenakan sedang rapat. Lagi-lagi keberuntungan berpihak kepada kami.

Di depan kelas, telah berjejer sepatu basah yang di jemur oleh anak-anak. Dan kami kira hanya anak perempuan saja yang pergi ke sungai, ternyata anak laki-laki pun ikut menyusul hanya saja berbeda tempat. Di dalam kelas kami saling memamerkan bubuk magnet siapa yang paling banyak. Dan kami, anak perempuan kalah sedikit dari anak laki-laki. Mungkin karena kami lebih lama bermain air dibandingkan dengan mencari bubuk magnet.

Kemudian, dalam waktu seminggu setelah kejadian tersebut. Satu persatu anak-anak kelas mulai tidak masuk sekolah dikarenakan sakit. Entah itu demam, masuk angin atau terkena flu. Tentu saja itu ulah dari kami sendiri yang nekat pergi ke sungai pada saat tengah hari apalagi ditambah dengan membolos.

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋
Nostalgia mode-on, sehat-sehat buat sahabat seperjuangan💞🤣

KERANGKA HIDUP - Kumpulan Cerita Pendek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang