Bersamaan dengan tangisan langit, hati seorang gadis berbalut hijab hitam pun ikut menangis. Digenggamnya sebuah undangan dengan erat seakan memberikan kekuatan untuk hatinya. Namun ternyata salah, hatinya malah semakin sakit.
Melihat nama yang tertera di sana adalah nama sang mantan kekasih yang sudah menemaninya selama dua tahun terakhir. Hatinya hancur melihat nama yang disandingkan dengan lelaki yang selalu ia dambakan bukanlah namanya. Nama itu adalah nama yang sering ia ceritakan pada mantan kekasihnya kala mereka sedang menikmati waktu berdua.
Mona adalah nama gadis yang hatinya hancur berkeping-keping sedangkan Ragil dan Susan adalah nama yang tertera di undangan. Siapapun yang melihat Mona dan Ragil pasti akan mengetahui bahwa mereka adalah pasangan bahagia. Sayangnya, hubungan mereka harus ditutupi dari khalayak ramai, termasuk teman-teman mereka. Bahasanya gaulnya backstreet.
Pertemuan mereka terjadi saat keduanya menjalani KKN. Mereka berbeda jurusan dan sebelumnya pun baik Mona maupun Ragil belum pernah saling mengenal. Kebersamaan yang mereka lalui ternyata menumbuhkan benih baru, benih cinta. Maka ungkapan cinta datang karena terbiasa itu ternyata nyata. Mereka terbiasa melakukan apapun bersama, kecuali kegiatan pribadi.
Ragil yang selalu membantu teman-temannya dan Mona yang selalu perhatian pada teman-temannya. Setelah selesai KKN, mereka akhirnya saling menyatakan perasaan satu sama lain. Kehidupan asmara mereka menegangkan, selalu berhati-hati.
Alasan backsreet? Karena orang tua Mona belum mengizinkan anaknya untuk berpacaran sebelum lulus. Untuk itulah Ragil bersedia untuk memulai hubungan dibelakang orang-orang.
Setiap kali Ragil bersama perempuan lain, darah Mona mendidih. Begitupula saat Mona sedang digoda oleh lelaki lain, Ragil kesetanan. Namun keduanya tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengelus dada dan mencuri waktu untuk bisa berbincang berdua.
Setiap hari Mona selalu menceritakan kegiatannya pada Ragil, entah itu saat ia tidak bisa menjawab soal yang diajukan oleh dosen atau pada saat ia dan Susan saling menyontek. Ah, Susan merupakan temannya Mona. Mereka satu kelompok sejak ospek, sangat lengket apalagi mereka selalu mengambil kelas yang sama.
“Aku gak tau kalau ternyata selama ini kamu juga ada main sama Susan,” ujarnya dengan hati bergemuruh.
“Padahal waktu itu kamu mutusin aku karena aku terlalu baik buat kamu. Alasan yang bahkan beberapa detik lalu belum bisa aku terima. Tapi, kini aku tahu alasannya. Alasan mata kamu selalu berbinar saat aku membicarakan Susan dan alasan betapa sangat bersemangatnya kamu saat melewat kelasku, itu juga karena Susan berada di kelas yang sama denganku,” lanjutnya dengan mata yang menyorotkan kesedihan.
Tak lama gawai yang ia simpan dalam tas berbunyi nyaring. Siapa pula yang meneleponnya di saat yang sangat tidak tepat ini?
“Halo, Mona?”
Suara yang sangat Mona kenali ini tidak salah lagi, pasti Susan.
“Iya halo, San.”
“Aku mau nikah, hahaha. Undangannya udah nyampe, kan?” tanyanya dengan suara yang sangat ceria. Mona sampai tidak tega untuk tidak membalas sama cerianya.
“Udah San, ternyata kamu duluan ya yang sold out.”
“Iya, aku tadinya pengen kamu jadi bridesmaid. Tapi, tau sendiri Mon sepupu perempuan aku banyak banget,” adunya tak tertinggal dengan kekehan khas Susan.
“Gak apa-apa lagian, San. Selamat ya, bentar lagi gelarnya udah istri aja nih,” goda Mona yang sebenarnya jauh di dalam hatinya merasa iri pada lawan bicaranya.
“Udah ah, sebenarnya aku lagi deg-degan tau. Gak nyangka aja gitu, padahal baru kenal satu tahun. Bentar banget gak sih?”
Satu tahun? Ternyata setelah Mona dan Ragil renggang pada saat memasuki kedua tahun hubungan mereka, Ragil memulai hubungan baru dengan Susan. Apa mereka juga melakukan backstreet? Mona tidak tahu menahu soal itu. Intinya, menuju kelulusan Ragil dan Susan berhubungan yang ternyata Mona masih menjadi kekasih Ragil. Singkatnya, Mona diduakan dengan sahabatnya sendiri. Ironis.
“Mon? Mona?” panggilan Susan membuyarkan lamunan Mona.
“Ah, iya kenapa San?”
“Aku gak mau tau ya, pokoknya kamu harus dateng. Kamu sahabat aku, setidaknya kamu harus lihat aku nangis bahagia nanti.” Ingin rasanya Mona membalas perkataan Susan dengan kalimat dan kamu akan melihatku menangis dalam diam, San.
“Kalau gak halangan aku pasti datang, San.”
“Mona, calon suami aku dulu satu kelompok lho ternyata sama kamu waktu KKN. Ingat gak? Namanya Ragil dari jurusan sebelah.”
Susan tidak tahu saja kalau saat ini Mona sedang menggigit bibir bawahnya menahan isakan yang sejak tadi ingin keluar.
“Ingat kok, San. Susan udah dulu ya, aku lagi bantuin Mama soalnya.” Alibi Mona agar percakapan menyakitkan itu dapat selesai segera.
“Oke deh, salam ya buat Mama. Daaah.”
“Sip, dah.”
Setelah berkata seperti itu, Mona langsung mematikan telponnya. Ia berlari ke dalam kamar dan menangis sejadi-jadinya. Tidak tahu mengapa kisah asmaranya harus seperti ini.
Dulu ia dan Ragil sudah menentukan tema pernikahan mereka, bahkan sudah menentukan akan memakai adat mana. Tapi, realitanya tidak begitu. Ragil akan menjadi milik Susan, sahabatnya. Dan Mona bukan siapa-siapa.
Hari bahagia untuk Susan dan Ragil tiba. Mona sudah merelakan Ragil untuk Susan, karena sejatinya mereka memanglah sudah bukan siapa-siapa lagi.
Mona sempat sangat sakit hati mengetahui bahwa selama satu tahun ia diduakan dengan sahabatnya.Dua hari lalu, Mona sudah mengirimkan kado pada Susan dan mengirimkan pesan singkat bahwa ia tidak dapat datang dikarenakan sakit. Awalnya Susan tidak terima dan tetap menyuruh Mona untuk datang. Setelah percakapan sedikit alot, akhirnya Susan mengerti dan mendoakan untuk kesembuhan Mona.
Mona sudah sangat ikhlas Ragil bersanding dengan Susan. Hanya saja, masih perlu sedikit waktu untuk membenahi hatinya. Ia tidak mau jika nanti datang ke pernikahan mereka, ia akan menangis dan justru akan merubah suasana. Mona tidak ingin itu. Mona hanya ingin sahabatnya bahagia bersama lelaki pilihannya, meskipun itu mantan kekasih rahasianya sendiri.
🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
KERANGKA HIDUP - Kumpulan Cerita Pendek
Historia CortaCerita tidak lepas dari kehidupan, karena dari kehidupanlah tercipta sebuah cerita. Semua ilusi dan imaji terangkum disini serta hiruk pikuk kehidupan pun menjadi inti dari konflik yang ada pada setiap cerita.